Quantcast
Channel: Dunia Kecil Indi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Stop Kepo-ing and Start Caring! :)

$
0
0
Howdy do my friends! Yay, hari minggu terima kasih sudah datang kembali! Hehehe :D So, how's your week, guys? Semoga semuanya berjalan lancar dan menyenangkan, ya. Gue sendiri banyak mendapat hal-hal baru selama 1 minggu ini, mulai dari mengunjungi seorang teman baru yang sedang membuat film (OMG, can't wait!) dan diangkat jadi lead teacher meskipun masih ragu-ragu. Doakan saja semua lancar ya :D



Oh iya tanggal 3 April kemarin film Mika (yang diinspirasi dari kisah nyata gue, berdasarkan novel Waktu Aku sama Mika) ditayangkan di SCTV, lho. Wah, senang sekali rasanya karena meskipun sudah menonton puluhan kali (iya, setiap acara "nobar" gue pasti nonton lagi, hehehe) tapi gue tahu bahwa ada beberapa wilayah di Indonesia yang bioskopnya nggak kebagian film ini. Jadi malam itu film Mika diputar serentak di seluruh Indonesia! Awesome :) Gue, Ibu dan Bapak sampai rela begadang, lho padahal kami harus bangun pagi-pagi sekali :)

Hati gue semakin senang waktu membaca pesan-pesan yang masuk ke social media gue. Banyak yang pernah menonton film Mika di bioskop merasa senang bisa menonton kembali, juga yang belum pernah merasa lega karena akhirnya penantian selama 1 tahunnya terbayar. Banyak juga yang merasa mendapat teman karena merasa mirip dengan kisah gue dan Mika. Gue yang scoliosis dan Mika yang mengidap AIDS menjalani masa pacaran dengan menyenangkan meski ada juga "masa-masa sulit". Rupanya banyak juga diantara penonton yang mengalami hal yang sama, malah mempunyai 'keistimewaan' yang sama seperti gue dan Mika :)

Saking senangnya gue membalas pesan-pesan yang masuk sampai jam 2 pagi, lho! Hehehe :) Entah kenapa meski sudah 1 tahun semenjak premiere tapi malam itu terasa seperti pemutaran perdana kembali. Malah ada kejutan kecil yang menyenangkan, gue mendapat kabar dari Vino Bastian bahwa "Watching Mika" menjadi trending topic. Thank God :) Malam itu tentunya bukan cuma gue saja yang sibuk membalas pesan, tapi juga Vino yang memerankan Mika, Velove Vexia yang memerankan gue dan Mbak Lasja yang menjadi sutradara di film Mika. Wah, timeline gue di twitter sampai penuh dengan twit-twit dari mereka :) Tapi sayangnya diantara pesan-pesan yang menyenangkan dan membuat gue tersenyum itu ada juga pesan-pesan yang membuat hati gue sakit meskipun sudah mencoba untuk'pura-pura nggak terbaca': Masuknya pesan-pesan kepo!

"Watching Mika" jadi trending topic di twitter :)

Kepo: Knowing Every Particular Object atau dalam bahasa Hokkian Kay poh yang berarti suka mencampuri urusan orang lain tentu saja berbeda dengan care atau peduli. Jika care berarti kita benar-benar ingin tahu keadaan seseorang and do something about it, kepo hanya sekedar ingin tahu dan tujuannya untuk memenuhi rasa penasaran. Setelah terjawab maka sudah.  
Sebenarnya hal ini sudah gue alami sejak lama, sejak novel Waktu Aku sama Mika di rilis tahun 2009 lalu. Tapi gue selalu mencoba membalas dengan baik-baik, atau jika sedang dalam mood mellow, gue lebih baik pura-pura nggak membaca pesan itu. Well, ya meski sebenarnya pura-pura nggak membuat perasaan gue lebih baik, sih. Tapi menurut gue itu lebih baik daripada menjawab dengan mood yang jelek dan gue malah menyakiti hati si penanya.

What I wore? Dress: Toko Kecil Indi/my design/DIY | Headband and moccasin: Parta-Porte 

Mungkin bagi si kepo'ers pertanyaannya hanya sekedar pertanyaan dan mungkin lupa bahwa gue juga punya perasaan. Padahal dengan munculnya gue dan Mika di film bukan berarti kisah kami jadi berubah fiksi. Atau kami jadi tokoh rekaan yang jalan ceritanya bisa dirubah-rubah dan kritik oleh yang pembaca/penonton. Kami tetap ada, meskipun Mika sudah di surga tapi ia juga memiliki keluarga yang (of course) sangat menyayanginya.
Pertanyaan yang paling sering gue terima adalah,"Kenapa Mika bisa kena AIDS?". Gue mengerti penasaran itu manusiawi. Tapi jika gue sudah menjawabnya dan yang bertanya belum puas dengan jawaban gue, apakah itu wajar? Padahal sudah jelas sekali bahwa hal yang ditanyakan sangat pribadi dan gue sebenarnya punya hak untuk menolak menjawab. Bagi sebagian orang mungkin itu pertanyaan sederhana, tapi buat gue membacanya saja sudah cukup untuk membuat mata berkaca-kaca...


