Quantcast
Channel: Dunia Kecil Indi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

My Scoliosis Daily Care :)

$
0
0
Scoliosis, ---atau skoliosis. Sejak berusia 13 tahun gue sudah nggak asing dengan kata yang satu itu. Kami, ---gue dan scoliosis berteman dengan akrab karena dokter bilang ia akan bersama gue selamanya. Bahkan saking akrabnya kami menjadi sebuah kesatuan, hihihi. Bagaimana nggak, setiap masuk kelas atau sekolah baru gue harus ikut memperkenalkan si scoliosis ini pada pihak sekolah. Karena kalau nggak bisa-bisa akan berakibat nggak baik untuk kesehatan gue. Lama-lama bukan cuma gue saja yang akrab dengan scoliosis, tapi teman-teman dan guru-guru yang tadinya nggak tahu pun mulai berkenalan dengan soulmate gue ini :D 

Scoliosis, atau kelainan tulang belakang ke arah samping ini penyebabnya bermacam-macam. Dari mulai idiofatik (nggak diketahui sebabnya) sampai efek samping dari beberapa sindrom. Karena itulah nggak ada seorang pun yang terjamin bebas dari scoliosis, dari mulai bayi sampai orang lanjut usia. Biasanya begitu seseorang terdiagnosis mengidap scoliosis dokter akan meminta anggota keluarganya untuk melakukan pemeriksaan fisik, karena scoliosis juga bisa diturunkan. Gue sendiri adalah satu-satunya yang mengidap scoliosis di keluarga, ---well itu kalau Bapak nggak dihitung, sih, hehehe. Kata dokter tulang Bapak juga agak bengkok, tapi hanya scoliosis ringan dan nggak berbahaya. Begitu juga Ibu dan Adik, mereka sama-sama nggak mengidap scoliosis :) 

Karena gue satu-satunya scolioser, ---pengidap scoliosis di keluarga, awalnya kami sama sekali nggak tahu harus berbuat apa. Gue hanya memakai boston brace (penyangga) selama 23 jam perhari sesuai anjuran dokter. Tapi semakin lama ilmu gue dan keluarga semakin bertambah karena mulai berkenalan dengan scolioser lain dan of course internet! ;) Semenjak itu gue nggak hanya memakai brace, tapi mulai fisioterapi dan melakukan latihan ringan di rumah. Sampai sekarang pun, di usia dimana tulang sudah berhenti tumbuh, gue tetap rutin merawat scoliosis. Karena selain scoliosis akan ada berada bersama gue selamanya, seiiring bertambahnya usia tentu kurva gue juga akan tetap bertambah meskipun hanya sedikit-sedikit :)

Pengidap scoliosis itu banyak, terutama perempuan karena tubuh perempuan lebih mudah terkena scoliosis idiofatik, ---dan lebih memerlukan treatment daripada laki-laki. Itulah mengapa gue mencoba sesering mungkin berbagi tentang scoliosis di media sosial yang gue punya. Selain untuk mengenalkan scoliosis kepada banyak orang, tentu gue ingin sharing dengan teman-teman sesama scolioser tentang terapi atau brace apa yang pernah atau sedang gue gunakan sekarang. Berbagi itu menambah ilmu, kan? ;) Gue mendapatkan banyak tanggapan positif dari post yang gue share, tapi adaaaaa saja orang yang berkomentar negatif, ---cenderung 'menggampangkan' malah. Karena memakai SpineCor, soft brace yang harganya lebih mahal dibandingkan brace tipe lain, gue beberapa kali dikomentari seperti ini; "Nggak heran bisa beli brace mahal, orangtuamu uangnya banyak." Atau dikomentari, "Kamu sih enak orangtua peduli, kalau aku apa-apa urus sendiri," saat gue mengupload foto Ibu atau Bapak. Sebenarnya gue malas mengomentari ini, tapi kalau diam mungkin yang berkomentar akan mengira gue mengiyakan mereka. Yang pasti I know that I'm a lucky girl, dan gue sangat-sangat-sangat bersyukur. Gue sangat berusaha keras untuk masalah kesehatan, termasuk scoliosis. Dengan bangga gue bilang bahwa sejak kuliah nggak memakai uang orangtua sepeser pun untuk perawatan scoliosis. Dari mulai fisioterapi sampai untuk bolak-balik Bandung-Jakarta-Bandung saat harus adjustment SpineCor. Yup, memang ada yang gue korbankan dengan jadi nggak bisa sering hangout/belanja seperti teman-teman lain, tapi ini adalah pilihan gue:) Dan soal orangtua yang peduli, ---well mereka awalnya juga blank dengan kondisi gue, sampai-sampai disalah artikan sebagai nggak peduli. Jadi gue, sebagai seorang anak mungkin bisa memberi masukan pada teman-teman yang bilang kalau orangtuanya nggak peduli, bahwa terkadang mereka juga sama seperti kita, clueless, nggak tahu harus berbuat apa. Daripada melabeli orangtua sebagai "nggak peduli", kenapa nggak sedikit-sedikit memperkenalkan tetang scoliosis saja? Atau... cobalah mulai taking care diri sendiri, karena kalau bukan kita siapa lagi yang bisa mengenal tubuh kita lebih baik? ;)

Soal merawat scoliosis gue nggak setuju kalau harus selalu dikaitkan dengan biaya yang banyak. Karena sebenarnya banyak kok yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Modalnya hanya meluangkan waktu dan jangan malas, ---karena mampu membeli brace paling mahal sedunia pun nggak akan membuat scoliosis terkoreksi kalau nggak dipakai, hihihi. Gue bukan dokter atau ahli kesehatan, tapi seperti biasa gue akan berbagi berdasarkan pengalaman. Ada beberapa rutinitas yang menurut gue membantu memperbaiki kondisi scoliosis ge:)

