Quantcast
Channel: Dunia Kecil Indi
Viewing all 312 articles
Browse latest View live

Ikutan Nobar Film MIKA bareng Indi Sugar dan D-100 Community, yuk! ;)

$
0
0

Teman-teman, sudah nonton film MIKA belum? :)
Film MIKA adalah sebuah film Indonesia yang diinspirasi oleh novel "Waktu Aku sama Mika" yang ditulis berdasarkan kisah nyata gue dan Mika.
Film ini menceritakan tentang gue yang divonis scoliosis (kelainan tulang belakang) dan berkenalan dengan Mika, laki-laki yang mengidap AIDS. Bersama kami menghadapi hari sampai akhirnya berpacaran dan menjadi pribadi semakin kuat meskipun fisik kami lemah.
Film ini disutradarai oleh Lasja Susatyo dan dibintangi oleh Vino Bastian (sebagai Mika), Velove Vexia (sebagai Indi), Izur Muchtar (sebagai Bapak), Dona Harun (sebagai Ibu) dan masih banyak yang lainnya.

Film Mika diputar di bioskop seluruh Indonesia pada tahun 2013 lalu dan sempat menjadi film dengan jumlah penonton paling banyak. Beberapa bulan setelah tayang di bioskop Indonesia, film Mika juga berkesempatan untuk diputar di IFF Melbourne Australia :)

Nah untuk yang belum pernah menontonnya (atau yang rindu dengan film ini, hihihi), gue dan D-100 Community mengajak teman-teman untuk nobar alias nonton bareng. Film MIKA akan diputar pada;

Minggu, 7 Desember 2014
Pukul 16.00
Di Taman Film Bandung
(Bawah jalan layang Pasupati, Tamansari)

Acara ini gratis! Silakan membawa teman sebanyak-banyaknya karena tempatnya sangat luas dan menggunakan layar super besar (4x8 meter) ala bioskop. Asyik sekali, kan? Sampai bertemu di sana, ya! :)

sugarpie nya Mika,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Live Interview "World AIDS Day" di I-Radio Jakarta :)

$
0
0
1 Desember 2014

Gue bangun pagi-pagi sekali dan langsung sarapan. Sebenarnya semalam gue nggak bisa tidur karena kurang enak badan dan... karena ini tanggal 1 Desember. Seperti sudah diprogram, setiap Hari AIDS Sedunia pasti rasa rindu gue pada Mika semakin kuat. Tapi gue sudah ada janji di Jakarta, jadi setelah sarapan gue langsung berganti baju dan pergi diantarkan Bapak. 

Cuaca mendung dengan angin bertiup kencang membuat gue berusaha bergelung di kursi depan mobil. Lalu lintas cukup padat tapi nggak ada hambatan yang berarti. Syukurlah, itu artinya kemungkinan besar kami bisa sampai sebelum jadwal 3 in 1. Lokasi studio I-Radio---radio yang mengundang gue--- terletak di Sarinah, daerah yang mulai pukul 4.30 sore berlaku sistem 3 in 1. Janji yang dibuat sebenarnya pukul 5 sore, tapi menunggu lebih baik dariada harus kena tilang, hehehe.
Waktu Ray memberitahu bahwa ia dihubungi Andrew (produser I-Radio) yang ingin mengundang gue, gue terus-terusan bertanya tentang konsep acaranya. Well, ini bukan kali pertama gue diundang ke studio radio, tapi mengingat hari yang diminta bertepatan dengan Hari AIDS sedunia, gue jadi sedikit 'khawatir'. Ray, yang juga merangkap sebagai manager gue sudah mengerti betul dengan 'kesensitifan' gue (bless his heart!). Mika adalah sosok yang gue banggakan dan selalu dengan senang hati gue bagikan kisahnya ---juga sekaligus sosok yang ingin gue ceritakan dengan hati-hati. Status Mika yang ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) kadang membuat beberapa media membuatnya terkesan negatif (just google it!) atau malah dikasihani. Padahal yang ingin gue bagikan justru tentang betapa full passion dan positinya Mika, tentang betapa gue menganggapnya sebagai seorang hero. Orang tua Mika masih ada dan tahu tentang novel dan film yang dibuat untuk putra kesayangannya. Jadi gue ingin menjaga kepercayaan mereka sampai kapanpun. Syukurlah kekhawatiran gue ditenangkan oleh Ray. Ia bilang bahwa Andrew sepertinya sudah cukup mengenal gue, dan ia juga meminta daftar pertanyaan untuk interview supaya gue bisa menyaringnya jika ada sesuatu yang membuat gue nggak nyaman.

Pukul 2.30 gue dan Bapak sudah tiba di Sarinah. Karena masih punya banyak waktu kami putuskan untuk berkeliling dan ngopi-ngopi dulu. Bapak dulu bekerja di Jakarta, jadi beliau cukup mengenal tempat ini. Setelah menemukan tempat yang nyaman dan sejuk (kontras dengan di Bandung, cuaca terik sekali, hehehe) gue menghubungi Ray untuk mengingatkan tentang daftar pertanyaan. Hanya beberapa menit kemudian gue menerima email dan langsung membacanya. Bibir gue seketika tersenyum, nggak ada pertanyaan yang terlalu pribadi dan terkesan menjudge. Semuanya wise dan cerdas. Gue langsung menunjukannya pada Bapak yang juga langsung menyukai isinya. Di perjalanan Bapak memang sudah mewanti-wanti agar beliau nggak diajak masuk ke dalam studio. Alasannya karena "malas" jika harus menjawab sesuatu yang sifatnya terlalu pribadi. Pasalnya tahun lalu ketika gue mengisi acara dalam rangka Hari AIDS Sedunia, ada seseorang yang bertanya kepada Bapak dan membuatnya nggak nyaman. Bapak memang nggak memeberitahu gue apa isi pertanyaannya, tapi beliau menjelaskannya dengan 2 kata, "Pertanyaan kepo."

Sekitar pukul 4.30 gue dan Bapak menuju ke studio I-Radio yang letaknya di lantai 8. Hanya menunggu beberapa menit, Andrew menemui kami dan mengajak kami ke ruang tunggu. Setelah diberikan penjelasan singkat kami juga sedikit mengobrol. Andrew ternyata sudah mengenal gue sejak tahun 2009, waktu novel pertama gue "Waktu Aku sama Mika" terbit. Ia juga sudah membaca 2 novel gue yang lainnya, "Karena Cinta Itu Sempurna" dan "Guruku Berbulu dan Berekor". What a nice surprise! Hati gue jadi semakin senang :) Berhubung Bapak sudah tahu pertanyaan apa saja yang akan diajukan, beliau pun bersedia untuk menemani gue di dalam studio meskipun nggak ikut diwawancara.



Gue lalu berkenalan dengan Feli dan Kamal, hosts yang akan on air bersama gue. Kesan pertama gue; mereka kocak-kocak, hehehe. Berbekal portofolio yang sudah diprint, wawancara pun dimulai :)
Seperti biasa, dimulai dengan perkenalan singkat kepada pendengar mereka lalu mulai memberikan pertanyaan seputar novel "Waktu Aku sama Mika". Gue menceritakan tentang proses penulisan novel yang tadinya hanya buku harian pribadi, jadi ketika sudah dicetak masih lengkap dengan tanggal dan segala macam typo-nya. Gue juga mengenalkan sosok Mika secara singkat, tentang sejauh mana ia dulu begitu mempengaruhi gue dan menjadikan gue pribadi yang lebih positif. 



Setelah itu perbincangan kami semakin mengalir. Feli bertanya apakah gue pernah mendapatkan deskriminasi dari lingkungan sekitar selama berpacaran dengan Mika. Gue bercerita bahwa dulu ada beberapa anak di sekolah yang mengucilkan gue karena tahu Mika ODHA. Gue bahkan sempat dilarang menggunakan toilet yang sama dengan alasan takut menulari yang lain. Meskipun terdengar konyol, tapi dulu memang banyak sekali yang belum mengerti HIV/AIDS dengan baik. Berpacaran dengan Mika nggak membuat gue terinfeksi, dan jika pun ODHA menggunakan toilet yang sama dengan mereka, itu sama sekali aman. Lucunya, dulu malah ada seorang dokter yang menolak menangani Mika dengan alasan keamanan. Padahal gue pernah membaca tentang 'Keamanan Universal', yaitu prosedur penanganan pasien  dengan menghindari kontak cairan tubuh, misalnya dengan menggunakan sarung tangan. Yang artinya semua pasien harus dilayani dengan baik, termasuk ODHA. Sejak saat itulah gue ingin tahu lebih banyak tentang HIV/AIDS dan mencari cara agar nggak ada lagi orang-orang yang diperlakukan seperti Mika.

Jeda iklan novel "Waktu Aku sama Mika" langsung dibaca, hihihi :)
Bapak menemani gue di dalam studio :)

Feli dan Kamal pun penasaran dengan hal-hal apa saja yang bisa menularkan HIV karena menurut mereka sepertinya gue nggak takut tertular dengan Mika :) Hihi, tentu saja. HIV nggak menular karena kontak sehari-hari. HIV terdapat di dalam sebagian cairan tubuh seperti; darah, air susu ibu dan cairan kelamin. Jadi berpegangan tangan, makan satu piring ataupun berenang bersama Mika sama sekali nggak masalah. Gue nggak pernah bosan menceritakan bahwa apa yang membuat Mika istimewa adalah kepribadiannya. Ia begitu penuh semangat dan selalu melindungi gue. Meskipun ia 7 tahun lebih tua dari gue, tapi selama 3 tahun bersamanya nggak pernah sekalipun ia memanfaatkan gue. Mika bahkan selalu mendorong gue untuk terus berpikir positif.  Jadi apapun yang ia idap itu bukan masalah untuk hubungan kami, karena siapapun bisa saja jatuh sakit.


Ketika Kemal bertanya tentang bagaimana seharusnya lingkungan memperlakukan ODHA, gue langsung menjawab,"Sama saja." Karena gue sendiri nggak nyaman jika harus dibedakan. Status gue sebagai seorang scolioser (pengidap scoliosis) nggak membuat gue merasa jadi sosok yang berbeda dari orang kebanyakan. Gue punya banyak teman, dan beberapa diantara mereka ada yang seperti Mika. Tapi yang membedakan kami hanya hobi, makanan kesukaan, dan hal-hal semacam itu. Gue percaya selama kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan, maka semuanya akan baik-baik saja :)

Wawancara pun ditutup dengan pesan-pesan gue untuk para pendengar. Sama seperti yang gue sampaikan di "HIV/AIDS Awereness 2014"28 November lalu, gue berharap orang akan peduli dengan HIV/AIDS bukan hanya di 1 satu Desember atau baru pada saat ada keluarga atau orang terdekatnya yang terinfeksi. Tapi peduli bisa dimulai dari sekarang, karena nggak ada kata terlalu cepat untuk memulai. Untuk peduli nggak perlu menjadi seorang aktivis atau expert, tapi dengan membantu menyebarkan informasi yang benar tentang HIV/AIDS di lingkungan terdekat dan melawan diskriminasi pun sudah menunjukan bahwa kita peduli.

