Hai bloggies! Nggak seperti biasanya ya gue post di luar weekend, hehehe. Kebetulan hari ini gue sedang izin bekerja karena diundang sebagai bintang tamu di event nya Yayasan AIDS Indonesia, jadi sebelum tidur gue putuskan untuk share cerita singkatnya :)
Mungkin teman-teman sudah ada yang tahu bahwa sejak tahun 2007 (atau 2006, ya? Lupa, lol) gue terdaftar sebagai relawan di Yayasan AIDS Indonesia. Meskipun cukup rutin keep in touch dengan teman-teman di sana, tapi kehadiran gue semakin jarang karena kesibukan belakangan ini dan tentu saja karena jarak Bandung-Jakarta yang lumayan jauh. Jadi waktu mereka mengundang gue sebagai bintang tamu di event AIDS Time tadi siang, gue langsung mengiyakan meskipun sebenarnya gue sedang nggak libur, hehehe.
AIDS Time adalah kegiatan rutin yang diadakan oleh Yayasan AIDS Indonesia (YAI). Tempat dan temanya selalu berbeda, tapi tujuannya tetap sama yaitu mengedukasi masyarakat, terutama anak muda tentang HIV/AIDS. Kebetulan film Mika (inspired by Waktu Aku sama Mika) yang merupakan kisah hidup gue dan alm. Mika dipakai sebagai film yang diputar selama event AIDS Time, tapi baru di hari ini lah gue bisa bergabung :)
AIDS Time hari ini diadakan di SMPN 178 Jakarta. Karena macet dan sempat nyasar, gue yang diantar oleh Bapak baru datang 10 menit sebelum segmen gue dimulai. Sayang sekali, padahal sebelumnya sedang diputar film Mika, lho. Meskipun sudah puluhan kali menonton film itu, tapi rasanya selalu penasaran dengan reaksi orang-orang yang baru pertama kali menontonnya. Syukurlah rasa penasaran gue terobati, dari wajah-wajahnya teman-teman siswa SMPN 178 sepertinya menikmati film Mika. Thank God :)
Di segmen talkshow gue nggak sendirian, ada bintang tamu lain yang bernama Sheryl Sheinafia. Ia adalah seorang penyanyi yang telah mengeluarkan sebuah album yang sangat care dengan isu HIV/AIDS. Gue baru pertama kali bertemu dengannya, tapi langsung suka dengan suaranya :)
Sebelum sesi tanya jawab gue sempat sedikit bercerita tentang latar belakang kenapa gue menulis novel "Waktu Aku sama Mika" dan kenapa gue peduli dengan isu HIV/AIDS. Waktu gue bercerita ternyata sebagian besar audience kaget karena baru tahu bahwa kisah gue dan Mika adalah nyata. Mungkin mereka terkejut karena gue sempat berpacaran dengan Mika yang ODHA sampai akhirnya ia meninggal. Tapi gue yakinkan mereka bahwa berpacaran dengan Mika bukan berarti gue kehilangan moment-moment seru. Gue tetap menilai Mika secara utuh karena menjadi ODHA bukan berarti berbeda seperti orang lain. He was the most grateful person I ever met. Semuanya mengenai kepribadian, bukan mengenai apa yang Mika idap.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab. Sungguh membanggakan, teman-teman SMPN 178 sudah tahu dengan apa saja yang bisa dan nggak bisa menularkan HIV/AIDS. Meski sempat malu-malu tetapi mereka cukup kritis lho ketika mengajukan pertanyaan. Thumbs up untuk Yayasan AIDS Indonesia yang sudah membuat acara fun tapi kaya manfaat. Mudah-mudahan saja event rutin ini akan tetap berlangsung sehingga lebih banyak lagi anak muda yang peduli dengan isu HIV/AIDS. Karena menurut gue ini bukan hanya tentang bagaimana caranya untuk mencegah diri sendiri supaya nggak terjangkit. Tapi juga bagaimana caranya agar menghilangkan stigma atau judgement pada ODHA. Karena gue percaya obat yang paling ampuh untuk segala hal adalah kasih sayang dan tanpa prasangka buruk :)
sugar kecilnya Mika yang sudah besar,
Indi
Lihat foto lengkap dari kegiatan ini di sini.
_______________________________________________________