Lucunya, saat gue menolak menjawab ada saja yang merasa berhak untuk mendapatkan jawaban. Sampai-sampai malah marah-marah dan yang paling mengerikan mengulang pertanyaan yang sama sampai mengirim puluhan pesan (baru saja terjadi lagi di Facebook, huhu...)
Gue heran kenapa orang bisa sampai "segitunya" kepo. Penasaran itu wajar, tapi apakah semua penasaran harus diutarakan? Segitu pentingnya keharusan untuk mendapat jawaban demi kepuasan diri sendiri sampai-sampai nggak menghiraukan perasaan orang yang ditanya? :) Pertanyaan lain yang sering diajukan juga adalah tentang bagaimana wajah Mika yang sebenarnya. Gue sering dimintai untuk mengirimkan foto, yang mana menurut gue itu cukup creepy :S Soalnya seseorang yang nggak gue kenal (literally, tanpa ada perkenalan etc langsung, to the point) meminta foto seseorang yang dekat dengan gue. Sekali lagi seperti yang gue bilang sebelumnya, dengan dijadikan novel dan film bukan berarti gue dan Mika menjadi fiksi. Jadi coba bayangkan situasinya terjadi pada diri sendiri: Ada seseorang nggak dikenal tiba-tiba minta foto pacar kalian. Seram kan? :/

Gue nggak mencoba misterius atau apalah istilahnya. Gue cukup terbuka, kok. Buktinya gue punya blog ini dan beberapa akun di social media lain :) Tapi memang ada beberapa hal yang ingin gue simpan sendiri, apalagi jika itu berkaitan dengan Mika. Apa yang gue bagi melalui novel dan film, itulah yang gue ingin orang ketahui. Dan gue rasa itu sudah banyak, semua hal "penting"sudah tersampaikan. Gue ingin semangatnya Mika yang dikenang, perjuangannya, kisah hidupnya. Soal wajah dan bagaimana ia bisa terkena AIDS sama sekali nggak penting, juga seharusnya nggak mempengaruhi cara orang-orang menilai Mika, kan? :)

Tapi selain pertanyaan-pertanyaan kepo yang membuat gue sedih, gue juga beruntung karena diberkahi dengan adanya teman-teman yang sangat pengertian dan stop bertanya ketika gue berkata"keberatan" :) Gue juga beruntung karena keluarga Mika mendukung gue untuk membagi kisah tentang Mika. Ketika gue membaca pesan-pesan kepo gue sering memikirkan keluarga Mika, terutama mamanya yang sangat menyayanginya. Bagaimana perasaannya? Gue yang hanya mengenal Mika selama 3 tahun nggak bisa dibandingkan dengan mamanya yang mengenal Mika selama 25 tahun. Gue harap sebelum bertanya sesuatu orang-orang mulai bertanya dulu pada dirinya sendiri: Bagaimana jika gue di posisinya? Apakah gue akan merasa sedih jika mendapatkan pertanyaan seperti itu? Apakah pertanyaan itu terlalu pribadi?
Sebelum kepo mulailah berandai-andai jika Mika itu abang, teman, adik, pacar atau bahkan putra kalian (yup, ada juga kok yang seusia orang tua gue kasih pertanyaan kepo nan menyakitkan).

Well, ya ini bukan hanya tentang Mika, apapun, menurut gue kepo itu nggak baik (iya KEPO, beda dengan CARE). Kenapa kita harus penasaran dengan sesuatu yang sama sekali bukan urusan kita? :) Dipedulikan saat ada sesuatu yang menimpa kita itu rasanya lebih nyaman kan daripada menerima pertanyaan, "kenapa, kenapa dan kenapa?" ;) So why don't we stop kepo-ing and and start caring?
Selamat menikmati hari minggu, teman-teman! :)




faith and trust and pixie dust,

Indi


Ps: Kenapa post ini bahas tentang kepo tapi gue pakai kostum native american, ya? Hehehe. Ini karena lagu "Colors of the Wind", soundtract dari film Pocahontas benar-benar menggambarkan apa yang gue rasakan belakangan :)

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Trending Articles