Quantcast
Channel: Dunia Kecil Indi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

"Indi juga sayang Dominika" :)

$
0
0

What I wore? Headband: Heartwarmer | Dress: Toko Kecil Indi (design by me) | Bracelet: Vanilla | Socks: Gosh | Shoes: Nevada Kids

Yay, ini sudah weekend, teman-teman :D Gue exited sekali karena di minggu ini kesehatan gue semakin membaik, batuk-pilek sudah menghilang, jadi pekerjaan pun terasa lebih ringan. Semoga teman-teman juga dalam keadaan baik, ya. Dan untuk yang sedang terkena musibah, doa gue selalu ada untuk kalian :) 

Tanggal 13 Februari kemarin gue dapat kejutan yang sangat-sangat-sangat menyenangkan. Saking menyenangkannya gue sampai hampir menangis dan hari ini pun jika mengingatnya masih terasa seperti mimpi. Hari itu semuanya berjalan seperti biasa, gue mengajar anak-anak di preschool sampai siang, beristirahat sebentar sampai tengah hari, lalu dilanjutkan dengan makan siang bersama rekan-rekan bekerja. Sampai tiba-tiba saja Miss. Rifa yang sedang makan di sebelah gue berbicara dengan suara tercekat,
"Indi.. Indi... Lihat itu ada siapa di playground!"
Gue yang sedang asyik menikmati sandwich pun segera melihat ke arah playground. Mencari-cari. Tapi nggak ada seorang pun yang gue kenal. Hanya beberapa anak yang sedang outing dan karyawan yang mengawasi mereka.
"Siapa sih?" gue bertanya pada Miss. Rifa sambil mengunyah potongan terakhir bekal gue.
"Itu Dominika!"
Mendengar namanya disebut, spontan gue berdiri dan memanggil-manggil histeris ke arah playground. Tanpa menutup kotak bekal makan siang, gue berlari ke gerbang playground dan mencari sosok yang Miss. Rifa sebutkan tadi.

"Indi!!!"
Tiba-tiba terdengar teriakan dari arah playground. Seorang anak perempuan yang memakai baju seragam olah raga berlari ke arah gue. Ia berambut coklat panjang, berpipi tembam dan berkulit putih bersih.
"Dominika?" suara gue tercekat. Hampir nggak percaya bahwa little girl yang sedang berdiri di balik gerbang playground itu adalah Dominika. Tingginya sudah bertambah beberapa senti...
Tangan-tangan kecilnya menggapai-gapai dari balik gerbang, berusaha memeluk gue. Tubuh gue yang jauh lebih besar darinya membuat sulit untuk membalas pelukannya dari balik gerbang. Jadi gue hanya menyambutnya dengan ciuman kecil di punggung tangannya.
"Mau keluar."
"Mau kemana Dominika?"air mata hampir saja jatuh, tapi gue tahan karena Dominika pasti nggak mengerti mengapa gue menangis :')
"Mau ke Indi."
"Dominika sama siapa ke sini? Sama Mama? Harus bilang Mama dulu, ya."
Ia nggak menjawab dan berlari menjauhi gue. Gue yang masih terkejut dengan kemunculan Dominika yang tiba-tiba, kembali ke meja makan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan retorikal pada Miss. Rifa yang dijawab dengan senyuman pengertian.

Dominika sudah tumbuh tinggi :'D

Rekan-rekan bekerja gue juga senang dengan kehadiran Dominika karena ia begitu dirindukan. Tapi reaksi gue memang lebih'keras' dibandingkan yang lainnya. Bagaimana nggak, dulu gue dan Dominika berteman dengan baik. Iya, bukan seperti guru dan muridnya, tapi benar-benar berteman sampai-sampai ia nggak pernah memanggil gue dengan sebutan "Miss", hanya "Indi"(baca kisah lengkapnya di sini). Padahal gue sebenarnya hanya beberapa hari saja ditempatkan di kelas Dominika, tapi setiap kali ia keluar dari kelas, ia pasti mengunjungi kelas gue bahkan sampai ketiduran di sana. Apa alasannya? Sampai hari ini nggak ada yang tahu, gue dan Dominika tiba-tiba cocok begitu saja. 

"Indiiiiiii!"
Gue mendengar suara itu lagi. Ya Tuhan, ternyata Dominika sudah berada di luar gerbang dan ia sedang berlari ke arah gue! Sepatunya entah dimana, ia hanya memakai sepasang kaos kaki.
Dengan mengabaikan bagaimana cara ia bisa keluar dan apakah sudah meminta izin pada mamanya, gue langsung menyambutnya dengan pelukan erat dan ciuman di pipi. Wah, air mata gue sudah nggak bisa ditahan... :') Dominika tampak kebingungan tapi ia tetap nggak melepaskan pegangan tangannya setelah kami berpelukan.

"Dominika sekolah dimana sekarang?"
"Nggak tahu..."
Gue tersenyum karena nama sekolahnya sebenarnya tertulis di baju seragamnya. "Mau makan?" 
"Mau ke kelas Indi."
Gue berlutut di depannya,"Yah... Miss. Indi kelasnya sudah pindah sekarang... Main di playground saja, yuk."
Dominika terdiam, keningnya berkerut dengan bibir yang tertarik ke bawah. "Ke kelas Indi saja..."


