Quantcast
Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Ketika Indi (Akhirnya) Menjadi Annie


Pernah nggak sih kalian punya cita-cita masa kecil yang nggak kesampaian sampai dewasa?

Gue pernah, ---dan akhirnya berhenti karena usia. Bukan, bukan karena menyerah, tapi apa yang gue cita-citakan itu hanya bisa dilakukan oleh anak-anak. Jadi begitu menginjak usia 18, gue tahu kalau harus say good bye sama cita-cita gue itu. Bukan melupakan, tapi lebih tepatnya mengikhlaskan, hehe :) 



Gue masih ingat waktu pertama kali menonton film musikal "Annie"versi Disney yang dirilis tahun 1999 lalu (---iya, sudah lama sekali). Mata dan telinga gue sama sekali nggak bisa beranjak dari adegan demi adegan, lagu demi lagu... tarian demi tarian. Padahal, jauh sebelumnya gue sudah pernah menonton film berjudul sama dengan versi yang lain. Tapi entah mengapa versi Disney ini sangat melekat di hati. Mungkin saja karena Alicia Morton, gadis yang memerankan Annie berambut lurus seperti gue. Sementara di semua versi lain Annie, si gadis yatim piatu selalu digambarkan berambut keriting menggemaskan seperti versi versi comic stripnya (yang ada sebelum versi broadway apalagi filmnya)


Gue yang pemalu, ---jauh lebih pemalu dari sekarang, hehe, ---mulai berani mencoba menyanyikan lagu-lagunya. Silently, hanya sekedar lip sync sampai akhirnya berani mengeluarkan suara. Di dunia gue, gue adalah Annie. Tapi gue nggak berani memberitahu siapapun. Hanya Tuhan dan boneka-boneka di kamar lah yang menjadi penonton musikal gue. Beranjak remaja gue mulai memberitahu cita-cita gue pada orang-orang terdekat. Orangtua, terutama. Reaksi mereka? Ternyata tanpa gue beritahu pun mereka sudah tahu, hehe. Terutama Ibu. Mungkin karena sudah terlihat jelas. DVD "Annie" saja gue putar berulang-ulang, lalu inspirasi style untuk dress gue pun kebanyakan diambil dari film itu. Jadi mereka nggak terkejut lagi. Kalau sama teman-teman, gue memang nggak terang-terangan karena of course, ---gue tahu diri. Usia gue sudah mulai ketuaan untuk memerankan Annie, dan gue juga nggak bisa bernyanyi. Apa kata meraka kalau tiba-tiba saja gue bilang ingin muncul di pertunjukan musikal? Mau jadi peran utama lagi! Pasti mereka bingung, hahaha.


Tapi gue pikir kalau kesempatan menjadi pemeran utama terlewat, at least gue masih bisa menjadi Annie "ramai-ramai". Lalu mulailah gue menghasut pelatih paduan suara gue untuk membawakan lagu-lagu "Annie". ---Namanya Kak Immanuel, hampir tiap latihan gue bujuk terus sambil memaksanya mendengar lagu-lagunya. Berhasil? Hampir! Karena justru ketika Kak Immanuel dan teman-teman padus setuju, datanglah berita buruk. Dana untuk membuat konser mini kurang, padahal kami sudah berlatih bahkan siap dengan konsep kostumnya. Paduan suara dibubarkan... begitu juga dengan cita-cita gue, huhuhu...


Dulu gue ikut paduan suara bukan karena merasa bisa bernyanyi. Bernyanyi di kamar mandi saja jarang, apalagi di depan umum, hehe. Tujuan gue ikut karena gue ingin bernyanyi tapi nggak mau menonjol. Aneh kan? Maunya dapat peran Annie tapi pemalunya setengah mati :D Waktu di penghujung usia remaja gue masih mikir mungkin suatu hari gue akan berani untuk ikut audisi musikal, mungkin gue masih masih bisa "paksa" usia gue untuk dapatkan peran Annie. Tapi beranjak dewasa gue tahu kalau mustahil untuk memerankan anak usia 10-11 tahun (Alicia Morton waktu itu 12 tahun waktu memerankan Annie). Tubuh gue semakin tinggi, belum lagi suara gue nggak senaif dulu karena sudah mengenal pahit manis kehidupan, ahahaha (becanda!)


