Howdy do, bloggies! It's been awhile ya gue nggak cerita tentang scoliosis? Well, meskipun nggak cerita bukan berarti gue nggak peduli, dan tentu saja bukan berarti scoliosis gue hilang, hihihi. Sesuai dengan slogan para scolioser "Sekali scoliosis tetap scoliosis", tentu saja sampai kapanpun gue akan merawat my lovely backbone, karena kami akan bersama-sama selamanya :D
Mungkin teman-teman sudah ada yang tahu tentang perjalanan scoliosis gue lewat novel "Waktu Aku sama Mika", "Karena Cinta itu Sempurna" atau pun film "Mika". Tapi jika belum, singkatnya bisa diceritakan seperti ini: Waktu usia gue 13 tahun gue menyadari bahwa tulang punggung gue terlihat menonjol sebelah. Bukan itu saja, payudara sebelah kanan gue pun terlihat agak masuk ke dalam. Langsung saja gue bilang pada Ibu dan Bapak. Di hari yang sama, gue dibawa ke dokter spesialis tulang, dan di sana ketahuan bahwa gue scoliosis dengan kurva 35 derajat (tingkat sedang). Dokter menjelaskan bahwa scoliosis bukan penyakit, tapi kelainan tulang belakang. Jadi nggak ada obatnya, tapi bisa dikoreksi dengan jalan bracing atau operasi. Berhubung gue masih tahap pertumbuhan, jadi dokter menyarankan untuk bracing. Waktu itu brace yang gue pakai tipe Boston.
Setelah pemakaian brace, bukan berarti tanpa masalah. Proses adaptasinya lumayan mengharu-biru, hehehe. Pasalnya brace yang kaku dan tertutup itu harus dipakai setiap hari selama 23 jam. Yup, termasuk tidur dan sekolah. Gue hanya melepas brace ketika mandi dan terapi berenang. Dokter bilang brace ini harus dipakai sampai gue berusia 18 tahun alias sampai tulang gue berenti tumbuh. Di usia gue yang masih 13 tahun menunggu tulang berhenti tumbuh itu rasanya seperti selamanya, hehehe. Meski reaksi scolioser terhadap bcare berbeda-beda (ada yang mau patuh memakainya, dan ada juga yang menolak) tapi gue yakin mereka pasti setuju kalau brace menimbulkan perasaan sesak dan pegal. Dan bonus karena kulit gue sensitif, brace meninggalkan tato permanen di beberapa bagian (saingan sama Mika, hehehe).
![]() |
| Gue di film Mika, diperankan oleh Velove Vexia |
Karena bentuknya yang bulky dan kaku Boston brace ini susah sekali disembunyikan di balik baju. Well, bukannya gue malu. Gue bangga kok sebagai scolioser karena seperti itulah Tuhan menciptakan gue :) Tapi terkadang gue ingin diperlakukan sama tanpa orang melihat terlebih dulu dengan keadaan fisik gue. Sekalipun gue memakainya di balik baju, rasanya nggak nyaman. Tank top atau kaos dalam yang tipis nggak bisa melindungi gesekan brace di kulit gue. Gue yakin nggak setiap scolioser merasa seperti ini, tapi sekali lagi, mungkin ini karena kulit gue super sensitif. Itulah kenapa gue sering memakainya di luar baju. Jadi kalau ada yang pernah menonton film Mika dan berkomentar "style" gue (diperankan oleh Velove Vexia) itu aneh, kenyataannya memang begitu. Bukan filmnya yang mengada-ada, hihihi :)
Waktu gue berusia 18 tahun dan akhirnya boleh lepas brace ternyata scoliosis gue belum juga jinak. Kurva gue bertambah menjadi lebih dari 40 derajat (tingkat tinggi) dan sekarang sudah sekitar 52 derajat (sangat tinggi). Keberhasilan Boston brace memang berbeda-beda pada setiap scolioser. Ada yang berhasil atau seenggaknya menjaga kurva agar nggak bertambah, ada juga yang mengalami seperti gue. Tapi gue nggak merasa 5 tahun bracing sia-sia karena gue sudah berusaha, bukannya membiarkan :)
Karena tulang gue sudah mature, bracing sudah nggak ada gunanya lagi. Tapi kemungkinan bertambahnya kurva juga semakin kecil. Gue diberikan 2 pilihan oleh dokter: operasi (yup, kurva di atas 40 biasanya disarankan begitu) atau dirawat dengan terapi agar gue tetap fit sampai tua (lol) dan mengurangi rasa sakit. Gue pilih untuk nggak operasi dan mencari jalan agar scoliosis gue membaik. Gue yakin sebagai scolioser gue tetap bisa hidup produktif :)
