Kalau diingat banyak hal berubah sejak gue kecil sampai sekarang. I know, ---hahaha, kata-kata ini lebih cocok jika diucapkan oleh Ibu atau Bapak. Tapi sungguh, di waktu hidup gue yang belum selama mereka ini gue sudah merasakan banyak perubahan. Rasanya seperti kemarin gue menonton film drama keluarga produksi Hollywood sebelum waktunya tidur, dan sekarang di jam yang sama hanya ada serial-serial Turki. Dan rasanya juga masih seperti kemarin waktu salah satu stasiun TV menjanjikan pemutaran film berkualitas dengan "rasa" bioskop, dan sekarang stasiun yang sama sudah penuh dengan iklan bahkan saat berita diputar, hihihi. Nggak semuanya jelek, sih. Banyak hal yang gue rasa jadi lebih mudah dibandingkan sebelumnya. Ada yang masih ingat "good" old days waktu harus mengeluarkan uang puluhan ribu rupiah hanya untuk mengerjakan tugas sekolah di warnet? Hanya dalam waktu beberapa tahun wifi sudah ada dimana-mana dan gue, ---juga para murid dan mahasiswa lain hanya perlu bermodalkan laptop dan teh botol supaya nggak kena usir, hihihi. Kemudahan berinternet juga berarti kemudahan untuk mencari data. Gue nggak harus berjam-jam membuka buku satu persatu di perpustakaan untuk mencari bahan untuk ujian yang tinggal menghitung hari.
Eh, semakin ditulis kok jadi semakin terasa ya kalau memang banyak hal yang berubah, hehehe. Terutama soal acara TV, belakangan memang banyak yang menghilang. Gue masih ingat dulu acara "home video" sangat populer di TV lokal (---karena kalau di TV kabel sih sampai sekarang juga ada). Sampai-sampai Komeng dan teman-temannya pun pernah membuat versi lokalnya di salah satu stasiun TV (itu lho, yang slogannya "Uhuy!", hehehe). Konsep acaranya sih simple, jadi pemirsa diminta mengirimkan video yang menangkap moment menarik, ---bisa moment lucu, crime atau fenomena alam, tergantung program TV nya. Lalu yang terpilih akan ditayangkan dan pengirimnya akan mendapatkan reward. Minimal pemenang mendapat merchandise berlogo acaranya yang kalau dipakai bikin bangga, hehehe. Dan yang paling besar tentu sejumlah uang sekaligus diundang ke studio TV untuk muncul di ujung acara. Pokoknya berkat acara-acara seperti ini jadi banyak orang yang berlomba-lomba mengabadikan moment candid (---termasuk gue, lol). Soalnya itu adalah satu-satunya cara untuk membagi video karya kita agar bisa ditonton oleh banyak orang.
But well, itu beberapa tahun yang lalu, ---yang terasa seperti ratusan tahun lalu saking berbedanya, hehehe. Sekarang sudah ada YouTube, Vimeo, Dailymotion dan situs-situs berbagi video lain yang mudah diakses. Siapa saja bisa menggunggah video dan membaginya kepada keluarga, teman, bahkan ke virtual friends yang ada di akun media sosial. Contohnya saja gue yang salah satu pengguna YouTube. Sekarang tanpa acara-acara "home video" pun sudah puas karena video-video gue tetap bisa ditonton oleh banyak orang. Bayangkan saja seorang YouTuber amatir (baca: nggak jelas) seperti gue channelnya sudah ditonton sebanyak 160.000-an kali. Entah yang mampir benar-benar suka dengan video-video gue atau sekedar nyasar, tapi kita semua bisa setuju kalau itu bukan angka yang kecil. Atau istilah lainnya; siapa saja bisa menjadi bintang. Coba bandingkan dengan dulu, mana pernah terbayang video gue banyak yang menonton, ---bahkan termasuk oleh idola gue! Oh my technology! Look how far you brought us! :p