Akhirnya gue sampai dititik benar-benar ikhlas bahwa gue nggak bisa memerankan Annie. Tapi tetap, gue menjadikan film musikal itu sebagai inspirasi. Filmnya masih gue putar here and there. Bahkan waktu gue punya film layar lebar sendiri yang berjudul Mika, gue minta Ibu membuatkan dress istimewa untuk dipakai ke pemutaran perdana. Dress berwarna merah dengan pita putih di pinggang, seperti Annie :) Gue kembali menjadi Annie di my own world saja. Hampir nggak pernah gue menyebut namanya lagi kecuali saat keluarga atau teman-teman dekat bertanya (ada satu orang teman yang dari dulu sampai sekarang selalu memanggil gue dengan sebutan 'Kakak Annie', namanya Wilson). Bahkan suami pun nggak tahu kalau dulu gue punya obsesi untuk memerankan Annie. Ia tahu gue punya dress merah, tapi ia sama sekali nggak menyangka kalau dress itu punya nilai historis sampai akhirnya gue ceritakan :)


Image may be NSFW.
Clik here to view.
Di premiere film gue sendiri, Mika, gue memakai dress Annie :)


Gue punya teman yang berada jauh dari sini, di Jepang. Namanya John Pak. Beliau usianya jauh di atas gue, mungkin seusia dengan Bapak. Kami bisa berteman karena sama-sama bermain ukulele. Bisa dibilang gue adalah fansnya karena saat mengikuti channel musiknya, gue masih sangat baru di dunia ukulele. Diawali dengan saling bertukar komentar, kartu pos, lalu kami pun berkolaborasi. Sudah cukup lama terakhir kami bermain musik bersama, mungkin karena sama-sama sibuk, ---setahu gue John memang nggak banyak melakukan kolaborasi belakangan. Bulan lalu, entah dapat ilham darimana, gue tiba-tiba saja berkomentar di salah satu videonya, "Seharusnya kamu bikin kolaborasi ala karantina, pasti seru!". Eh, malamnya gue dapat pesan dari beliau yang ternyata meminta gue untuk mengisi satu line di lagu yang sedang dikerjakannya. Rasanya senang sekali, karena gue memang rindu berkolaborasi dengannya (---iya, meskipun gue cuma mengisi beberapa detik saja). Tapi rasa senang gue rupanya belum apa-apa, karena setelahnya John menginginkan kolaborasi yang lebih imbang, dan gue mendapat kehormatan untuk memilih lagunya! Bisa tebak kan apa yang gue pilih?! :D


Tentu saja gue memilih salah satu lagu dari musikal "Annie". Gue bahkan sudah tahu lagu yang mana yang cocok untuk kami. Tapi sebelum gue beritahu John, gue beritahu Shane lebih dulu tentang siapa itu Annie. Saking senangnya gue sampai berkaca-kaca menceritakan tentang obsesi masa kecil gue (ahahaha...). Dan dengan lantangnya gue bilang, "AKU AKHIRNYA JADI ANNIE! CITA-CITAKU AKHIRNYA TERCAPAIIIIII!" Shane mungkin bingung, tapi gue mana peduli, gue terlalu bahagia! Bahkan saking bahagianya gue langsung WhatsApp Ibu untuk minta dikirimi dress Annie buatannya. Nggak lupa gue juga bilang tentang rencana kolaborasi gue dengan John Pak, yang ternyata membuat Ibu terharu. Katanya beliau bangga sama gue karena akhirnya mendapat apa yang sudah lama diimpikan :')

... Dan di sini gue baru sadar kalau John belum tentu setuju dengan pilihan lagu gue. Lah, gue bilang saja belum, kok :'D


Syukurlah, ternyata John setuju dan menganggap lagu "I Don't Need Anything But You" adalah pilihan yang bagus :) Gue bersemangat sekali, ---bisa dibilang agak over, huhu. Masih di malam yang sama gue langsung mengirimkan video lagu asli, chords dan lirik lagunya agar John bisa mengerjakan bagiannya. Sedangkan bagian gue? Sudah beres! Iya, sesemangat itu coba. Rasanya ada yang memacu adrenalin gue sampai-sampai gue tahan nggak tidur semalaman demi 'menjadi Annie'. Gue sampai meminta maaf berkali-kali pada John karena gue khawatir membuatnya terburu-buru. Tapi John bisa mengerti, katanya beliau tahu betapa gue sangat menyukai Annie, dan ia senang karena bisa menjadi bagian dari apa yang sangat berarti untuk gue. Oh, my... gue terharu banget sampai-sampai sedikit menangis waktu mengetik balasan pesannya. Lalu akhirnya tangisan gue yang 'sedikit' pun berubah menjadi menangis betulan, ---karena Shane ternyata ingin menjadi bagian dari cita-cita masa kecil gue juga. Ia setuju untuk bermain gitar untuk mengiringi kolaborasi kami!




