Yaaah kacau lagi nih jadwal update blognya, hahaha. Bagi yang rajin mampir ke sini
(---memang ada? Lol) mungkin sudah tahu kalau belakangan hidup gue berubah, ---makin seru dan penuh warna karena sudah menikah dan pindah ke rumah baru
(---baru anniversary juga! Tapi ceritanya kapan-kapan, ya). Buat gue ini adalah berkah, kebahagiaan yang bahkan lebih dari yang bisa gue impikan dulu. Jadi itulah kenapa gue nggak mau pakai "menikah dan pindahan" sebagai excuse jarang update blog. Banyak keribetan yang terjadi belakangan, cuma memang dasar guenya saja yang kurang pandai bagi waktu
(dan malas, haha) :D
Bulan Oktober baru saja berlalu. Masih tetap sama, Oktober adalah bulan favorit gue. Selain karena Bapak dan Adik berulang tahun di bulan itu, Halloween yang selalu menjadi my favorite holiday juga ada di bulan yang sama. Apalagi akhir Oktober sudah masuk musim hujan, Bandung yang belakangan terik jadi adem dan cocok buat dipakai nonton marathon film horor, hihihi
(---Kalau gerah-gerah mah bukannya seram, malah haus atuh). Biasanya setiap Halloween gue dibuatkan kostum oleh Ibu dan kumpul-kumpul gitu di rumah. Karena prinsip kami sih, Halloween itu hanya namanya yang dipinjam. Halloween kami ya nggak ada hubungannya dengan yang di Eropa, pure hanya waktu untuk berkreasi
(tanpa bermaksud disrespectful, ---gue selalu menghormati perbedaan dan budaya orang lain). Tapi tahun ini berbeda, tanpa kostum dan hanya dihabiskan berdua saja bareng suami, hiks. Awalnya gue memang merasa ada sesuatu yang missing. Tapi akhirnya gue sadar kalau kesederhanaan bisa juga fun, apalagi kalau dilakukan dengan seseorang yang disayang.
Bukan tanpa alasan sih kenapa Halloween kali ini "harus" beda. Pertama, baju-baju gue sebagian besar masih di rumah orangtua. Jadi rencana buat mix and match pun batal. Padahal jaraknya nggak jauh, cuma karena gue sakit jadi gue dan Shane nggak bisa kemana-mana. Nggak cuma kostum, rencana ke rumah hantu pun batal dan malah jadi jalan-jalan ke klinik dokter, hahaha. Perasaan gue waktu itu campur aduk, antara kesyel tapi pasrah. Sampai-sampai gue sempat bilang sama Shane untuk skip Halloween saja, hahaha. Entah datang darimana, tiba-tiba saja sepulang dari dokter kami putuskan untuk membeli labu. ---Eh, jangan kira ke pumpkin patch ya, kami belinya di supermarket! Kami pikir, mengukir labu saja deh buat dekorasi, lalu nanti isinya bisa kami makan. Apalagi sebagai suami istri ini bakal jadi pumpkin carving kami yang pertama. Sayang, di supermarket nggak banyak pilihan. Hanya ada labu-labu kecil dan labu parang yang biasa dibikin kolak, hahaha. Setelah dipertimbangkan, akhirnya pilihan jatuh ke dua buah labu kabocha yang imut-imut. Gue pikir warnanya cantik dan rasanya juga enak. Shane setuju, tentu saja karena dia penggemar kuaci :D
![]() |
Dua labu yang kami beli. Mungil-mungil lucu ya, hehehe. |
Begitu sampai di rumah kami langsung berganti baju dengan piyama dan bersiap mengukir Tony dan Judy
(---bhahahaha dikasih nama, dong!). Gue lumayan agak Halloween vibe sih piyamanya soalnya bergambar pumpkin. Sebenarnya kembaran sama Shane, tapi punya dia sudah dipakai beberapa hari sebelumnya. Oh iya, soal kaos-kaos ini sudah kami beli sejak bulan September lalu. Somehow kami kaya sudah tahu ya nggak bakal punya kostum sampai sudah siapin rencana cadangan segala, hahaha. Padahal sebelumnya kami sempat ngobrol soal kostum apa yang bakal dipakai, lho. Balik lagi ke soal pumpkin carving, awalnya gue sempat khawatir mengukir labu itu bikin messy. Tapi setelah Shane yakinkan gue setuju untuk melakukannya di atas meja makan
(yang merangkap meja dapur, lol). Dan ternyata memang betul sih nggak berantakan, mungkin karena labunya kecil-kecil dan isinya juga sedikit.