Yang bercita-cita jadi reporter pun sekarang bisa mereportase suatu kejadian dan langsung diunggah ke channel milik sendiri. Nggak jarang kita melihat atau membaca sebuah berita lebih dulu justru dari sebuah channel/blog personal dibandingkan dari stasiun TV. Mau jadi sutradara? Bisa. Mau jadi penyanyi? Bisa. Bahkan mau pamer resep-resep andalan juga bisa cukup dengan modal kamera (atau handphone) dan koneksi internet. Keberadaan situs berbagi video ini menggeser trend acara "home video" dan membawa trend yang baru; acara TV yang sumber videonya berasal dari situs-situs tersebut, terutama YouTube! Meski kesannya lazy, tapi acara-acara seperti ini sukses, lho. Buktinya ada salah satu program musik yang tiba-tiba berganti konsep menjadi acara yang berfokus ke pemutaran-pemutaran video. Bahkan sekarang acaranya diputar di waktu primetime. Meski berbeda stasiun TV, konsep acaranya sih rata-rata sama. Kalau nggak memutar video-video lucu, ya sudah pasti tentang crime atau "tangga video"(chart). Bagi sebagian orang acara-acara seperti ini sangat menghibur. Ibu dan Bapak juga salah satu (--eh dua) penggemarnya, hampir setiap malam mereka menontonnya di ruang TV. Tapi bagi gue dan pengguna situs berbagi video lain bisa jadi membosankan, pasalnya video-video yang ditayangkan rata-rata video yang memang sudah viral. Atau bahkan ada juga yang malah menganggapnya menyebalkan, lho!
Gue punya teman on line, namanya Edward. Kami berkenalan melalui akun YouTube ketika gue akan mengikuti event Shave for Hope (mencukur rambut untuk pasien kanker). Edward ini cukup rajin mengunggah video dan kualitasnya pun bagus. Suatu hari waktu sedang menonton acara talkshow di TV gue mengenali video pendukung yang diputar di sana. ---Itu video milik Edward! Dengan perasaan bangga gue langsung menghubunginya via twitter dan mengucapkan selamat. Tapi rupanya, uh-oh, ia sama sekali nggak tahu bahwa videonya diputar. Kebingungan, karena merasa nggak pernah memberi izin ia pun mencoba menghubungi admin talkshow tersebut. Too bad nggak ada jawaban, ---bahkan sampai dengan hari ini.
Oddly enough, beberapa bulan kemudian giliran video gue dan Eris yang diambil dan diputar ulang di salah satu program "tangga video". Sama seperti Edward, gue juga nggak diberi kabar. Tahu-tahu teman dan keluarga gue sudah ramai memberikan selamat. Saking bingungnya gue sampai mengira kalau pernah shooting bertahun-tahun lalu tapi sudah nggak ingat, hehehe. Tapi rupanya acara tersebut mengambil video dari akun YouTube gue...
Setelah kita mengunggah video ke situs berbagi video, itu artinya siapa saja bisa menontonnya dan siapa saja bisa membaginya. Apa itu salah? Nop, karena namanya saja sudah "situs berbagi", kalau mau disimpan sendiri ya silakan ganti settingnya menjadi "private". Kita nggak bisa mengatur siapa saja yang 'boleh' menotonnya once kita klik "public". Bukan nggak mungkin pihak TV pun bisa mampir (atau nyasar) ke akun kita. Meski sama-sama diputar di TV tapi "aturannya" sudah berbeda dengan dulu. No reward, disebut nama akunnya pun sudah beruntung meski seringnya hanya ditulis; courtesy of youtube. Jangan salah, gue nggak menginginkan reward (---tapi kalau dikasih nggak menolak, hehehe). Gue hanya ingin ada sedikit ramah tamah dari pihak TV. Ask me politely, tanyakan apakah video gue boleh dipakai untuk keperluan acara mereka. Toh gue akan dengan senang hati memberi izin.