Proses rekaman musik dan videonya terasa seperti mimpi, semuanya berjalan dengan cepat. Tahu-tahu saja video clipnya sudah tayang. Dan rasa bahagia gue jadi berlipat-lipat karena Ibu dan Bapak terus-terusan mengirimi gue pesan tentang betapa bangganya mereka. Mungkin saat membaca tulisan ini ada di antara kalian yang menganggap kalau gue dan keluarga bereaksi berlebihan. "Masa nyanyi di YouTube doang bangga," begitu mungkin di benak kalian. Hehehe, itu nggak apa-apa, kok dan sangat wajar. Karena apa yang menjadi 'prestasi' bagi setiap orang kan berbeda. Dan belum tentu orang lain juga punya perasaan yang sama (kecuali kalau suatu hari internet bisa punya virtual feeling, jadi saat membaca tulisan kalian juga bisa sekalian merasakan perasaan si penulis, lol). Buat gue berhasil membawakan salah satu lagu dari musikal Annie ini adalah pengingat bahwa nggak ada kata terlambat dalam menggapai sesuatu. Apa yang kita cita-citakan mungkin nggak bisa terwujud di saat itu juga, tapi bukan berarti mustahil, ---bisa saja nanti :)


Video clip "I Don't Need Anything But You" dengan gue sebagai Annie. Yay! :)

Untuk yang membuka blog ini di mobile mode, klik DI SINI untuk menonton video clipnya.


Gue pikir 'cerita Annie' hanya sampai di sini, tapi ternyata masih ada kejutan lain. Tengah malam ketika mengecek notifikasi di instagram, gue menerima komentar yang menurut gue... aneh. Dari seseorang yang bernama Sacha Charnin Morrison. Isinya seperti ini;

"Dari semua versi TV dan film, Annie 1999 lah yang paling mirip dengan versi panggungnya. Ayah saya adalah yang mengubah dari kartun menjadi musikal (dengan bantuan banyak orang). Teruslah bernyanyi, di suatu tempat ayahku bisa mendengarnya." ---Komentar diakhiri dengan emoji tepuk tangan dan hati berwarna merah. 

Nggak cukup satu kali gue membaca komentarnya agar yakin dengan maksudnya. Ayah? Siapa yang ia sebut Ayah? Karena penasaran gue ketik namanya di mesin pencari Google. Dan hasilnya benar-benar membuat gue kena mini heart attack. Sacha adalah putri dari almarhum Martin Charnin, ---konseptor dari musikal Annie!



Keesokan harinya gue dan Shane menginap di rumah Ibu dan Bapak, bisa ditebak dong gue langsung bersemangat untuk bercerita tentang komentar manis yang gue terima. Gue bilang, gue merasa sangat diberkahi karena kejutan datang bertubi-tubi. Gue pikir waktu akhirnya bisa membawakan salah satu lagu Annie saja sudah lebih indah dari apa yang pernah gue impikan, tapi rupanya masih ada kejutan lain. Ibu dan Bapak menggoda dengan bilang kalau gue pasti salah lihat, atau yang berkomentar itu akun palsu. Lalu kami tertawa sampai perut kami sakit, hahaha :D Gue bilang, "Lihat saja sendiri kalau nggak percaya," sambil menyerahkan handphonenya pada Ibu. Tapi gue lupa kalau untuk membuka layarnya dibutuhkan password, jadi gue ambil kembali handphonenya. Dan saat itulah gue melihat ada notifikasi yang masuk. Seseorang baru saja memfollow gue di instagram.


Alicia Morton.


Gue difollow oleh ALICIA MORTON!


---Itu Annie sungguhan!!


OMG!



yang akhirnya menjadi Annie,


Indi



------------------------------------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Trending Articles