Bersama Andrew :)

Wawancara selesai sekitar pukul 6 lewat. Sambil berpamitan gue memberikan sebuah novel "Waktu Aku sama Mika" untuk I-Radio. Badan gue yang sedang kurang fit pun terasa membaik karena energi positif yang ada di sini. Bibir gue nggak bisa berhenti tersenyum karena hal-hal yang sudah dialami tadi. Saat ada orang yang gue temui dan mengaku bahwa pandangan mereka tentang HIV/AIDS berubah menjadi lebih positif rasanya benar-benar priceless. Saat Andrew berterima kasih atas kehadiran gue, rasanya gue lah yang harus berterima kasih karena mendapatkan kesempatan seperti ini :) 
Di perjalanan pulang gue mulai terkantuk-kantuk. Saat hampir terlelap gue mendengar Bapak berkata, "Tadi bagus sekali. Kalau Mika dengar kira-kira bagaimana, ya?"
Gue terkikik, mengangkat bahu sekilas. Entahlah, yang gue inginkan hanya semua orang tahu bahwa Mika orang baik...


blessed girl,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Yang Baru dari The Baker Lady; Keripik Bayam ala Popeye alias Spinach Chips! (review) :)

$
0
0

Waktu menulis ini perut gue lagi sibuk krucak-krucuk, lho. Padahal sudah tengah malam, hihihi. Belakangan Bandung sedang diguyur hujan, hampir sepanjang hari udaranya dingin. Nah, kalau lagi dingin tahu dong apa yang paling enak selain bergelung di balik selimut? Of course ngemil! Hihihi :) Lucky me beberapa hari yang lalu The Baker Ladymengirimi gue perlengkapan tempur melawan lapar berupa satu toples Kaastangels dan satu toples Spinach Chips. Langsung deh gue nggak sabar untuk mencicipi (baca: menghabiskan) keduanya. Terutama Spinach Chips nya alias keripik bayam, produk paling baru dari The Baker Lady yang bikin penasaran :D

Untuk kaastangels nya gue sudah pernah mencicipi sebelumnya. Rasanya nikmaaaat, kejunya super gurih dengan tekstur yang crunchy di luar namun lembut di dalam. Saking nikmatnya gue sampai makan berebutan dengan Ibu yang penggemar berat keju dan berakhir dengan menyembunyikan toplesnya di dalam kamar supaya aman, hihihi (ups). Kayaknya gue nggak harus menceritakan panjang lebar, deh, karena sebelumnya gue sudah pernah tulis review nya di sini, dan takut membuat teman-teman ikut ngiler. Lagipula gue yakin banyak diantara teman-teman yang sudah pernah mencoba mencicipi kaastangels dari The Baker Lady yang belakangan sedang super happening ini, hihihi :)


Nah, Spinach Chips nya nih yang paling bikin gue excited. Sebagai seorang pesco-vegetarian gue akrab banget dengan sayur-sayuran, dan bayam termasuk salah satu favorit  gue. Biasanya Ibu memasak bayam dengan disayur atau dioseng-oseng. Kalau dijadikan keripik belum pernah sama sekali. Paling gue pernah membeli keripik bayam di abang-abang gerobak dekat sekolah, yang sayangnya terlalu oily :( Waktu gue buka toplesnya langsung yakin kalau Spinach Chips dari The Baker Lady beda dengan yang pernah gue beli. Tampilannya sama sekali nggak berminyak dan warna bayamnya fresh sekali, bikin perut krucuk-krucuk, hihihi. Nggak menunggu lama, chips pertama langsung saja gue masukan ke dalam mulut dan... “kriuk”, renyah sekali! Meskipun dibalut tepung dalamnya tetap kering dan rasa bayamnya tetap kuat. Ah, ini camilan favorit baru gue, nih! :D



Pantas saja rasanya nikmat, menurut Eve, owner dari The Baker Lady Spinach Chips ini baru diolah ketika ada yang memesan. Jadi dengan kata lain ini fresh from the oven! Minyak yang dipakai pun selalu baru, makanya jadi lebih sehat dibandingkan dengan keripik lain. Apalagi ini tanpa bahan penyedap, hanya dari bumbu-bumbu dapur alami seperti garam, merica dan lain sebagainya. Ibu hamil, anak-anak, bahkan kakek-nenek boleh banget ngemil Spinach Chips ini, karena selain ramah di perut juga ramah di gigi, hihihi.

Aduh, tengah malam begini membayangkan ngemil Spinach Chips yang guilt free bikin gue insomnia. The Baker Lady harus tanggung jawab, nih! :p
Kalau teman-teman ikut ngiler ketika membaca post gue yang ini, langsung saja hubungi The Baker Lady di instagramilady_luck, di line eveselvy atau add pin BB nya di 74fd03f0. Gue juga lagi menunggu pagi, nih. Mau cepat-cepat pesan Spinach Chips nya yang super nagih! :D

Popeyewannabe,

Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Afternoon Walk with Eris :)

$
0
0

Indi and Eris in action, hihihi.

Hi weekeeeeeend, kita bertemu lagi! Hihihi. Setiap akhir pekan tiba gue selalu excited. Setiap hari kesannya memang selalu berbeda, tapi weekend jelas menjadi favorit gue :D Gue yakin teman-teman juga begitu. Karena kebanyakan dari kita libur di hari sabtu dan minggu, pasti ada saja hal berbeda dari hari biasa yang kita lakukan khusus di akhir pekan. Nah, begitu juga gue. Meski hampir setiap sore gue berjalan-jalan dengan Eris ---anjing golden retriever kesayangan gue, kalau hari sabtu atau minggu waktu jalan-jalannya jadi istimewa karena bisa lebih lama :)

Buat gue berjalan-jalan dengan Eris bukan sekedar menghabiskan waktu berkualitas dengannya, tapi juga sekaligus berolahraga. Gue bukan orang yang aktif secara fisik karena sebagian besar waktu bekerja gue dihabiskan dengan duduk di hadapan laptop atau komputer. Dengan Eris tubuh gue tejaga agar nggak kaku, sama seperti orang yang aktif jogging secara rutin. Hanya bedanya gue ditemani dengan partner berbulu berkaki empat, hihihi. Otot-otot gue pun menjadi lebih kuat. Karena Eris yang super manis dan penurut ini tetap saja mempunyai insting sebagai seekor anjing, jadi kalau ia melihat kucing atau ‘binatang asing’ lainnya pasti langsung tertarik dan menarik-narik tali lehernya. Meskipun hitungannya hanya beberapa detik, tapi tenaga seekor anjing golden retriever lumayan juga, lho :D (Teman-teman yang memelihara anjing pasti tahu rasanya, hihihi).



Berjalan-jalan sore sekaligus berolahraga dengan Eris juga sangat hemat biaya. Cukup siapkan fisik, gue dan Eris bisa pulang ke rumah saat menjelang magrib dengan jumlah keringat yang nggak kalah dengan mandi sauna, hihihi. Paling-paling gue hanya menyiapkan beberapa hal saja sebelum keluar rumah, dan itu pun nggak banyak. Saking gampangnya gue hanya butuh waktu 5 menit saja untuk bersiap-siap, lho. Teman-teman mau tahu apa saja? Ini dia list nya... Tam taram taraaaaaam. Lol.

1. Kondisi fisik dan mental
Sebelum keluar rumah gue selalu pastikan Eris dalam keadaan sehat. Flu sedikit atau sedang loop (datang bulan) mungkin nggak akan jadi masalah jika sedang di rumah, tapi kalau di luar bisa jadi masalah besar. Gue nggak pernah tahu apa yang akan dihadapi di luar. Kalau daya tahan tubuh Eris lemah akan ada kemungkinan ia tertular penyakit dari anjing lain. Belum lagi serangan kutu yang akan lebih ganas jika hinggap di anjing yang sakit. Atau Eris malah bisa menulari anjing lain yang tanpa sengaja berpapasan di jalan. Kan nggak seru, kalau niatnya bersilaturahmi dengan sesama penyayang binatang, eh malah menulari penyakit, hihihi. Anjing yang loop juga bisa menarik perhatian anjing jantan. Daripada terjadi perkawinan yang nggak diinginkan (lol), lebih baik Eris main lempar tangkap di rumah dulu saja, deh.

2. Outfit
Bukan cuma untuk gue, kenyamanan outfit Eris juga penting untuk menunjang lancarnya jalan-jalan sore. Kalau untuk gue sudah pasti wajib bersepatu flat (kadang memakai sepatu sandal atau keds), soalnya selain lebih sehat juga memudahkan gue jika Eris mendadak melihat kucing, hihihi. Sedangkan untuk pakaian gue menyesuaikan dengan cuaca. Jika dingin gue akan memakai lengan panjang dan stocking, dan jika sedang cerah gue cukup memakai dress pendek. Modelnya bisa apa saja, yang penting nyaman dan menyerap keringat. Sebisa mungkin no baju training, soalnya nggak mau kalah centil dari Eris, hihihi. Untuk Eris gue pastikan memakaikan ia collar yang pas di leher. Nggak terlalu ketat atau terlalu longgar. Collar yang terlalu ketat bisa membuat anjing tercekik dan jika terlalu longgar bisa terjadi kemungkinan anjing terlepas *jangan sampai**knock on the wood* Oh, iya, berhubung level centil Eris agak tinggi, jadi terkadang ia minta dipakaikan baju. Khusus untuk keluar rumah gue selalu pastikan bajunya nggak terlalu ketat dan terbuat dari bahan kaos katun :)

Baru selesai hujan tapi langit cerah, jadi gue pakai lengan panjang dengan rok tanpa stocking dan Eris dengan dress kesayangannya.

3. Survival kit
Hihihi, bukan P3K betulan, sih. Tapi gue selalu membawa beberapa benda yang bisa jadi penyelamat saat sedang di luar rumah. Tisu basah dan hands anti-bacterial gel wajib disimpan di tas mungil gue. Eris itu rasa penasarannya tinggi, jadi di tengah jalan kadang-kadang ia mendadak ingin menyelidiki semak-semak atau kolong mobil. Kalau sudah begini pasti kepalanya kotor belepotan tanah atau oli. Nah, tisu basah ini bisa jadi solusi cepat menghilangkan kamuflase perang di wajah Eris, hihihi. Anti-bacterial gel meski selalu dibawa tapi jarang sekali digunakan. Biasanya jika ada jajanan yang menarik hati dan gue ingin langsung menyantapnya :D Selain 2 benda tersebut, ada 2 benda lainnya yang hanya terkadang saja dibawa. Yaitu sisir kecil dan handphone. Sisir kecil biasanya dibawa jika kami berjalan-jalan dengan menggunakan becak (curang, hihihi). Supaya poni gue tetap rapi, jadi sedia sisir sebelum kusut. Kalau handphone dibandingkan untuk berkomunikasi, gue lebih sering gunakan untuk mengabadikan gambar Eris. Anjing itu tumbuh dengan cepaaaat sekali, jadi setiap moment harus diabadikan :)

Isi handbag gue :)

4. Kantung plastik
Well, sebenarnya Eris itu anjing yang super manis dan nggak merepotkan, jadi ia nggak pernah pee atau pup sembarangan (baca: di tempat asing). Tapi tetap saja gue berjaga-jaga dengan membawa kantung plastik yang sudah dilipat kalau-kalau Eris kebelet pup sementara jarak ke rumah masih jauh, hihihi. Jangan sampai acara jalan-jalan sorenya malah jadi acara mengotori lingkungan ;)

Meski kemungkinannya kecil, tapi kantung plastik ini harus dibawa :)

5. Botol minuman
Gue nggak pernah membatasi seberapa lama Eris boleh berjalan-jalan. Selama ia masih enjoy dan nggak tampak kelelahan (lidah sampai menjulur-julur, hihihi), gue akan temani selama hari belum gelap. Nah, supaya terhindar dari dehidrasi gue selalu bawa air minum di dalam botol. Eits, tapi bukan air kemasan yang botolnya dibuang, lho. Untuk mengurangi sampah gue sengaja memilih botol yang bisa dipakai berulang-ulang. Berhubung gue nggak kalah centilnya sama Eris (hihihi), gue pilih botol minuman yang cute tapi juga aman, yaitu water bottle Lock&Lock. Sebagai penggemar Hello Kitty gue jadi makin bersemangat karena Lock&Lock kini ada seri Hello Kitty nya :D Jangan salah, meskipun tampilannya imut tapi kualitasnya super sekali. Material Lock&Lock terbuat dari tritan, yaitu plastik bening seperti kaca yang anti gores dan nggak mudah pecah. Pasti mengerti dong gimana ‘seru’nya kalau jalan dengan teman berkaki empat, kita nggak pernah tahu kapan barang bawaan kita jatuh, hihihi. Nah, dengan water bottle Lock&Lock gue nggak perlu khawatir lagi ;) Apalagi karena BPA free water bottle ini juga aman untuk digunakan, bahkan untuk anak-anak sekalipun.