Menghampiri gue di tempat lunch :)

Akhirnya gue mengalah dan menuntunnya menuju kelas lama gue. Sekarang di kelas lama hanya ada Miss. Rifa dan kelas baru gue jaraknya dari ujung ke ujung dari kelas lama. Tapi Dominika sepertinya nggak akan mengerti jika gue jelaskan tentang perpindahan kelas, karena ia bahkan bersikap seolah masih bersekolah di sini. Jadi gue pun ikut berpura-pura masih bekerja di kelas yang sama. Demi Dominika.

Miss. Rifa mengizinkan gue memakai kelasnya sementara ia kembali bekerja di meja sudut kelas. Dominika tampak riang sekali dan langsung menuju rak buku favoritnya. Dengan malu-malu ia bertanya apakah ia boleh membaca buku. Hehehe, rupanya ia masih ingat bahwa waktu bersekolah di sini ia harus minta izin dulu jika mau mengambil buku atau mainan di kelas gue. Maklum sudah diluar jam sekolah :D 
Bukan itu saja, ia juga ternyata mengingat semua buku favoritnya bahkan letak-letak mainan di rak. Sayangnya karena perpindahan kelas beberapa buku dan mainan sudah nggak ada. Beruntung Miss. Rifa baik sekali, ia segera mencari beberapa benda yang dulu menjadi kesukaan Dominika di gudang penyimpanan. Oh, dan juga Miss. Rifa berinisiatif mengambil foto waktu gue dan Dominika bermain di kelas :) Terima kasih :)

Gue dan Dominika berada di dunia kami, yang nggak bisa dijangkau oleh siapa-siapa. Membicarakan hal-hal yang kami suka seolah belum pernah berpisah. Ini seperti hari biasa di saat Dominika pulang sekolah.
"Parfum Barbie mana?", "Rambut cantik mana?"
Dominika menunjuk tas tangan gue. Ia hapal sekali dengan isinya karena dulu gue sering mendandaninya. "Rambut cantik"adalah istilah untuk karet rambut yang dulu gue gunakan untuk mengepang rambutnya :) Tapi bukan hanya kelas, tapi keadaan tas gue juga sudah berubah. Gue nggak lagi pakai parfum Barbie dan nggak lagi membawa karet rambut. Gue menunjukan parfum lain kepada Dominika, parfum yang berjenis solid, lalu mengoleskannya sedikit di nadinya. Ia memandang gue ragu lalu gue mendekatkan lengannya pada hidungnya. "Cium, ini juga wangi."
Dan gue lega karena Dominika menyukainya meskipun ini bukan Barbie.



Waktu gue semakin sempit. Masih banyak pekerjaan yang harus gue kerjakan sebelum jam 2 tiba. Gue enggan untuk berpisah dengan Dominika, tapi juga nggak mau dinilai nggak profesional. Dengan berat hati gue berpamitan dengan Dominika. Sebisa mungkin memberinya pengertian bahwa kelas gue bukan lagi di sini. Gue berkata padanya bahwa ia bisa tinggal untuk bermain tapi nggak bersama gue. Miss. Rifa nggak keberatan Dominika bermain di kelasnya selama ia nggak menggangu pekerjaannya. 
"Miss Indi kerja dulu, ya. Dominika sama Miss. Rifa di sini, okay?"
Dominika diam saja, wajahnya tampak kebingungan.
"Atau mau main di playground? Kalau mau Miss. Indi antar sekarang."
"Mau di kelas Indi saja."
Ah, hati gue mencelos, ternyata ia masih juga belum mengerti bahwa kelas gue bukan lagi di sini.

"Dominika mau di kelas Indi atau di playground?" gue lalu mengikuti istilah Dominika dalam menyebut kelas ini: Kelas Indi.
"Di kelas Indi."
"Ya sudah, kalau mau di kelas Indi sama Miss. Rifa, ya."
Dominika nggak berani menatap gue. Kata-katanya masih sangat terbatas tapi gue bisa melihat bahwa ia bersedih. Sepertinya ia mulai mengerti dengan maksud gue. Langsung saja gue memeluknya erat dan bertanya,
"Kangen ya sama Miss Indi?"
Dominika diam beberapa saat, lalu ia menjawab,
"Sayang Indi..."

Seketika wajah gue terasa panas. Gue bisa merasakan air mata mulai turun ke pipi. Sekali lagi gue memeluknya dan mencium pipinya."Indi juga sayang Dominika."
Lalu bergegas meninggalkannya sebelum ia melihat gue menangis.

"Indi juga sayang Dominika..." :)


Ah, andai saja gue punya lebih banyak waktu, gue ingin sekali menghabiskan waktu sepanjang sore untuk bermain dengan Dominika. Dan seandainya ia tahu, meski banyak rekan-rekan bekerja yang melihat bahwa Dominika sangat mengagumi gue, tapi sebenarnya gue juga merasakan sebaliknya. Iya, Dominika yang berada di buku keempat gue (Conversation for Preschoolers) adalah Dominika yang sama dengan sahabat kecil ini. Ia menginspirasi gue :) 


(bukan) Miss Indi,

Indi



____________________________________________________________
Twitter: here | Facebook: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Trending Articles