Mungkin ada yang mengira karena YouTube adalah pemilik lisensi untuk mendistribusikan video-video yang diunggah di sana jadi siapa saja bisa bebas untuk menggunakannya. Gue juga awalnya mengira begitu, tapi dengan sedikit kemauan untuk membaca halaman FAQ nya, gue jadi tahu kalau itu sebenarnya nggak boleh. Di sana disebutkan bahwa pengupload tetap menjadi pemilik dari video, ---bukan YouTube. Jadi jika ada pihak yang ingin menggunakan atau memutar ulang video, pihak tersebut harus menghubungi pengupload nya. Bahkan YouTube sendiri nggak punya hak untuk mengedit atau menggunakan video-video di situsnya untuk kepentingan komersial, KECUALI jika sudah mendapatkan izin.
Berikut gue kutip pernyataan yang diambil dari situs YouTube;
Nah, sudah cukup jelas kan, bahkan YouTube sendiri encourage pihak yang ingin menggunakan video untuk menghubungi pemilik videonya langsung. Jadi karena hak milik tetap ada di pemilik video/pengunggah, kalau kita mau menuntut stasiun TV yang menayangkan video tanpa izin ya bisa-bisa saja :) Sejauh ini yang dilakukan oleh pihak TV hanya sampai nomor 2 saja, itu pun tulisannya sangat keciiiil dan warnanya agak nge-bland sama background video, hehehe. Apa gue akan menuntut? Of course nggak, karena video yang gue buat pun hanya untuk have fun dan gue happy kalau ditonton oleh banyak orang. Lalu kalau begitu apa tujuan gue menulis panjang lebar di sini? Well, gue hanya ingin mengenang "the good old days" yang nggak serba mudah seperti sekarang tapi justru orang lebih mengenal tatak krama. Dulu pihak TV meluangkan waktu untuk mengabari pemilik video satu persatu via telepon karena pengguna email dan medsos belum banyak. Sedangkan sekarang dengan adanya email dan direct message di akun YouTube pihak TV malah nggak dimanfaatkan dengan. Padahal It took literally one minute saja lho untuk mengetik pesan :(
Jangan sampai kemudahan yang kita dapat sekarang disamakan dengan "menggampangkan". Please don't turn into robot. Gue yakin pemilik video akan merasa dihargai jika dihubungi. Karena terkadang keramahan malah terasa lebih berkesan daripada diberi reward :))
yang suka bikin video cover ukulele,
Indi
Eh, semakin ditulis kok jadi semakin terasa ya kalau memang banyak hal yang berubah, hehehe. Terutama soal acara TV, belakangan memang banyak yang menghilang. Gue masih ingat dulu acara "home video" sangat populer di TV lokal (---karena kalau di TV kabel sih sampai sekarang juga ada). Sampai-sampai Komeng dan teman-temannya pun pernah membuat versi lokalnya di salah satu stasiun TV (itu lho, yang slogannya "Uhuy!", hehehe). Konsep acaranya sih simple, jadi pemirsa diminta mengirimkan video yang menangkap moment menarik, ---bisa moment lucu, crime atau fenomena alam, tergantung program TV nya. Lalu yang terpilih akan ditayangkan dan pengirimnya akan mendapatkan reward. Minimal pemenang mendapat merchandise berlogo acaranya yang kalau dipakai bikin bangga, hehehe. Dan yang paling besar tentu sejumlah uang sekaligus diundang ke studio TV untuk muncul di ujung acara. Pokoknya berkat acara-acara seperti ini jadi banyak orang yang berlomba-lomba mengabadikan moment candid (---termasuk gue, lol). Soalnya itu adalah satu-satunya cara untuk membagi video karya kita agar bisa ditonton oleh banyak orang.