Water bottle Lock&Lock Hello Kitty yang super cute dan anti gores :)
Nggak bikin was-was soalnya BPA free! :D

Sebelum pakai Lock&Lock sering dapat insiden kecil namun menyebalkan, yaitu kehilangan tutup water bottle. Aduh, kalau sudah begitu gue langsung pura-pura cuek dan nggak cari lagi tutupnya. Soalnya sebelah tangan gue sudah pegang leash nya Eris. Kebayang kan repotnya, huhuhu. Kerennya water bottle Lock&Lock ini punya smart design, yang tutup dan botolnya tersambung oleh pengait, jadi nggak mungkin hilang (kecuali sama botol-botolnya, hihihi, jangan sampai).

Tutupnya nggak mungkin lepas dari botolnya! :D

Nah, begitulah persiapan gue kalau mau berjalan-jalan dengan Eris. Simple tapi penting sekali untuk kenyamanan gue dan Eris. Sebagai tambahan, untuk berolahraga dengan anjing kesayangan sih kunci utamanya; have fun! Gue nggak pernah terlalu pikirkan sudah berapa lama kami berjalan apalagi sampai memikirkan kalori yang sudah terbakar. Bisa punya waktu berkualitas dengan Eris saja itu sudah sangat berharga. Jadi daripada memikirkan kalori lebih baik pikirkan kebahagiaan Eris. Soalnya kalau Eris bahagia gue juga ikut bahagia. Dan bahagia itu membuat tubuh sehat, kan? Hihi. Kalau teman-teman apa olahraga favorit kalian di akhir pekan? Benda apa saja yang wajib jadi perbekalan? ;)

The dog walker,

Indi


 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Ketika Hal Kecil Menjadi Besar: Nonton Bareng Mika bareng Indi dan D-1OO Community :)

$
0
0
Outfit hari ini tanpa sepatu. Soalnya gak boleh pakai alas kaki di rumput sintetis, hihi.

Ide ini berawal dari obrolan random di grup BBM bersama teman-teman D-100 Community. Kami ingin berkumpul secara langsung alias berkopi darat sekaligus memperingati Hari AIDS Sedunia. Setelah keluar beberapa ide, akhirnya dipilihlah untuk nonton bareng alias nobar. Tema film yang dipilih tentu saja isu HIV/AIDS, tapi untuk judul film kami punya beberapa pilihan. Ada yang menyarankan Normal Heart, dan gue menyarankan The Cure. Kami terus berunding lewat chatting tentang film mana yang dipilih. Lalu, hey! Kami teringat sesuatu; Film gue sendiri kan bertema HIV/AIDS. Jadi kenapa nggak nonton bareng film Mika saja?! :)

Perkenalan gue dengan D-100 Community ini bisa dibilang tanpa sengaja. Gue mengenal mereka waktu diundang ke acara Piknik bareng ODHA Berhak Sehat di Cibeunying Park beberapa waktu lalu. Salah satu dari mereka lalu mengundang gue untuk bergabung di grup BBM komunitas ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dari RS. Borromeus ini. Semenjak itulah gue selalu keep in touch dengan mereka dan segera berteman dekat dengan beberapa dari mereka di luar grup (hihihi, teman bergosip tepatnya). Event nonton bareng yang kami rencanakan bersama-sama ini merupakan event pertama D-100 Community, makanya tujuannya pun nggak muluk-muluk. Kami hanya ingin saling mempererat hubungan antar anggota agar menjadi komunitas yang lebih solid.

Berhubung di Bandung banyak sekali taman bertema tematik (yes, kami warga Bandung beruntung sekali), jadi kami memilihTaman Film sebagai tempat kami berkumpul nanti. Setelah bertanya-tanya tentang prosedurnya, akhirnya gue dengan ditemani Hendra (dari D-100 Community)menyerahkan surat permohonan ke Dinas Pertamanan dan Pemakaman. Hanya dalam waktu 2 hari semua urusannya beres dan kami tinggal datang ke Taman Film di hari H. Gue sangat bersyukur karena kemudahan yang kami dapatkan. Ini berkat bantuan dari Feby, suami Ayu yang mengundang gue ke event ODHA Berhak Sehat beberapa waktu lalu. Punya banyak teman ternyata memang membawa banyak berkah, ya :)

Tanggal 7 Desember 2014 kami pun berkumpul di Taman Film. Ini adalah pengalaman pertama gue menonton film di ruang terbuka, tepatnya di bawah jalan layang alias flyover. Sebelum filmnya diputar saja gue sudah amaze dengan layarnya yang super besar. Diameternya 4x8 meter! Seperti bioskop tapi outdoor, keren :) Hati gue sangat senang karena sebagian besar teman-teman D-100 Community bisa hadir. Bahkan hampir semuanya membawa makanan untuk dimakan bersama. Ada pizza, pisang goreng, soda, keripik... Wah, benar-benar seperti pesta dadakan, hihihi. Meskipun gue baru bertemu dengan sebagian dari mereka untuk kali pertama, tapi kami langsung akrab :D

Piknik! Makanannya banyaaaak xD

Surprise, Angie teman gue ketika di Preschool datang untuk ikutan nobar! :)

Pada pukul 4 sore film dimulai. Spontan kami bertepuk tangan, hihihi. Tapi lalu dalam beberapa detik gue menyadari ada masalah di audionya. Suaranya sama sekali nggak terdengar! Awalnya gue biarkan saja, tapi setelah film berjalan beberapa menit akhirnya gue dan beberapa teman D-100 Community berinisiatif untuk mencari operatornya. Dengan berbekal sandal jepit pinjaman gue menuju ke lapangan parkir, sementara yang lain mencari di ujung lain taman. Anehnya nggak ada seorangpun yang melihat kemana operatornya pergi. Setelah hampir putus asa (lol) salah satu dari kami menemukan bahwa ternyata sedari tadi operatornya berada di balik layar! Hahaha... Kok bisa ya dia nggak melihat kami mondar-mandir kebingungan? Tapi yang penting akhirnya audio diperbaiki dan film pun diulang dari awal karena (tanpa terasa) rupanya kami sudah mencari operatornya selama 30 menit.

Film sempat nggak ada suaranya :(

Bertepatan dengan dimulainya film (lagi), Ray datang dan langsung bergabung dengan kami. Suasana akrab pun semakin terasa, candaaan teman-teman tentang film Mika segera terdengar. Terutama saat tokoh Mika dan Indi muncul di dalam 1 scene. Tentu saja karena di kehidupan nyata Indi yang diperankan oleh Velove Vexia adalah gue, dan Mika yang diperankan oleh Vino Bastian adalah pacar gue semasa SMA. Jadi melihat apa yang diputar di film seperti nostalgia gue yang bisa ditonton beramai-ramai dan layak untuk mendapatkan “ciee.. cieee”, hihihi. Untuk yang belum pernah menonton mungkin bingung, kenapa film yang berkisah tentang cinta monyet ini bisa diputar di Hari AIDS Sedunia. Well, kebetulan Mika adalah ODHA. Selain menceritakan tentang kisah cinta kami berdua, film ini juga meyorot kehidupan Mika, segala tantangan yang ia hadapi dan juga bagaimana imbasnya pada gue.


Film diulang kembali. Dan adegan ini sangat 'ciee... ciee-able', hahaha :)

Waktu proses pembuatan film Mika yang diinspirasi oleh novel “Waktu Aku sama Mika” ini, gue memang sempat dilema. Memberanikan diri untuk menceritakan kisah gue dan Mika pada banyak orang bukanlah hal yang mudah. Isu HIV/AIDS masih terlalu sensitif, apalagi Mika memang (pernah)ada dan keluarganya juga masih ada. Tapi waktu itu produser dan tim yang membuat film Mika meyakinkan gue bahwa tujuan dari film ini baik. Dengan menjadikan kisah kami film layar lebar maka akan semakin banyak orang yang tahu seperti apa HIV/AIDS yang sesungguhnya. Dan karena gue mengidap scoliosis (kelainan tulang belakang yang miring ke arah samping), penonton juga akan semakin aware dengan kesehatan tulang belakang. Dengan kata lain, film ini diharapkan menjadi campaign dalam bentuk yang bisa diterima dengan mudah oleh masyarakat luas.

Di tengah-tengah film Ray berbisik pada gue. Katanya di belakang banyak sekali yang ikut menonton film Mika. Waktu gue menoleh, ternyata benar saja di belakang sudah banyak sekali yang duduk-duduk bergerombol. Usia mereka pun beragam; ada ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, bahkan anak-anak yang datang bersama orang tua mereka. Film belum sampai ke adegan yang mengharukan, tapi air mata gue sudah mau keluar, hihihi. Luar biasa sekali, jumlah kami yang hanya berdua belas (termasuk Ray) tiba-tiba bertambah menjadi berkali-kali lipat. Mengharukan :’)

Tempatnya luaaaas. Dan ini pemandangan yang gue lihat waktu nengok ke belakang :)

Di samping taman juga banyak yang berkumpul :)

Dan lama-lama jadi segerombol! Wah, terharu :')

Tepuk tangan terdengar ketika film selesai diputar. Gue senang sekali acara nonton bareng ini berjalan dengan lancar. Siapa yang menyangka, rencana kecil yang kami buat ini tiba-tiba menjadi besar. Tujuan awalnya kami hanya ingin mempererat hubungan antara anggota D-100 Community. Gue dan Hendra bahkan sempat khawatir jika hanya ada sedikit anggota yang datang. Tapi ternyata sebagian besar dari kami hadir, dan lihat ada berapa banyak orang yang ikut bergabung dengan kami sekarang? :) Bukan hanya kami yang menikmati film Mika, tapi juga puluhan bahkan ratusan masyarakat Bandung lainnya.

Gue benar-benar nggak bisa berhenti bersyukur... Gue dihampiri oleh seorang ibu dan kedua anak perempuannya. Beliau berkata bahwa salah satu putrinya (namanya Anissya) juga scoliosis sama seperti gue. Dan melihat gue memakai brace di film (penyangga tulang belakang) membuat Anissya juga semakin semangat untuk membaik. Ketika tiba di rumah gue juga masih mendapatkan kejutan. Ada beberapa pesan yang masuk ke halaman Facebook gue dari orang-orang yang tanpa sengaja ikut menonton film Mika di Taman Film (iya, tanpa sengaja). Mereka berkata bahwa filmnya membuat pandangan mereka tentang ODHA menjadi berubah. Bahkan salah satu dari mereka berkata bahwa ia menyesal sebelumnya selalu berprasangka buruk, padahal seseorang nggak bisa dinilai dari luarnya saja atau apa yang ia idap.

With D-100 Community family. Senang! :)

Ginan dari Rumah Cemara juga mampir, soalnya acara nobar ini bersamaan dengan event futsal RC di taman sebelah :)

Kalau seumuran kita sudah jadi BFF kayanya, lol.