Lalu datanglah hari itu, hari dimana gue melihat foto yang merubah hidup gue (lebay, hahaha). Entah darimana awalnya, tapi gue menemukan foto Lourdes, anaknya Madonna yang katanya mengidap scoliosis! Di keterangan foto ditulis bahwa ia menggunakan spinecor alias soft brace. Eh, wait! Brace? Gue nggak melihat ada yang bulky di balik baju Lourdes. Langsung saja gue memperhatian dengan seksama dan menemukan bahwa ada sabuk yang mengintip di balik T shirt nya. Hmm, inikah yang dinamakan spinecor? Brace macam apa ituuuuuuu? *camera zoom in-zoom out ala sinetron, lol*
![]() |
| Lourdes dengan brace nya yang bikin iri, hihihi :) |
Dari hasil googling sana-sini, gue jadi tahu bahwa spinecor adalah soft brace untuk pengidap scoliosis. Iya, sesuai namanya, brace yang ini benar-benar halus dan elastis, jadi nggak terlihat di balik baju dan yang terpenting sama sekali nggak mengganggu aktivitas sehari-hari. Berbeda dengan Boston Brace, spinecor tetap efektif untuk dipakai oleh scolioser dewasa dan berkurva besar. Wah, gue jadi ingin mencoba! Syukurlah lewat bantuan internet gue jadi tahu bahwa spinecor sekarang juga sudah ada di Indonesia. Tepatnya di Back Up clinic Jakarta :)
Ditemani oleh Bapak gue langsung membuat janji dengan Dr. Natalie di Back Up Clinic. Berhubung dulu sudah pernah memakai brace, gue langsung siap-siap untuk proses panjang yang nggak nyaman. Tapi ternyata ini berbeda. Gue memang melewati proses pembacaan X Ray dan pengukuran dulu, tapi prosesnya cepat, seperti sedang fitting baju :D Sekitar 2 jam semuanya selesai dan gue langsung dapat bekal untuk exercise di rumah dan panduan gambar kalau-kalau gue lupa cara memasang spinecor nya (tenang, semuanya diberi label nomor, kok *wink*). Asyiknya lagi gue nggak harus nostalgia dengan pemakaian 23 jam sehari, tapi ini cukup 6 jam sehari dengan waktu yang bisa dipisah dan seminggu hanya 4 kali. Tentu saja setiap scolioser akan berbeda, tapi Dr. Natalie menjamin spinecor tentu jauh lebih nyaman dari Boston brace :)
![]() |
| Back Up Clinic |
| Begitu dipakai punuk gue langsung "hilang" :) |
| Asyik, gue sama Lourdes brace nya kembaran, hahaha :p |
Selama perjalanan pulang Bandung-Jakarta yang macet gue memakai spinecor. Gue dan Bapak hampir nggak percaya karena sebelumnya kami juga pernah mengalami ini, waktu pulang sehabis membuat Boston brace dulu. Bedanya kali ini gue duduk di mobil tanpa keluhan dan benar-benar happy. Nggak ada perasaan gatal di kulit apalagi pegal. Rasanya hampir sama seperti memakai baju renang. Ada perasaan ketat tapi nggak mengganggu. Lucunya waktu sampai di rumah Ibu bertanya mengapa gue nggak pakai brace. Hehehe, rupanya spinecor ini memang nggak terlihat di balik baju :D
| Tipis banget kan? Benar-benar nggak nampak di balik baju :D |
Ini adalah hari ke dua pemakaian spinecor. Gue masih tetap merasa nyaman dan sama sekali nggak terganggu untuk beraktivitas. Tadi siang gue menjadi bintang tamu di acara workshop menulis dan nggak ada seorang pun yang sadar bahwa di balik dress centil gue ada brace, hihihi. Gue bahkan sekarang mengetik tulisan ini sambil memakai spinecor, padahal dulu brace lama gue benar-benar musuhan sama komputer :p
Menurut Dr. Natalie spinecor gue harus dipakai selama 18 bulan (yup, bukan 5 tahun, lol) dan setelah itu hanya dipakai sesekali. Gue optimis bahwa spinecor bisa meningkatkan kualitas hidup gue dengan mengkoreksi scoliosis gue. So, wish me luck, guys. Selalu ingat, bahwa scoliosis memang nggak bisa disembuhkan tapi BISA dikoreksi. Go scolioser go! :D
Oh, iya untuk teman-teman scolioser yang ingin tahu lebih banyak tentang spinecor, silakan ke Back Up Clinic di Podomoro City, Central Park Mall, LG Floor unit L-136 (samping HSBC). Nggak perlu khawatir masalah waktu, mereka buka setiap hari kok. Untuk yang di luar kota bisa telepon dulu ke (021) 292 00 158 atau (021) 292 00 218. Atau kontak saja mereka lewat twitter dan facebook ;)
yang dibilang spesial sama Mika,
Indi
_______________________________________________________

.jpg)