But well, itu beberapa tahun yang lalu, ---yang terasa seperti ratusan tahun lalu saking berbedanya, hehehe. Sekarang sudah ada YouTube, Vimeo, Dailymotion dan situs-situs berbagi video lain yang mudah diakses. Siapa saja bisa menggunggah video dan membaginya kepada keluarga, teman, bahkan ke virtual friends yang ada di akun media sosial. Contohnya saja gue yang salah satu pengguna YouTube. Sekarang tanpa acara-acara "home video" pun sudah puas karena video-video gue tetap bisa ditonton oleh banyak orang. Bayangkan saja seorang YouTuber amatir (baca: nggak jelas) seperti gue channelnya sudah ditonton sebanyak 160.000-an kali. Entah yang mampir benar-benar suka dengan video-video gue atau sekedar nyasar, tapi kita semua bisa setuju kalau itu bukan angka yang kecil. Atau istilah lainnya; siapa saja bisa menjadi bintang. Coba bandingkan dengan dulu, mana pernah terbayang video gue banyak yang menonton, ---bahkan termasuk oleh idola gue! Oh my technology! Look how far you brought us! :p
Yang bercita-cita jadi reporter pun sekarang bisa mereportase suatu kejadian dan langsung diunggah ke channel milik sendiri. Nggak jarang kita melihat atau membaca sebuah berita lebih dulu justru dari sebuah channel/blog personal dibandingkan dari stasiun TV. Mau jadi sutradara? Bisa. Mau jadi penyanyi? Bisa. Bahkan mau pamer resep-resep andalan juga bisa cukup dengan modal kamera (atau handphone) dan koneksi internet. Keberadaan situs berbagi video ini menggeser trend acara "home video" dan membawa trend yang baru; acara TV yang sumber videonya berasal dari situs-situs tersebut, terutama YouTube! Meski kesannya lazy, tapi acara-acara seperti ini sukses, lho. Buktinya ada salah satu program musik yang tiba-tiba berganti konsep menjadi acara yang berfokus ke pemutaran-pemutaran video. Bahkan sekarang acaranya diputar di waktu primetime. Meski berbeda stasiun TV, konsep acaranya sih rata-rata sama. Kalau nggak memutar video-video lucu, ya sudah pasti tentang crime atau "tangga video"(chart). Bagi sebagian orang acara-acara seperti ini sangat menghibur. Ibu dan Bapak juga salah satu (--eh dua) penggemarnya, hampir setiap malam mereka menontonnya di ruang TV. Tapi bagi gue dan pengguna situs berbagi video lain bisa jadi membosankan, pasalnya video-video yang ditayangkan rata-rata video yang memang sudah viral. Atau bahkan ada juga yang malah menganggapnya menyebalkan, lho!
Gue punya teman on line, namanya Edward. Kami berkenalan melalui akun YouTube ketika gue akan mengikuti event Shave for Hope (mencukur rambut untuk pasien kanker). Edward ini cukup rajin mengunggah video dan kualitasnya pun bagus. Suatu hari waktu sedang menonton acara talkshow di TV gue mengenali video pendukung yang diputar di sana. ---Itu video milik Edward! Dengan perasaan bangga gue langsung menghubunginya via twitter dan mengucapkan selamat. Tapi rupanya, uh-oh, ia sama sekali nggak tahu bahwa videonya diputar. Kebingungan, karena merasa nggak pernah memberi izin ia pun mencoba menghubungi admin talkshow tersebut. Too bad nggak ada jawaban, ---bahkan sampai dengan hari ini.
Oddly enough, beberapa bulan kemudian giliran video gue dan Eris yang diambil dan diputar ulang di salah satu program "tangga video". Sama seperti Edward, gue juga nggak diberi kabar. Tahu-tahu teman dan keluarga gue sudah ramai memberikan selamat. Saking bingungnya gue sampai mengira kalau pernah shooting bertahun-tahun lalu tapi sudah nggak ingat, hehehe. Tapi rupanya acara tersebut mengambil video dari akun YouTube gue...