Rasanya boleh jika gue bilang event pertama D-100 Community ini berjalan sukses. Tujuan utama untuk berkumpul sudah jelas tercapai. Dan sebagai bonusnya kami (tanpa sengaja) mengajak masyarakat untuk lebih mengenal apa itu HIVAIDS dan scoliosis. Sungguh hadiah yang manis untuk Word AIDS Day dan juga International Day of People with Disability yang jatuh pada tanggal 3 Desember :) Akhir kata gue hanya berharap agar suatu hari nanti nggak ada lagi diskriminasi dan prasangka pada orang-orang yang seperti Mika. Dan jika hal yang terjadi pada Mika juga terjadi pada orang lain, semoga jangan ada kata menyerah seperti teman-teman D-100 Community ini. Gue percaya setiap orang sudah diciptakan Tuhan dengan fungsinya masing-masing. Keep strong! :)


Satu hari setelah nobar gue menerima ini :)

Dari instagram Ayu. Setuju! Tamannya nyaman! :)


Note:
*Terima kasih banyak kepada Vino Bastian (dan fans club), Marsha Timothy, Kak Theo, ODHA Berhak Sehat, Rumah Cemara, Indi Sugar Official Store dan semua pihak yang membantu sounding dan mendukung terlaksananya acara ini.
* Masih ada saja pembaca yang bertemu gue tapi nggak menyapa (tapi mengirimi gue pesan setelahnya), termasuk ketika acara nobar ini. Kira-kira kenapa, ya? Apakah wajah gue galak? Huhuhu :(



sugar kecilnya Mika yang sudah besar,

Indi


  _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Tulisan untuk Robin Williams, dari Seorang Penggemar

$
0
0
11 November 2014
Ini mungkin bakal kedengeran aneh, tapi hari ini gue akan bercerita tentang Robin Williams. Ya, I know, ini sudah 2 bulan sejak kepergiannya, tapi rasanya baru siap untuk membagi perasaan gue di sini. Sebagai fans beratnya, teman-teman gue banyak yang heran kenapa gue nggak tampak terlalu sedih dengan kepergiannya, nggak update status tentangnya 3 kali sehari dengan isi yang mengharu biru, nggak membicarakan sebab dari kepergiannya... Jawabannya sederhana; karena gue nggak mengenalnya secara personal. Gue bukan teman, kerabat apalagi keluarga. Gue hanya fans. Dan gue rasa meratapi kepergiannya di media sosial bukan hal bijak. Robin Williams memiliki keluarga, 3 orang anak yang sangat ia cintai yang tentu saja berduka. Bayangkan jika kita berada di posisi mereka, bagaimana rasanya membaca banyak tulisan yang isinya "menyayangkan", "menyesalkan" atau "menertawakan" kepergian ayah kita?

Jadi waktu itu, pagi-pagi sekali. Gue baru saja mandi dan bersiap untuk pergi bekerja. Sambil mengeringkan rambut gue mengecek handphone dan menemukan sebuah update twitter dari Sharon Osbourne. Mata gue langsung terasa panas dan nggak percaya dengan yang gue baca. Robin Williams meninggal dunia... Ya, gue menangis. Dan gue akui itu bukan tangisan kecil. Tanpa gue sadari nafas gue mulai tersenggal-senggal dan air mata gue menetes deras. Gue lalu mencoba menenangkan diri, menarik nafas  dan meneguk segelas air. Butuh waktu yang nggak sebentar untuk menstabilkan emosi gue. Dengan mata sembab akhirnya gue berhasil berpakaian dan berpikir logis. Di kepala gue memang ada pertanyaan "Kenapa?" yang terus-terusan terlintas, tapi gue putuskan untuk menyimpannya sendiri dan mengucapkan rasa bela sungkawa sewajarnya pada Zelda, putri dari Robin Williams lewat akun twitter nya. 

Gue masih ingat pertama kali melihatnya. Bersama Ibu dan Bapak gue menonton film Mrs. Doubtfire yang kelak menjadi film favorit gue sepanjang masa. Gue sangat menyukai tokoh Natalie yang diperankan oleh Mara Wilson. Di film ia diceritakan sebagai seorang anak yang sangat dekat dengan ayahnya (Robin Williams), yang secara kebetulan di kehidupan nyata ia seusia dengan gue, ---dan gue juga sangat dengan dengan Bapak. Mungkin itu jadi salah satu alasan mengapa gue merasa related dengan film Mrs. Doubtfire. Setelah menonton pertama kali gue langsung merengek untuk menonton ulang filmnya. Syukurlah VCD nya disewakan di rental dekat rumah, jadi gue bisa menonton sesering gue mau. Setiap kali menonton Mrs. Doubtfire, gue selalu tertawa, terharu, dan menemukan hal baru. Gue tumbuh bersama film itu, literally. Dari kecil sampai beranjak remaja. Dari hanya tertawa karena gerakan lucu yang dibuat Robin Williams sampai tertawa karena akhirnya gue mengerti lelucon yang tadinya hanya membuat Ibu dan Bapak tertawa. Lambat laun gue menemukan bahwa film itu sangat menginspirasi, semakin menambah alasan mengapa gue sangat terobsesi dengan Mrs. Doubtfire...

Lalu gue tumbuh menjadi seorang remaja. Setiap minggu gue tetap setia untuk datang ke rental dan menyewa VCD Mrs. Doubtfire. Kondisi keping VCD nya sudah nggak terlalu bagus, cover plastiknya lepas karena sering dibuka tutup. Entah mengapa membuat gue sedih. Mungkin terlalu banyak orang yang menyewa VCD ini dan nggak semuanya memperlakukannya dengan hati-hati. Dan sebuah ide nakal pun muncul, ketika gue kembali ke rental untuk mengembalikan VCD gue membuat wajah sangat menyesal. Dengan sedikit terisak gue berkata pada pegawai rental bahwa gue nggak sengaja menghilangkan VCD nya. Tentu saja ia nggak langsung percaya, gue telah menyewa VCD yang sama selama bertahun-tahun dan selalu kembali dengan selamat. Tapi gue tetap bersikeras, ---lalu nggak bisa menahan senyum ketika pegawai rental berkata gue harus membayar denda sebesar Rp. 40.000. Gue menang.

Dress gue mirip seperti Mrs. Doubtfire di scene kolam renang :)

Gue mempunyai VCD Mrs. Doubtfire sendiri. Well, ini milik rental tapi kan gue sudah membayar denda. Gue bisa menontonnya kapan saja gue rindu. Adegan Daniel Hillard (Robin Williams) yang menari dengan diiringi lagu Dude (Looks Likes a Lady) menjadi favorit gue. Bagaimana nggak, itu adalah lagu dari band kesukaan gue Aerosmith. Gue juga hapal dengan dialog-dialognya, termasuk 'nyanyian spontan' Robin Williams di adegan Raptor Rap. 
Gue sangat bahagia mendapatkan apa yang gue mau. Tapi hati kecil gue merasa bersalah, meski gue membayar denda tetap saja gue berbohong. Pihak rental nggak tahu bahwa sebenarnya VCD nya nggak hilang... Akhirnya, dengan perasaan menyesal yang semakin besar gue mengembalikan VCD nya kembali. Gue bersedih karena harus berpisah dengan Mrs. Doutfire, tapi akan lebih sedih lagi jika gue menjadi seorang pencuri.

Mungkin teman-teman heran, kenapa gue nggak punya VCD Mrs. Doubtfire sendiri padahal sangat menyukai film itu. Bukan tanpa usaha, selain meminjam ke rental gue juga mencari ke berbagai toko CD, tapi selalu kehabisan. Bahkan gue sampai meninggalkan nomor telepon di Disc Tarra untuk berjaga jika ada kiriman VCD Mrs. Doubtfire lagi. Sambil menunggu gue pun mengoleksi film-film Robin Williams yang lain. Dari hasil menabung gue akhirnya memiliki puluhan judul VCD dan DVD Robin Williams. Beberapa ada yang sulit didapat karena harus memesan terlebih dahulu, tapi yang paling sulit dicari tetap Mrs. Doubtfire.

Selama pencarian VCD itu kekaguman gue terhadap Robin Williams semakin bertumbuh. Jika awalnya gue hanya menikmati peran-perannya yang kocak seperti di film Hook, Jack, Patch Adams atau Flubber, lama kelamaan gue juga menikmati peran-perannya yang serius. Perannya di film The Fisher King sebagai orang dengan gangguan jiwa membuat gue patah hati dan merasa meyesal untuknya. Atau perannya di One Hour Photo sebagai maniak yang kesepian membuat gue gemas sekaligus bersedih. Death Poet of Society, House of D, Man of the Year, Death the Smoochy, Night Listener dan banyak banyak banyak.... lagi. Gue nggak pernah kecewa dengan actingnya. Ia bisa jadi siapa saja.


Lalu, beberapa tahun kemudian ketika gue kelas 2 SMA ada kejutan menyenangkan. Seorang teman Ibu yang tahu bahwa gue menyukai film-film Robin Williams menelepon untuk bertanya apakah gue sudah mempunyai VCD Mrs. Doubtfire. Dengan suka cita gue menjawab "belum"dan memintanya untuk membelikannya dulu lalu berjanji uangnya akan gue ganti. Gue bahagia bukan main, akhirnya setelah menunggu sekian tahun Mrs. Doubtife masuk ke dalam koleksi film gue :) Judul-judul lain pun sering gue tonton ulang, tapi tetap Mrs. Doubtfire jadi yang paling sering. Waktu kecil gue sempat memiliki kalender yang ditandai setiap kali gue menonton film itu (I know, kinda silly, lol). Tapi entah kenapa dihitungan ke 50 gue berhenti dan gue nggak ingat sudah berapa ratus kali totalnya gue menonton film itu :)

Gue berduka, sangat. Waktu perjalanan bekerja pun air mata gue beberapa kali keluar. Gue mengungkapkan perasaan gue pada Ibu, Bapak dan Ray, tapi nggak sama yang lain. Jika gue menangis meraung-raung, merengek dan marah karena Robin Williams pergi, itu artinya gue egois. Gue nggak boleh merasa jadi orang yang paling berduka sedunia, sementara ada keluarga dan kerabatnya yang pasti merasa lebih kehilangan. Gue putuskan untuk mengekspresikan perasaan gue dengan lebih positif, sebisanya. Koleksi film-film Robin Williams akan gue gunakan untuk membuat "A Week for Robin Williams", 1 minggu yang gue dedikasikan untuk Robin Williams. Gue beruntung lahir di masa kejayaannya, ketika ia bermain di banyak film. Tapi untuk anak-anak yang lebih muda dari gue, mereka mungkin hanya menonton filmnya beberapa tahun kemudian setelah dirilis. Atau malah baru mengenal filmnya justru ketika Robin Williams sudah pergi.

Jadi gue bawa beberapa VCD dan DVD Robin Williams ke preschool tempat gue bekerja. Gue memilih film-film harmless yang cocok dengan usia murid-murid gue yang masih di bawah 3 tahun. Mereka nggak mengenal film-filmnya, tentu saja, tapi meraka antusias ketika memilih judul film untuk movie time. Akhirnya film "Happy Feet"lah yang menjadi pilihan. Sengaja gue meredupkan lampu kelas dan membesarkan volume suara TV. Lalu gue melihat pemandangan yang luar biasa, anak-anak duduk dengan manis dan terpukau dengan suara Robin Williams. Ali, salah satu murid gue bahkan menggoyang-goyangkan kepalanya ketika mendengar Robin Williams bernyanyi. Dalam sejarah gue mengajar, ini adalah movie time yang paling sukses! Biasanya anak-anak selalu berlarian kesana-kemari setelah beberapa menit film dimulai, tapi Robin Williams ternyata berhasil membuat mereka terhipnotis. Gue ikut senang, meski dalam hati ada sedikit haru karena anak-anak nggak tahu bahwa pemeran Ramon (dan juga Lovelace) sudah meninggal... :)

Preschoolers juga nonton film Robin Williams :)

Ada beberapa teman yang mencoba menyinggung tentang penyebab kepergian Robin Williams pada gue. Karena reaksi gue terhadap kepergiannya mereka mengira gue nggak tahu apa-apa. Padahal mereka salah... Gue sudah tahu bahkan di hari ia pergi, tapi gue memang menolak membicarakannya. Gue sengaja nggak menonton TV, membaca berita atau melihat di internet tentang itu. Gue nggak mau melihat/membaca media yang memberikannya label-label atau judgement yang menyakitkan. Di hari pertama saja timeline gue sudah penuh dengan update tentang Robin Williams dari berbagai media, bahkan dari fans yang menyudutkanya. For God sake, ia sudah meninggal. Membaca beritanya bahkan membuat gue lebih sedih daripada menghadapi kepergiannya. Gue mengerti ia seorang public figure, tapi kenapa harus melupakan fakta jika ia juga seorang suami, seorang ayah, bagian dari sebuah keluarga yang sangat mencintainya. Gue nggak mau Bapak (yes, my dad), dibicarakan seolah beliau hanya objek, bukan makhluk hidup. Dan gue percaya keluarga Robin Williams juga nggak menginginkan ia dibicarakan seperti itu. Kita mungkin sering mendengar cerita tentang hidupnya dari media, tapi nggak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. 