1. Stretching
Hal pertama yang gue lakukan ketika bangun tidur adalah stretching atau peregangan. Gue sangat menikmati saat-saat bangun dari tempat tidur dan dalam beberapa menit saja tubuh menjadi lebih segar. Nggak ada gerakan khusus, scolioser atau bukan, siapapun cocok untuk melakukan ini. Buka kaki selebar bahu, lalu angkat tangan ke atas dan rentangkan dengan jarak sedikit melebihi bahu. Selanjutnya tinggal posisi tangan dan tubuh saja yang diubah-ubah, sementara kaki tetap di tempat yang sama. Untuk jelasnya gue sertakan foto ketika gue sedang stretching dengan dibantu oleh tali skipping. Kalau nggak punya, tali skipping bisa diganti dengan handuk kecil atau benda lain yang cukup kuat untuk ditarik. Stretching baik untuk membuat tubuh menjadi relax dan mengurangi rasa kaku. Meski nggak membuat kurva scoliosis berkurang, tapi trust me, nggak ada salahnya jika dilakukan secara rutin. At least aktivitas ini jauh lebih baik daripada langsung menatap layar handphone ketika bangun tidur, kan? Ups! Hihihi :)



2. Bracing
Nggak semua scolioser butuh brace/penyangga. Gue sendiri berhenti menggunakan boston brace setelah 5 tahun karena tulang gue sudah berhenti tumbuh. Tapi satu tahun belakangan ini gue memutuskan untuk memakai SpineCor, brace dengan tipe yang lentur (soft). Pertimbangan gue memakai SpineCor adalah karena dibandingkan jenis yang lain brace ini lebih efektif dalam mengurangi kurva dan menghindari operasi. SpineCor juga membantu gue untuk lebih aktif karena mengurangi rasa nyeri yang biasanya mengganggu aktivitas. Well, brace ini memang nggak murah tapi karena bisa dicicil di Spine Body Center, APL Tower lt. 25 Jakarta (021-2933 9295), kenapa nggak dipertimbangkan? :)



3. Exercise
Kalau anak sekolah sih kebanyakan rutin berolahraga ya karena ada pelajarannya, hihihi. Eh, tapi nggak semua, lho. Banyak scolioser yang nggak boleh berlari atau melompat, terutama di masa pertumbuhan karena menyebabkan kurva semakin cepat bertambah. Sebagai gantinya gue hanya mengikuti pelajaran berenang di sekolah karena itu bagus untuk tulang belakang. Meski di rumah nggak ada kolam renang bukan berarti gue diam. Setiap sore gue rutin berjalan-jalan di sekitar rumah bersama Eris, my super cute dog :D Dengan berjalan kaki tubuh gue jadi terbiasa untuk bergerak dan semakin kuat. Selain menjadi teman, Eris juga berguna lho untuk melatih otot. Sudah naluri seekor anjing kalau lihat kucing pasti penasaran. Nah, kalau Eris mulai tarik-tarik leash sebagai human yang baik gue harus tarik balik. Kebayang dong bagaimana kuatnya anjing golden retriever? Hihihi :p 
Jalan-jalan sore tentu bukan satu-satunya exercise gratis yang bisa dilakukan di rumah, tapi untuk sekarang baru ini yang gue lakukan. Gue sedang mencari jenis exercise lain yang menyenangkan tapi juga aman untuk scoliosis :)



4. Healthy Meals
Masih ingat dengan 4 sehat 5 sempurna? Hehehe, old school banget ya kedengerannya :D Tapi menurut gue itu adalah cara yang paling sederhana untuk memenuhi gizi seimbang kita. Meskipun gue seorang pesco-vegetarian, tapi gue selalu berusaha variatif dan seimbang dalam menu sehari-hari. Biasanya scolioser memiliki digest problem, ---termasuk gue, jadi menu sayur kaya serat jangan sampai ketinggalan. Dokter gue, dr. Natalie menyarankan untuk minum prune juice agar terhindar dari sembelit. Tapi karena di supermarket susah dapat gue menggantinya dengan minuman prebiotic. Yang murah meriah itu Yakult, tapi lumayan ampuh apalagi kalau sehari minum 2. Ini bukan iklan lho, ya :D



Well, segitu saja daily care scoliosis yang gue bagi sekarang. Lain kali akan gue share lagi hal-hal yang berkaitan dengan my super best friend ini (---iya, dong masa mau musuhan sama scoliosis? Hihihi). Mungkin nanti gue juga akan membuat episode khusus tentang scoliosis di channel YouTube Indi Sugar Taufik. Masih agak bingung sih harus memulai dari mana, tapi let's see ;) Kalau teman-teman ada saran atau ada pertanyaan seputar scoliosis juga boleh. Nanti akan gue jadikan masukan untuk tulisan atau video selanjutnya. 
"Jadi scolioser memang menantang, tapi hey tanpa scoliosis pun hidup memang harus up and down, kan? Yang pernah sakit punggung bukan cuma scolioser, tapi semua orang. Yang pernah cepat lelah juga bukan cuma scolioser, tapi semua orang, hihihi. Tubuh kita dirancang Tuhan sudah yang paling tepat. Don't always blame scoliosis lah, ya! :)"
video daily care scoliosis gue


cheers,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Trending Articles