Setelah kita mengunggah video ke situs berbagi video, itu artinya siapa saja bisa menontonnya dan siapa saja bisa membaginya. Apa itu salah? Nop, karena namanya saja sudah "situs berbagi", kalau mau disimpan sendiri ya silakan ganti settingnya menjadi "private". Kita nggak bisa mengatur siapa saja yang 'boleh' menotonnya once kita klik "public". Bukan nggak mungkin pihak TV pun bisa mampir (atau nyasar) ke akun kita. Meski sama-sama diputar di TV tapi "aturannya" sudah berbeda dengan dulu. No reward, disebut nama akunnya pun sudah beruntung meski seringnya hanya ditulis; courtesy of youtube. Jangan salah, gue nggak menginginkan reward (---tapi kalau dikasih nggak menolak, hehehe). Gue hanya ingin ada sedikit ramah tamah dari pihak TV. Ask me politely, tanyakan apakah video gue boleh dipakai untuk keperluan acara mereka. Toh gue akan dengan senang hati memberi izin.
Mungkin ada yang mengira karena YouTube adalah pemilik lisensi untuk mendistribusikan video-video yang diunggah di sana jadi siapa saja bisa bebas untuk menggunakannya. Gue juga awalnya mengira begitu, tapi dengan sedikit kemauan untuk membaca halaman FAQ nya, gue jadi tahu kalau itu sebenarnya nggak boleh. Di sana disebutkan bahwa pengupload tetap menjadi pemilik dari video, ---bukan YouTube. Jadi jika ada pihak yang ingin menggunakan atau memutar ulang video, pihak tersebut harus menghubungi pengupload nya. Bahkan YouTube sendiri nggak punya hak untuk mengedit atau menggunakan video-video di situsnya untuk kepentingan komersial, KECUALI jika sudah mendapatkan izin.
Berikut gue kutip pernyataan yang diambil dari situs YouTube;
Credit the content owner. Though YouTube has a license to distribute the video, it's the YouTube user who owns the content. We encourage you to reach out to users directly when you find video you'd like to use, and to provide attribution by displaying the username or the real name of the individual, if you've obtained it. Credit YouTube in your re-broadcast of the video. When you show a YouTube video on television, please include on-screen and verbal attribution. Contacting a YouTube user. Clicking on a YouTube username will take you to the user's channel, where you can see what personal information he or she has shared (name, web site, location, etc.). From here, you can use YouTube's on-site messaging system to contact the user. First, you must be logged into your own YouTube account. Then, click on the username of the individual you'd like to reach out to and select "Send Message."
Nah, sudah cukup jelas kan, bahkan YouTube sendiri encourage pihak yang ingin menggunakan video untuk menghubungi pemilik videonya langsung. Jadi karena hak milik tetap ada di pemilik video/pengunggah, kalau kita mau menuntut stasiun TV yang menayangkan video tanpa izin ya bisa-bisa saja :) Sejauh ini yang dilakukan oleh pihak TV hanya sampai nomor 2 saja, itu pun tulisannya sangat keciiiil dan warnanya agak nge-bland sama background video, hehehe. Apa gue akan menuntut? Of course nggak, karena video yang gue buat pun hanya untuk have fun dan gue happy kalau ditonton oleh banyak orang. Lalu kalau begitu apa tujuan gue menulis panjang lebar di sini? Well, gue hanya ingin mengenang "the good old days" yang nggak serba mudah seperti sekarang tapi justru orang lebih mengenal tatak krama. Dulu pihak TV meluangkan waktu untuk mengabari pemilik video satu persatu via telepon karena pengguna email dan medsos belum banyak. Sedangkan sekarang dengan adanya email dan direct message di akun YouTube pihak TV malah nggak dimanfaatkan dengan. Padahal It took literally one minute saja lho untuk mengetik pesan :(
Jangan sampai kemudahan yang kita dapat sekarang disamakan dengan "menggampangkan". Please don't turn into robot. Gue yakin pemilik video akan merasa dihargai jika dihubungi. Karena terkadang keramahan malah terasa lebih berkesan daripada diberi reward :))
yang suka bikin video cover ukulele,
Indi
______________________________________________________