![]() |
Kaos-kaos bertema Halloween yang kami beli sejak bulan September. |
![]() |
Beberapa sudut di rumah yang diberi dekor Halloween/Fall :) |
Kami mulai dengan membuat pola di labu. Nggak yang ribet-ribet, karena gue nggak bakat. Bahkan setelah nyontek pun gue tetap salah sampai harus diulang lagi, hahaha. Mana pakai pulpen pula jadi nggak bisa dihapus dan terpaksa gue gambar pola lagi di sisi lain labu
(---dasar si gue...). Setelah itu Shane potong bagian atas labu untuk mengeluarkan isinya. Kata orang-orang sih bagusnya langsung diraup pakai tangan, kalau nggak jadi nggak terasa Halloweennya. Tapi kami mah pengecualian, pakai sendok! Soalnya mau gimana lagi, labunya kecil jadi cuma tangan bayi yang muat masuk sana :p Yang paling seru tentu bagian mengukirnya. Kami pakai alat-alat seadanya; pisau dapur, sumpit sama paku. Iya, paku. Karena gue punya suami terlalu kreatif sampai-sampai paku dipakai buat tusuk "kepala" labu biar tambah seram, hahaha. Waktu sampai jadi nggak terasa, dan seluruh penjuru rumah jadi beraroma labu. Enak sekali, ---lebih enak dari aroma lilin aroma therapy :)
![]() |
Proses mengukir labu. Seruuuu, sampai ketawa-ketawa terus :D |
![]() |
Sudah selesai! Tebak punya Shane yang mana? :D |
For sure kami tetap sangat menghormati asal-usulnya. Sama seperti di Indonesia, di Amerika tempat kelahiran Shane Halloween juga dirayakan sebagai hari yang fun dan identik dengan pesta kostum yang nggak melulu harus seram. Jadi kurang-lebih prinsip kami
(dan keluarga) soal Halloween sama. Tapi tentu suasana di sini dan di sana sangat berbeda. Nggak ada musim gugur, dikasih hujan juga sudah alhamdulillah, hehehe. Sudah dua kali gue dan Shane ber-Halloween bersama dan nggak pernah sekalipun dia bilang rindu suasana di sana. Gue bersyukur, tandanya dia betah di sini. Dan gue mengerti sih, dimana pun kita tinggal kadang nggak masalah. Yang bikin homesick itu kalau apa yang sudah jadi kebiasaan di tempat asal nggak ada. Setuju? :)
Setelah selesai dua labu masterpiece kami dipajang di meja makan. Tadinya mau di balkon, tapi karena Bandung anginnya sedang kencang kami jadi khawatir kalau sampai terbawa angin :D Nggak lupa kami sangrai biji-biji labunya untuk dijadikan kuaci. Rasanya enak, agak manis dan gurih karena kami tambah garam.
Jiwa-jiwa bocah kami memang masih kuat sih, sampai-sampai itu duo labu dilihat-lihat melulu, difoto dan dipuji-puji terus
(---Shane ya bukan gue, wkwk). Ibu yang gue kirimi fotonya pun ikut memuji, katanya kami pintar dan langsung mengajak video call supaya bisa melihat "langsung". Hahaha, bahagianya punya ibu yang mendukung jiwa bocah kami
(peluk Ibuuuuuu). Dan ternyata beliau juga tunjukan fotonya ke Ali, keponakan gue yang usianya 3 tahun. Setiap tahun, sejak dia lahir Ali selalu ikut Halloween dengan kami
(---gue dan keluarga, sebelum menikah). Begitu tahu kalau gue mengukir labu tanpanya dia langsung merasa ditinggalkan :( Akhirnya gue dan Shane putuskan untuk mengundang Ali ke rumah satu hari setelah Halloween. Ali cute sekali dengan kostum Mr. Bean nya. Dia juga happyyyyy sekali waktu melihat labu-labu kami, bahkan salah satunya
(si Judy, lol) minta dibawa pulang.
![]() |
Pumpkin seeds, yummmmmm. |
![]() |
Ali jadi Mr. Bean, cocok nggak? Hehehe. |
![]() |
Bahagia banget dia ketemu labu-labu ini. Tahun depan kita ukir bareng ya, sayang :) |
Begitulah cerita Halloween kami tahun ini, sederhana, tanpa kostum, tanpa Ibu-Bapak dan tanpa kue lumpur yang sudah jadi "tradisi". Tapi kebahagiaan gue tetap terasa full tanpa merasa kekurangan apapun. Ditambah melihat kebahagiaan Shane dan Ali yang priceless, rasanya gue nggak mau tukar dengan apa-apa lagi, ---bahkan dengan keriangan kompleks sebelah yang melakukan trick or treat semalaman. Halloween selalu istimewa untuk gue, dan setelah menikah rasanya menjadi lebih istimewa lagi. Mungkin karena ini... salah satu alasan yang juga membuat Shane nggak rindu dengan kampung halamannya :)
Jadi bagaimana Halloween kalian, teman-teman? Semoga menyenangkan ya. Dan untuk yang nggak suka dengan Halloween, it's okay, itu hak kalian
(let's respect each other), semoga Oktober kalian menyenangkan ya. Selamat memasuki bulan November! See you di tulisan gue yang berikutnya :)
![]() |
Happy Halloween dari kami! :) |
Video keseruan Halloween kami ada di YouTube ya, teman-teman! :)
boo!Indi------------------------------------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com