Di hari terakhir "A Week for Robin Williams" gue menonton film favorit gue sepanjang masa, Mrs. Doubtfire. Gue masih tertawa ketika mendengar lelucon-leluconnya, masih merasa 'malu' ketika mendengar lelucon dewasanya :) Tapi arti filmnya ini jadi lebih dalam dari sebelumnya. Monolog Robin Williams tentang keluarga membuat gue tersenyum haru; 
''Beberapa keluarga hanya mempunyai Ibu, sementara keluarga lainnya hanya mempunyai Ayah. Mereka mungkin tak bertemu untuk beberapa hari, minggu, tahun... bahkan selamanya. Tapi selama masih ada cinta, kita akan selalu terikat menjadi sebuah keluarga."
Kepergian Robin Williams bukan berarti ia sudah nggak memiliki cinta, ini hanya sudah waktunya. Dan tulisan ini hanya ungkapan perasaan gue. Sebuah hadiah kecil yang gue dedikasikan untuk Robin Williams. Untuk seorang idola, dari seorang penggemar...



nb: Bapak bercerita waktu kecil film pertama yang gue tonton di bioskop adalah Alladin. Dan beberapa bulan yang lalu ketika gue menulis list film kartun 2 dimensi terbaik di majalah GoGirl gue memasukan Alladin ke dalam list. 
Ya, Alladin, salah satu film Robin Williams... Sungguh kebetulan yang manis :)

a fans,

Indi


_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Puisi untuk Mika di Malam Natal

$
0
0

24 Desember 2014

Dear Mika di surga,
Aku masih ingat hari itu. Hari dimana kamu pergi.
Kamu disampingku, tapi rohmu tidak.
Aku masih ingat rasa itu. Rasa rindu ketika kamu tak ada.
Hari ini pun aku masih rindu. Meski tahu 10 tahun bukan waktu yang sedikit...

Setiap aku mendengar musik Billy Joel aku mengingatmu.
Setiap aku menonton film Home Alone aku mengingatmu.
Setiap aku melihat sandal jepit karet aku mengingatmu.
Setiap aku tak sengaja memutar lagu Guns and Roses di playlist yang jarang kuputar aku terkikik geli... Aku mengingatmu, Mika.

Kadang aku menangis sendirian di tengah malam.
Aku rindu untuk bicara padamu. Aku rindu mendengar suaramu.
Aku takut lupa bagaimana kamu terlihat. Aku takut lupa bagaimana kamu tercium.
Karena kamu tak selalu hadir di mimpiku, Mika. Bahkan ketika aku berdoa lama-lama...

Aku masih menulis surat untukmu setiap hari, tapi tak kukirim.
Aku tak mau ibumu baca, nanti beliau sedih.
Aku masih tak mengerti kenapa kamu harus pergi.
Aku juga masih bertanya-tanya apakah kamu tidak rindu pada kami? Tak ingin kembali? 

Dear Mika di surga,
Sekarang setiap Hari AIDS Sedunia banyak orang yang mengingatmu.
Aku lupa sudah berapa ibu yang menamai putranya seperti namamu.
Bahkan ada film yang bercerita tentangmu. Dengan judul memakai namamu.
Dan itu membuatku semakin rindu...

Katanya yang sudah pergi tak akan pernah kembali. Tak akan selalu ada jika kita mengingatnya.
Mungkin kamu juga tak akan kembali, Mika. Tapi bukan berarti kamu hilang.
Aku yang terjadi sekarang mungkin caramu memberitahuku bahwa kamu tetap ada.
Mungkin Tuhan juga ingin aku menyadarinya, tapi aku terlalu sibuk dengan prasangka.

Jadi Mika, hari ini aku berjanji,
Setiap Hari AIDS Sedunia, aku akan ingat kalau kamu selalu ada.
Setiap mendengar bayi dilahirkan diberi nama seperti namamu, aku akan ingat kalau kamu selalu ada.
Setiap film MIKA diputar, aku akan ingat kalau kamu selalu ada.
Kamu tak kemana-mana, Mika. Berbeda rupa, tapi selalu ada...

Aku tak bilang ini mudah, tapi aku akan berusaha untuk tersenyum.
Setiap bangun dari tidur  aku tahu hari harus berlanjut.
Jika aku menangis lagi, aku akan berkata; "Berhenti. Tunggu dulu."
Karena nanti akan tiba waktunya kita untuk kembali bertemu.

Selamat malam natal, Mika. Petarung AIDS ku, pahlawanku.


sugar-pie kecilmu yang sudah besar,

Indi

Cerita tentang Christmas Box Indi :)

$
0
0

Yay, it's Christmas! Well, waktu gue menulis ini sih masih natal, tapi berhubung wifi di rumah sedang ada masalah, jadi tulisan ini baru bisa gue post sekarang, deh, huhuhu. Eh, tapi sepanjang bulan Desember kan Christmas, jadi nggak masalah dong meskipun nggak tepat di tanggal 25? ;) 
Setiap orang pasti punya tradisi tersendiri kalau bulan Desember tiba. Kumpul-kumpul keluarga dan makan-makan sih sudah pasti. Tapi coba deh perhatikan, selalu ada yang 'berbeda'kalau memasuki pertengahan bulan. Misalnya ada yang berbelanja, karena diskon akhir tahun memang menggiurkan, hehehe. Atau ada juga yang ke salon karena ingin penampilan baru untuk natal dan tahun baru nanti. Nah, gue juga punya 'tradisi' nggak tertulis, nih. Yaitu mengeluarkan Christmas box! Christmas box ini sangat istimewa karena hanya dibuka setahun sekali dan berisi benda-benda yang hanya digunakan menjelang Christmas. Mau tahu apa saja isinya? Nih, gue bagi, ya. Siapa tahu bisa jadi ide untuk teman-teman ;)

Christmas box Lock&Lock kesayangan bergambar Hello Kitty :)

1. Movie!
Puja, adik gue bilang, Christmas itu baru terasa kalau ada Christmas movies, hehehe. Begitu Desember tiba gue dan keluarga pasti lebih sering menghabiskan waktu di ruang TV bersama untuk menonton film. Kami punya judul-judul favorit. Kalau yang jadi idola bersama tentu saja Home Alone (ini film kesukaan alm. Mika juga, lho). Meskipun sudah sering diputar di TV, tapi kalau nonton bersama lewat DVD rasanya lain. Mungkin karena nggak didubbing dan kena sensor :p Kalau yang biasanya ditonton berdua saja dengan Puja judulnya Sister Act. Aduh, saking sukanya kami sampai hapal dialog-dialognya, dan gue sangat terinspirasi dengan film ini sampai-sampai ikut bergabung di choir, hihihi. Pokoknya kalau harus menyebutkan judul-judul film favorit list nya pasti akan panjang. Yang fotonya gue pajang di sini pun baru sebagian karena sebagian lagi masih disimpan di box :D


2. Pernak-pernik
Hmm, kira-kira siapa ya yang suka mendekor kamarnya sesuai dengan musim atau hari raya? *celingak-celinguk cari yang tunjuk jari* Mudah-mudahan bukan cuma gue saja, ya, hehehe. Kamar gue ukurannya nggak terlalu besar, jadi cukup sulit untuk menggeser-geser furnitur di sana untuk mengganti suasana. Sebagai gantinya gue menambahkan aksen-aksen kecil untuk menjaga mood tetap fresh. Menjelang Christmas gue tambahkan cemara-cemara kecil di beberapa sudut ruangan .Meskipun kecil tapi cukup eye catching lho karena kamar gue nuansanya pink, hehehe. Perlengkapan untuk cemal-cemil di kamar pun gue ganti dengan sebuah mini tray dan mug bernuansa Christmas. Rasanya jadi lain kalau dipakai untuk menemani movie time sebelum tidur, hihihi.


3 DIY Project kit
Gue nggak punya "crafter's hands" alias tangan yang bisa diajak kompromi untuk membuat project-project kerajinan tangan. Untuk melipat kertas saja kadang masih miring-miring, hehehe. Tapi kalau punya ornamen Christmas buatan tangan sendiri rasanya pasti bangga, dong. Jadi setiap tahun gue selalu usahakan membuat sesuatu dari bahan-bahan yang sederhana. Inspirasinya sih bisa darimana saja, tapi yang paling sering dari video-video di Youtube, hihihi. Di Christmas box gue menyimpan gunting, lem, penggaris, kain-kain perca dan lain-lain. Untuk tahun ini gue mencoba membuat snowflakes alias butiran salju sendiri. Caranya mudah dan kecil kemungkinannya untuk gagal, hihihi.
Bahan-bahan yang diperlukan antara lain;
* Kertas berwarna putih 
* Gunting
* penggaris (dan pensil jika perlu).


Cara membuatnya adalah;
* Gunting kertas menjadi persegi. Gue memakai ukuran 14 x 14 Cm. Kalau teman-teman mau pakai ukuran lain boleh juga, kok.
* Lipat kertas sampai sisi bertemu dengan sisi yang lain sampai berbentuk persegi panjang. Lalu lipat lagi sisi bertemu sisi sampai berbentuk persegi. Setelah itu lipat diagonal hingga berbentuk segitiga.
* Gunting salah satu sisinya dengan bentuk melengkung (sampai kertas berbentuk seperti potongan pizza)
* Terakhir gunting-gunting salah dua sisinya dengan bentuk segitiga, lalu... 1.. 2... 3.... TA-DAAA! Jadilah snowflakes buatan sendiri :)
Ditempel di dinding dekat tempat tidur (yang seprainya sudah diganti dengan nuansa merah hijau) membuat gue bermimpi kalau sedang musim salju, hihihi. 


Setelah ditempel di kamar...


Itulah isi dari Christmas box gue. Selain Christmas box, gue juga punya Birthday box. Yaitu kotak penyimpanan yang isinya benda-benda untuk ulang tahun. Kapan-kapan gue akan share di sini, ya :) Mungkin ada teman-teman yang berpikir,"Apa-apaan si Indi repot-repot ganti suasana setiap ganti musim?" Hehehe, gue nggak direpotkan sama sekali, kok. Meskipun benda-benda ini hanya dikeluarkan pada moment tertentu tapi semuanya tetap aman dan bersih karena gue menyimpannya di storage box Lock&Lock. Dengan dilengkapi tutup tentu saja benda-benda di dalamnya jadi bebas debu. Dan bahan yang digunakan pun ramah lingkungan (polypropylene), juga aman untuk digunakan. Seperti yang sudah disebutkan, kamar gue itu agak-agak mungil, hihihi, jadi storage box Lock&Lock ini cocok banget, karena bisa ditumpuk sehingga nggak menghabiskan banyak space. Nah, yang terakhir dan juga paling membuat gue excited, storage box Lock&Lock ini ada seri Hello Kitty nya! Kebayang dong gimana suka citanya gue karena super match dengan tema kamar? Hehehe :D

Dan menurut gue it's okay jika mau sedikit berbeda pada hari raya. Selama nggak berfoya-foya atau malah merugikan diri sendiri tentunya :) Menunjukan rasa excited dalam menyambut hari besar (bukan cuma Christmas) bisa menjadi bentuk dari rasa bersyukur kita. Mungkin di hari-hari biasa kita lupa untuk have fun dan treat diri kita dengan hal-hal yang kita sukai, tapi di hari seperti ini kita bisa lebih 'sadar' betapa diberkahinya diri kita ini. Beberapa kali dalam setahun gue rasa cukup untuk me-recharge semangat kita. Meskipun kalau memungkinkan sih Christmas spirit asyiknya setiap hari, hihihi.


Selamat natal untuk teman-teman yang merayakan dan selamat berlibur untuk semuanya! Jadi adakah yang mempunyai"tradisi"Christmas box seperti gue? ;)


jingle all the way, 

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Ketika Pencuri Beraksi di Malam Natal...

$
0
0
Wah, hari pertama di tahun 2015! Teman-teman bagaimana tahun barunya? Semoga menyenangkan dan bisa bertemu dengan orang-orang yang disayangi, ya :) Hari pertama di tahun baru ini diisi dengan main hujan-hujanan bareng Eris (anjing gue), hihihi. Tadinya sih kami mau jalan-jalan santai saja, mumpung jalanan sepi karena kebanyakan orang beristirahat setelah semalaman begadang. Tapi ternyata baru saja beberapa langkah dari luar rumah hujan sudah mengguyur kota Bandung! Sempat mau membatalkan acara jalan-jalannya, tapi melihat wajah Eris yang super excited gue jadi nggak tega. Ya, sudah gue putuskan untuk berjalan-jalan di bawah hujan. Eris girang bukan main, karena ini pengalaman pertamanya. Gue juga jadi ikut "lupa diri" dan ajak Eris lompat-lompat di kubangan air. Pokoknya seru sekali sampai-sampai nggak peduli sepatu gue yang berwarna putih berubah warna jadi hitam, hihihi. Gue bersyukur tahun baru ini dibuka dengan sesuatu yang menyenangkan :)


Sekitar 1 minggu sebelum tahun baru, kira-kira 1 hari sebelum natal ada kejadian yang kurang mengenakan di daerah gue. Di malam natal seperti biasa gue duduk di depan komputer untuk mengucapkan selamat ada teman-teman yang merayakan. Tapi setelah menunggu beberapa menit koneksi internet ternyata terputus. Awalnya gue pikir karena traffic, di malam natal pasti banyak orang yang ingin menyapa kerabat atau keluarganya yang tinggal berjauhan, jadi gue anggap sebagai error yang wajar. Mendekati tengah malam ternyata masih belum juga ada koneksi internet, malah yang gue baru sadar kalau telepon rumah juga mati. Gue dan keluarga di rumah bergantung dengan wifi, jadi baik di PC, laptop dan gadget lainnya sama sekali nggak ada koneksi internet. Rasanya nggak nyaman karena kami nggak bisa berkomunikasi dengan keluarga dan kerabat yang tinggal berjauhan. Tapi mau bagaimana lagi, kami cuma bisa bersabar dan menunggu pagi datang.

Keesokan harinya koneksi internet masih belum tersambung, begitu juga dengan telepon rumah. Bapak pun menghubungi operator untuk bertanya tentang masalah ini, tapi ternyata nggak ada yang mengangkat. Well, namanya juga hari natal, jadi mungkin operatornya sedang libur. Karena sama sekali nggak ada perubahan sampai malam, akhirnya kami membeli modem internet untuk dipakai bergantian. Quota nya nggak banyak karena (kami pikir) hanya untuk sementara. Yang terpenting komunikasi dengan keluarga dan kerabat tersambung kembali, toh besok sudah hari kerja.

Dengan harapan baru Bapak kembali menelepon operator keesokan harinya. Perlu berkali-kali menekan tombol redial sampai akhirnya ada yang menjawab. Ketika telepon ditutup ---Bapak memakai telepon kantor Ibu--- gue langsung bertanya dengan nggak sabar tentang kapan wifi dan telepon di rumah bisa kembali berfungsi. Ternyata jawabannya mengejutkan; Belum ada kepastian kapan akan berfungsi karena kabel telepon rumah kami ada yang mencuri! What? Bagaimana bisa kabel telepon yang terkubur aman di bawah dicuri? 
Dari obrolan Bapak dan operator terungkaplah bahwa yang dirugikan bukan cuma keluarga gue, tapi juga sekitar 1.000 keluarga lain karena pelakunya mencuri bermeter-meter kabel telepon. Dugaannya sih kabel segitu panjangnya akan dijual secara kiloan karena harganya lumayan, Rp. 50.000 per kilo.

Gue dan keluarga cukup shock mendengar kabar ini. Bukan hanya karena nggak tahu sampai kapan komunikasi terbatas tapi juga membayangkan bagaimana perasaan sekian banyak keluarga yang juga menjadi korban. Biasanya moment hari besar menjadi saat yang paling sering untuk berkumpul. Tapi untuk yang tinggal berjauhan internet dan teleponlah yang membantu menghubungkan. Orang-orang yang mencuri (yup, sudah pasti pelakunya berkelompok) mungkin nggak memikirkan sampai sejauh itu, mereka hanya menginginkan keuntungan (dengan cara yang salah). Padahal yang dirugikan banyak sekali. Pihak Telkom sudah jelas, tapi juga ada banyak keluarga yang seharusnya sedang menikmati hari raya.

Di malam tahun baru ternyata masih belum juga ada perubahan. Operator yang menerima telepon Bapak berkata bahwa mereka secepatnya akan bertanggung jawab. Sebenarnya nggak enak juga menelepon terus-terusan di moment liburan seperti ini. Mendengarkan complain kami memang tugas mereka, tapi ya rasanya gue dan keluarga juga harus berempati. Entah sudah berapa ratus orang yang menelepon mereka padahal ini malam tahun baru, dan musibah ini sangat nggak terduga. Gue yakin mereka juga kaget.

Jadi gue dan keluarga melewati malam tahun baru tanpa telepon dan wifi. Biasanya telepon rumah ramai oleh telepon dari keluarga kami yang tinggal di luar kota dan luar negeri, tapi kali ini sepi. BBM dan whatsapp di handphone Ibu dan adik gue pun sepi karena bergantung dengan wifi. Sebisa mungkin kami tetap berusaha tetap keep in touch dengan keluarga dan kerabat menggunakan handphone dan SMS. Kami agak kesal karena merasa terbatas, tapi it's new year's eve, kami seharusnya bergembira, bukan malah mengeluh :)

Ibu, Bapak, gue, Puja (my brother), Eris dan Ray pun menikmati malam tahun bersama. Ibu memasak sejak sore dan Bapak sibuk sekali menjadi "juru bakar" alias operator tempat pembakaran :D Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, sederhana namun menyenangkan karena bisa bersama dengan orang-orang yang gue sayangi. Obrolan random ringan, kado kecil, tawa, makan-makan, membuat kami merasa hangat. Nggak lupa ditutup dengan doa yang berisi harapan di tahun yang baru.

Hasil karya juru masak dan juru bakar, hihihi. Gue lho yang meracik bumbu jagung bakarnya :D
Ibu sudah ngantuk sebelum jam 12 malam :D Thank God semuanya senang dengan hadiah tahun barunya :)
Ekspresi Eris waktu dapat kado tahun baru; Priceless! Dia senang banget dan langsung "kiss" gue :'D
Selain keluarga dan Eris, Ray juga datang :)

Mengingat rasa kesal gue dengan kabel yang dicuri membuat gue nggak enak. Ya, sure itu menyebalkan, tapi di suatu tempat mungkin ada keluarga yang melewati malam tahun baru tanpa makanan atau tempat tinggal. Kehilangan akses telepon dan internet mungkin juga sebagai sapaan dari Tuhan agar gue lebih sering main di luar rumah. Harus kembali mengunjungi warnet sesekali, mungkin, ---seperti sebelum ada wifi supaya gue bisa berkenalan dengan teman baru, hehehe. Yang gue butuhkan di tahun baru ini semuanya sudah ada dan lengkap. Gue punya orang tua, adik dan Ray yang sangat menyayangi gue. Juga Eris, anjing kecil yang begitu setia menemani gue. Musibah yang menimpa keluarga gue (dan sekitar 999 keluarga lain) sepertinya untuk mengingatkan bahwa meskipun ada yang diambil, Tuhan tetap memberikan berkah ---dalam bentuk yang lain ;)
Selamat Tahun baru, teman-teman! Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik. Amen :)

cheers,

Indi

Note:
My heart goes out to the families of the Air Asia victims. Gue tahu tim yang mengevakuasi sudah berusaha keras dan doa-doa yang tulus sudah dipanjatkan, tapi pada akhirnya kita hanya bisa berserah pada Tuhan. Turut berduka cita sedalam-dalamnya pada keluarga yang ditinggalkan, semoga semuanya diberikan keikhlasan dan ketabahan, amen... 

My 2014 Moments :)

$
0
0
Gue ingat pernah menulis di sini tentang resolusi di tahun 2014, Eh, tahu-tahu sekarang sudah tahun 2015 :D Kata Ibu sih itu artinya gue sangat menikmati hari-hari gue, makanya waktu jadi terasa cepat, hihihi. Untuk gue 2014 merupakan tahun yang berwarna-warni. Gue banyak belajar hal-hal baru, bertemu orang-orang baru dan tentunya belajar untuk tumbuh menjadi semakin dewasa. Tapi menikmati bukan berarti tanpa hambatan, lho. Gue juga mengalami saat-saat "turun" di tahun 2014. Di awal tahun buku terbaru gue terbit dan berniat langsung melanjutkan dengan buku kelima. Tapi pada kenyataanya sampai hari ini buku baru gue masih dalam tahap penulisan. Gue juga berhenti bekerja di preschool yang cukup membuat gue bersedih. Tapi well, gue berhenti demi kebaikan, agar bisa lebih fokus dengan kesehatan dan project-project gue. Setiap pilihan yang diambil memang selalu ada resikonya, dan itu juga merupakan salah satu cara agar gue semakin dewasa. Makanya gue sebut "turun" dalam tanda kutip, karena gue percaya dalam perjalanan hidup semua yang dialami pasti ada maksudnya :)

Sekarang gue akan menuliskan apa saja yang sudah terjadi pada gue di tahun 2014. Well, of course nggak semua, hihihi. Tapi gue akan menuliskan beberapa yang berkesan ---atau yang gue sebut sebagai "pencapaian". Menulisnya di sini membuat gue senantiasa untuk ingat dan bersyukur dengan hidup gue yang penuh berkah. Juga membuat gue semakin bersemangat untuk melakukan banyak hal dan membuat rencana di tahun 2015 :) Sebenarnya setiap hari, ketika bangun tidur gue anggap sebagai kesempatan baru dari Tuhan untuk membuat hari yang lebih baik, nggak perlu menunggu tahun baru. Tapi 1 tahun merupakan jarak waktu yang tepat untuk "mengukur" sejauh mana yang sudah gue capai :)

1. Menulis buku "Conversation for Preschoolers"
Setelah menulis 3 buah novel akhirnya gue menulis buku dengan genre lain. Super excited, karena meskipun pengetahuan gue masih belum seberapa di bidang pendidikan, tapi gue sangat mencintai dunia anak-anak. Buku "Conversation for Preschoolers" berisi pelajaran Bahasa Inggris sederhana untuk anak-anak usia pra sekolah. Diterbitkan di bulan Januari oleh Idea World Kidz, buku ini menjadi pembuka tahun 2014 :)




2. Eris, anjing kesayangan gue menjadi bintang!
Setelah menemukan tumor di payudara kiri gue pada bulan November 2013, kisah Eris mulai tercium oleh beberapa media. Yang pertama kisahnya diliput oleh Vemale.com pada bulan Maret dengan judul "Nyawaku Selamat, Anjing Kesayanganku Mendeteksi Tumor Payudara di Tubuhku", dan yang kedua diliput oleh program Spotlite Trans 7 dengan judul segmen "Aksi Hebat Manusia dan Hewan". Ini benar-benar mengejutkan karena waktu acaranya tayang gue sedang bekerja dan baru nonton justru setelah ada yang mengupload videonya ke YouTube! Sejak pertama kali bertemu dengan Eris gue tahu bahwa ia sayang sekali sama gue, tapi nggak menyangka ia bisa sampai menyelamatkan nyawa gue :)




3. Muncul di majalah GoGirl lagi
Gue ingat kemunculan pertama gue di media adalah di majalah GoGirl lewat tulisan singkat di rubrik "You Say So" pada tahun 2007. Lalu 1 tahun kemudian gue diinterview untuk edisi ulang tahun mereka untuk edisi ulang tahun GoGirl. Nah, di bulan Maret 2014 gue kembali mucul di rubrik "Post Anything". Di sana gue membuat list dengan judul "5 2D Cartoon Movie". Rata-rata judul yang gue masukan film Disney, hihihi.



4. Menjadi bintang tamu di workshop "Dari Menulis Menjadi Buku"
Selain ini adalah pengalaman pertama gue mengisi acara workshop, ini juga jadi acara pertama dari event organizer nya Ray. Selalu senang kalau Ray bisa menjadi MC untuk acara gue, bikin suasana jadi lebih relax. Banyak pelajaran berharga yang gue ambil dari event ini, dan bonusnya banyak bertemu dengan teman baru yang ber-passion sama seperti gue! :)




5. Jadi Puteri Salju (hihihi)
Lagi-lagi ini juga jadi moment pertama, di tahun-tahun sebelumnya gue belum pernah menulis naskah drama :D Kebetulan Starbright, preschool tempat gue mengajar akan ada acara school leavers' alias kelulusan. Gue dipercaya sebagai scrip writer sekaligus menjadi pemeran utama! Wah, rasanya sungguh nggak terlupakan. Setelah begadang bikin naskah gue juga harus latihan ekstra karena dapat part lebih banyak dari pemain lain. Karena bekerja dengan para balita gue juga merangkap sebagai "pemberi clue" waktu di atas panggung supaya mereka tahu kapan harus turun dan naik panggung. Priceless! :)




6. Menjadi bintang tamu di Yayasan AIDS Indonesia Roadshow to School
Gue terdaftar sebagai relawan di Yayasan AIDS Indonesia sejak tahun 2007. Alasan gue mendaftar karena pacar gue semasa SMA adalah ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan gue ingin membagikan informasi yang benar pada anak-anak usia sekolah tentang HIV/AIDS. Gue menjadi bintang tamu di SMPN 179 Jakarta dan ditemani oleh Sheryl Sheinafia(penyanyi). Selain talk show juga diputar film MIKA, yang diinspirasi oleh novel pertama gue yang berjudul "Waktu Aku sama Mika". 




7. Bintang tamu di acara kopi darat ODHA Berhak Sehat di Cibeunying Park
Baru kali ini gue diundang ke acara yang konsepnya piknik, hihihi. Ternyata seru juga karena bisa lebih santai akrab :) ODHA Berkah Sehat adalah komunitas yang mengajak anak muda untuk memahami isu HIV/AIDS dengan cara yang fun. Di acara ini gue berbagi pengalaman ketika berpacaran dengan Mika yang juga seorang ODHA. Pesertanya beragam, ada anak sekolah, guru, ibu rumah tangga sampai pengusaha. Semuanya sangat antusias untuk mendapatkan dan berbagi ilmu. Di acara ini pula gue pertama kali berkenalan dengan D-100 Community :)




8. Pembicara di HIV/AIDS Awareness 
Mendekati bulan Desember yang diperingati sebagai hari AIDS sedunia semakin banyak event yang berkaitan dengan isu HIV/AIDS. Gue juga mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara di Politeknik Bandung pada bulan November terkait isu tersebut :) Di sini gue ditemani oleh Kak Taufik dari Rumah Cemara yang menjadi narasumber. It was super fun, semenjak hari itu gue berteman dengan Kak Taufik dan mendapatkan banyak ilmu baru. Mahasiswa di Polban juga diajak untuk menonton film Mika. Sejauh sejarah nobar, di sinilah yang sambutannya paling "meriah". Suara mereka yang sedang menonton di dalam ruangan sampai terdengar keluar meskipun pintu ditutup rapat! :D




9. Live interview di I-Radio Jakarta
Aww, this is the sweetest interview so far :))) Andrew, produser I-Radio yang mengundang gue ternyata adalah pembaca dari novel-novel gue. Pertanyaan yang diajukan oleh penyiar Kamal dan Feli sangat santun dan ramah. Isu yang diangkat adalah HIV/AIDS dan mereka sama sekali nggak memberikan pertanyaan "kepo" seperti kebanyakan yang sudah-sudah, hihihi. Interview nya berlangsung selama 1 jam lebih dan selama itu gue harus menahan kedinginan. Ya, ampun ternyata AC studionya dingiiiiin sekali. Menurut Bapak yang mengantar gue saat itu, ini adalah salah satu dari radio yang berkesan selain Global radio yang mewawancara kami tentang Aerosmith di tahun 2013 lalu, hihihi.




10. Nonton Bareng film Mika bersama D-100 Community
Seperti yang gue sebutkan sebelumnya, gue mengenal sebagian dari anggota D-100 Community saat gue diundang ke acara Kopi darat ODHA Berhak Sehat. Setelah itu gue mulai berkenalan dengan seluruh anggotanya dan membantu mereka mengadakan event gathering. D-100 Community adalah komunitas ODHA dari RS. Borromeus, mereka ingin berkumpul sekaligus mengajak masyarakat agar mengenal apa itu HIV/AIDS. Dipilihlah film Mika untuk diputar di Taman Film Bandung pada tanggal 7 Desember. Hasilnya sangat nggak diduga, ternyata ratusan warga Bandung banyak yang ikut menonton bersama kami! Benar-benar pengalaman nggak terlupakan yang menutup tahun 2014 :D



Wah, serius lho, gue menulis 10 moment di atas sambil agak berkaca-kaca, hihihi. Gue benar-benar menikmati tahun 2014 rupanya sampai-sampai semuanya terasa masih fresh dalam ingatan. Gue ingat menulis resolusi tahun 2014 di sini seperti ini; Gue ingin bisa bermain cup song dan belajar American Sign Language alias bahasa isyarat Amerika! Ternyata gue benar-benar mewujudkannya, bahkan sempat merekam aksi keduanya dan diupload ke YouTube :D Well, untuk bahasa isyaratnya memang masih perlu banyak latihan, but I want to congrats my self (lol) karena sudah berani mencoba. Beneran deh, memulai itu jauh lebih sulit daripada menjalaninya, lho, hihihi.


Berhasil bermain "cup song" dan belajar bahasa isyarat Amerika :)

Masih ada beberapa hal berkesan lain yang mungkin akan gue tulis di post terpisah. Kalau di sini semua takutnya teman-teman bosan membacanya, hehehe. Ada yang bilang, buat apa kita membuat resolusi karena yang terpenting jalani saja setiap hari sebaik mungkin. Well, itu memang nggak ada salahnya, dan dulu gue juga begitu. Tapi mempunyai resolusi justru membuat gue bangun setiap hari dengan perasaan lebih semangat. Begitu membuka mata rasanya nggak sabar untuk melakukan hal-hal yang sudah gue rencanakan. Di akhir tahun ketika sadar resolusi yang sudah gue buat tercapai, rasanya priceless... Waktu membuat mungkin ada perasaan nggak yakin, tapi setelah dijalani rasanya akan semakin mudah. Kalau pun sampai akhir tahu masih belum tercapai atau kurang sempurna, at least sudah mencoba. And you should congrats your self for that! :D
So, selamat datang tahun 2015, semoga gue bisa menjadi pribadi yang lebih baik! :)

happy girl,

Indi



_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Sebelum Kita Klik "Post"...

$
0
0
Menulis sesuatu di internet itu layaknya memajang poster di depan rumah. Well, at least menurut gue begitu. Siapapun bisa membaca tulisan kita, bisa memberi komentar, atau malah menggandakan posternya untuk disebar luaskan. 
Gue ingat waktu pertama kali mengenal internet. Waktu itu gue masih SMP, dan untuk online harus menyambungkan kabel telepon rumah ke komputer. Namanya sih Telkomnet Instan, tapi caranya nggak seinstan sekarang. Gue harus menunggu beberapa menit untuk tersambung, bahkan terkadang terputus di tengah jalan, hehehe.

Yang pertama gue lakukan di dunia maya adalah bikin akun email dan akun blog. Hehe, agak nggak biasa untuk anak seumuran gue waktu itu, karena media sosial macam My Space dan Friendster sedang populer-populernya. Tapi dulu berhubung untuk online saja waktunya sangat terbatas (dan mahal) jadi hanya gue gunakan untuk keep in touch dengan keluarga gue yang berada di luar negeri dan berbagi tulisan gue di blog. Meskipun gak punya akun, kadang-kadang gue mengintip profile teman-teman gue untuk melihat-lihat isinya. Sama seperti di blog mereka juga memajang foto dan bertukar komentar. Bedanya tulisan yang di share nggak bisa sepanjang di blog.

Kalau ingat saat-saat itu, rasanya kaya sudah berabad-abad lalu (lol), soalnya beda sekali dengan sekarang. Padahal kalau dipikir-pikir jaraknya nggak terlalu lama juga, ya, tapi sudah banyak yang berubah. Kalau dulu status di My Space atau Friendster (dulu namanya shoutbox kalau nggak salah) isinya sekedar menyapa atau memberikan informasi umum, sekarang status layaknya buku harian mini. Isinya (terkadang) panjang dan beragam, dari mulai sharing keseharian, sedang makan apa, dimana, sedang senang, sedang sedih, sampai sedang marah tingkat tinggi pun ada. Sebagai pengguna Facebook dan Twitter, gue cukup rajin membaca timeline meskipun sedang nggak meng-update apa-apa. Dari sana gue bisa mendapatkan banyak informasi yang berguna, misalnya saja dari link-link yang ditautkan oleh teman-teman gue di status mereka. Sering lho gue membaca artikel seru yang sepertinya nggak akan pernah gue temukan kalau teman gue nggak share. Tapi ada juga post yang membuat gue sakit mata dan hati. Yang isinya sepertinya nggak disaring terlebih dahulu, apa yang terpikir langsung diketik dan klik "post"...

Timeline itu seperti halaman rumah, siapa saja yang berada di daftar teman dan follower bisa melihat. Well, we can simply click "block" atau "unfriend" kalau ada sesuatu yang nggak suka kita baca, tapi memutuskan pertemanan karena status yang bikin sepet juga nggak begitu bijak. Sama seperti di kehidupan nyata, di dunia maya pun meskipun teman bisa saja berbeda pendapat. Cuma bedanya di internet kita punya waktu ekstra untuk memutuskan apakah 'opini' kita layak untuk dibagi atau disimpan saja sendiri. 'Waktu' yang gue maksud adalah jeda setelah kita selesai mengetik tulisan dan sebelum kita klik "post". Membaca ulang paling hanya perlu beberapa detik saja, tapi sayangnya masih saja ada yang menyepelekan langkah tersebut. 

Kadang gue suka shock sendiri kalau ada yang menulis tentang pendapat atau kritik dengan kata-kata kasar di timeline. Meskipun bukan ditujukan untuk gue, tapi itu sudah cukup membuat gue meringis. Temanya bisa apa saja, dari mulai yang ringan seperti film atau selebriti sampai yang menyinggung SARA. Gue heran, jika ingin menyampaikan sesuatu pada seseorang atau lembaga, kenapa harus ditulis di status? Padahal di zaman sekarang hampir semua punya website atau minimal email official. Sampaikan saja di sana, langsung pada pihak yang terkait, nggak perlu seluruh tetangga tahu. Dan apa sulitnya menggunakan bahasa yang sopan? Gue tahu jika sedang emosi memang segala rasanya panas, maunya meledak-ledak. Itulah kenapa lebih baik tenangkan diri sejenak, baca ulang. Karena kita nggak pernah tahu apa efek dari tulisan kita pada orang yang membaca, kan? 

Gue punya idola, ia seorang musisi berbakat yang kebetulan mengidap masalah mental. Jika sedang menikmati video-video musiknya gue selalu menyempatkan untuk membaca kolom komentar. Diantara komentar-komentar positif kadang gue menemukan komentar-komentar yang isinya keterlaluan. Well, jika kritik baik-baik tentu saja itu nggak dihitung, karena setiap manusia tentu nggak ada yang sempurna dan memang 'tugas'penggemar untuk mengingatkan jika ada yang salah dengan idolanya. Tapi komentar yang menghina fisik, melontarkan kata-kata kasar dan menjatuhkan menurut gue itu sangat nggak pantas. Karena selain irrelevant dengan musiknya atau apapun yang sedang ia tampilkan, itu juga nggak sopan.

Mungkin orang-orang yang menulis komentar negatif (maksud gue komentar kasar, ya, bukan dalam artian kritik membangun) pikir jika seseorang yang sudah terkenal nggak akan peduli dengan hal-hal seperti itu atau bahkan nggak punya waktu untuk membaca ratusan bahkan ribuan komentar yang masuk. Tapi siapa yang tahu? Dibalik penampilan tangguhnya dengan rambut yang nampak lebih powerful daripada Samson, idola juga seorang manusia, sama seperti kita. Mungkin saja di waktu luangnya mereka membaca komentar-komentar dari kita. Adakah yang mempunyai kebiasaan sama seperti gue, sebelum tidur jempol scroll up and down di handphone untuk membaca timeline? Well, mungkin idola kita juga membaca tulisan kita. Sekali lagi, siapa tahu. 

Gue jadi ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Timeline gue isinya beragam, dari yang inspiratif sampai yang isinya penuh keluh kesah. Salah satu penghuni yang inspiratif adalah Nuno Bettencourt. Yup, that Nuno, yang gitaris dari band Extreme, yang pernah menjadi partner Rihanna dan yang baru-baru ini berkolaborasi dengan Steven Tyler di tur King of Chaos :) Menurut gue ia inspiring karena selain mempunyai sense of humor yang bagus, ia juga sangat humble. Gue suka karena Nuno bertanggung jawab sekali dengan yang ia tulis. Despite bahwa ia seorang rockstar ya, sebagai manusia (sama seperti kita) ia sadar betul bahwa tulisannya bisa dibaca banyak orang. Dan believe it or not, ternyata juga sebaliknya! Di timeline nya Nuno repost sebuah foto dari penggemarnya, lengkap dengan komentar betapa tersanjungnya ia. Padahal penggemarnya itu sama sekali nggak tag Nuno. So, yup, the scroll up and down thingy sebelum tidur bukan hanya kita saja yang melakukannya.

Kenapa gue menjadikan Nuno sebagai contoh? Ya, karena ia seorang selebriti. Jika ia saja masih punya waktu untuk melihat timeline, bagaimana dengan teman kita, keluarga atau bahkan orang asing? Respon Nuno yang merepost penggemarnya jelas sekali sebagai reaksi bahwa simple post bisa membuat perasaannya menjadi lebih baik. His fans just made his day, begitu juga sebaliknya, Nuno telah membuat hati penggemarnya berbunga-bunga karena ia meluangkan waktunya untuk mengklik 'share'. Sekarang coba bayangkan jika yang hal yang sama terjadi pada kita. Pasti menyenangkan, kan? :) Tapi bagaimana jika yang terjadi adalah hal sebaliknya? Gue rasa siapapun nggak akan suka. Mungkin kesannya sepele, hanya tulisan dan sebuah klik. Tapi jika 2 hal kecil itu sangat powerful maka hasilnya ada 2; bisa membuat seseorang bahagia atau... down.

Di dunia maya saat kita mengatur akun media sosial dengan setting 'public' itu artinya curhatan, komentar dan segala macam yang kita post sudah kita aminkan untuk dibaca siapa saja. Keluarga, teman, pasangan, rekan kerja bahkan pihak-pihak yang kita pikir impossible untuk melihat akun kita. Teman-teman sudah tahu tentang novel pertama gue, "Waktu Aku sama Mika"? Sampai sekarang novel itu sudah dicetak belasan kali dan bahkan sudah difilmkan dengan judul "Mika". Jika saja gue nggak menulis status tentang Mika, mungkin novel itu nggak akan pernah ada. Yup, novel best seller gue diawali dari status pendek yang sama sekali nggak disangka akan dibaca oleh siapapun selain teman gue. Tapi ternyata sebuah penerbit membacanya dan langsung menawari gue kontrak. Lalu ketika gue terbang ke Singapore untuk meet and greet ekslusif bersama Aerosmith, siapa yang menyangka bahwa itu karena tulisan di blog ini? Gue menulis tentang Aerosmith yang menginspirasi gue sejak berusia 7 tahun dan sebuah promotor membacanya! Bagaimana cara mereka menemukan blog ini? Sampai sekarang masih jadi misteri. Tapi ini internet, siapa saja bisa membacanya, dan kadang hanya butuh beberapa klik "share" sebelum ditemukan orang yang tepat.

Berkat status yang gue tulis jadilah novel "Waktu Aku sama Mika" dan film "Mika" :)

Siapa sangka tulisan gue di blog mengantarkan ke Singapore untuk bertemu secara langsung dengan Aerosmith? :)

Jadi teman-teman, kira-kira siapa saja yang sudah membaca timeline atau blog post kalian selama ini? Siapa tahu di suatu tempat, seseorang yang sama sekali nggak kalian kenal sedang melihat-lihat poster yang di pajang di depan rumah kalian. Terpengaruh dengan isinya, terinspirasi dan merubah harinya menjadi lebih cerah. Atau mungkin ada seorang sutradara sedang membaca cerita yang kalian tulis di blog dan berniat menjadikannya film layar lebar. Siapa yang tahu? Yang pasti pengaruh apapun yang kita sebarkan, positif atau negatif, semuanya tergantung pada keputusan kita buat sebelum mengklik "post"! :)

the girl who's thanking internet so much,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Indi Ingin Bermain Ukulele (Tentang Kado Impian) :)

$
0
0
Gue terbangun dengan posisi tangan kanan berada di atas perut ---masih sedikit naik turun seperti gerakan strumming alias genjrang-genjeng.
Setelah sepenuhnya sadar gue segera terkikik geli dan turun dari tempat tidur, mengambil cuk lele dan memainkannya. Itu tadi mimpi yang sangat konyol... :)

***

Gue sudah bilang pada Bapak kalau gue ingin belajar bermain ukulele. Juga pada Ibu, pada Ray... bahkan pada Eris. Tapi mereka bilang (kecuali Eris, karena ia seekor anjing, hihihi) gue lebih baik belajar bermain gitar saja dulu, karena lebih mudah dan ada Bapak yang bisa mengajarkan. Bapak bahkan mengira kalau keinginan gue ini hanya main-main. Beliau bilang, "Katanya mau jadi rockstar seperti Aerosmith, masa mainnya ukulele? Gitar dong biar keren." 
Ya, meskipun sama-sama dipetik, mungkin karena ukulele ukurannya mungil di mata Bapak jadi kurang garang... Eh, lagian gue perempuan ngapain juga garang-garang? Begini deh kalau punya Bapak yang terobsesi sama rock and roll, hehehe.

Tapi gue memang sungguh-sungguh ingin belajar alat musik Hawaii ini. Setiap hari gue berguru pada master-master ukulele lewat internet. Mempelajari chord-chordnya dan fingering di invisible ukulele gue. Ya, gue memang belum punya ukulele sendiri, tapi it wont stop me. Setiap kali melihat idola-idola gue bermain ukulele, rasa semangat gue menjadi semakin tinggi. Mungkin akan butuh waktu yang nggak sebentar, tapi gue percaya akan bisa seperti mereka.
Perkenalan gue dengan ukulele sendiri justru terjadi dengan nggak sengaja, tapi malah membuat terkenang-kenang. Waktu itu gue baru saja dipertemukan dengan Aerosmith, band yang sangat gue kagumi sejak kecil. Karena ingin segera 'mengulang moment' gue mencari video mereka ketika konser di Singapore. Alih-alih mendapat videonya, gue malah menemukan video Steven Tyler(the vocalist, member favorit gue) sedang mengucapkan happy birthday pada Willie Nelson, rekan sesama musisinya. Di sana Steven Tyler bernyanyi sambil memainkan alat musik yang sekarang menjadi obsesi gue; ukulele. 

Untuk persiapan bermain ukulele yang sesungguhnya, gue membeli cuk lele ---atau biasa disebut gitar mini, kentrung, kencrung alias gitar kecil yang biasa digunakan pengamen. Well, sebenarnya ukelele dan cuk lele (seharusnya) sama saja, cuma entah kenapa banyak musisi jalanan yang menyebutnya 'gitar cuk'. Katanya sih (iya, gue sempat mengobrol dengan pengamen yang mampir ke toko alat musik) yang mereka pakai ini versi rip off dari ukulele. Jadi bentuk boleh sama, tapi bahan yang digunakan beda. Bahkan senarnya pun bukan nilon khusus ukulele (nylgut), tapi dari tali bekas raket tenis."Lebih irit, bisa minta dari toko olah raga, tuh," begitu katanya. Selain itu konon suaranya lebih nyaring daripada ukulele biasa, jadi cocok untuk dipakai mengamen di jalanan atau di dalam kendaraan umum.

Sebelum punya ukulele sungguhan, gue berlatih dengan si rip off ini dulu :)

Jadilah setiap hari gue berlatih menggunakan ukulele versi rip off ini. Begitu bangun tidur, bahkan sebelum sarapan gue langsung berlatih. Sebelum tidur gue juga berlatih lagi. Adik gue yang kamarnya tepat di atas kamar gue kadang protes, katanya kalau malam gue berisik, mana fals lagi, hahaha. Kebiasaan baru ini juga sedikit merubah penampilan gue. Yang biasanya kuku super rapi dengan cat warna-warni sekarang mulai chipped, lengkap dengan kapalan di ujung jari. Tapi gue nggak menyesal, karena bahkan sebelum gue bisa bermain ukulele pun sudah ada sisi positifnya; gue jadi jarang pegang handphone, hihihi.

Meski dengan semangat menggebu-gebu (lol, beneran ini), bukan berarti tanpa hambatan. Kadang kalau jari-jari mulai terasa sakit (resiko pakai rip off ya begini, hehehe), mood gue jadi turun. Apalagi kalau telapak tangan gue mulai keringetan, pasti jadi semakin susah untuk menjaga jari agar tetap stabil. Kalau sudah begitu, gue langsung ingat-ingat lagi tujuan gue; Ingin bisa bermain ukulele! Sesulit apapun gue harus konsisten, meskipun belajar otodidak. Menonton video-video musik juga membantu untuk menaikan mood gue, salah satunya dari Walk of the Earth, karena Sarah, satu-satunya perempuan di grup itu juga bermain ukulele :)

Harapan gue sih ada yang memberi hadiah ukulele sungguhan... Gue nggak perlu merk tertentu, dengan kualitas begini-begitu atau dengan model yang super keren. Yang terpenting bisa dipakai untuk mensupport passion gue. Ukulele juga bukan alat musik yang langka di Indonesia. Selain ada merk-merk buatan luar negeri, di sini juga sudah banyak pengrajin yang membuat ukulele. Misalnya di Salatiga, Solo atau Bali. Kalau di Bandung sendiri, sih gue belum dengar ada pengrajinnya. Tapi itu kan bukan masalah, zaman sekarang mau dari kota manapun juga bisa dikirim melalui jasa pengiriman barang. Apalagi dengar-dengar sekarang untuk barang fragile macam ukulele pun dijamin aman karena bisa pakai packaging kayu. Pasti memudahkan sekali untuk yang ingin memberi gue hadiah, ya, hehehe.

Mungkin teman-teman bertanya-tanya, kenapa gue nggak membeli ukulele dengan uang sendiri saja. Apalagi harganya nggak terlalu mahal. Untuk yang kualitasnya cukup bagus saja harganya hanya setara dengan 3 hari uang saku anak SMA zaman sekarang (gue anak zaman dulu, lol). Well, iya sih kalau dilihat dari harga mungkin nggak seberapa. Tapi gue ingin ini menjadi hadiah agar rasanya istimewa. Apalagi jika didapat dari orang-orang yang gue sayang, pasti akan berkesan sekali. Makanya sekarang gue ingin tunjukan pada Ibu, Bapak dan Ray (juga Eris, hehehe) bahwa gue memang sungguh-sungguh belajar ---bahwa gue nggak main-main dengan apa yang ingin gue capai. Jadi jika suatu hari gue mendapatkan kado yang sudah gue impikan ini, mereka nggak akan kecewa! :)




uke girl,

Indi


_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Kejutan dari Keluarga Irwin :)

$
0
0
Jika teman-teman mengikuti tulisan gue di blog ini, mungkin ada yang masih ingat bahwa beberapa lalu gue menulis tentang betapa powerfulnya internet (baca di sini). Waktu kita memposting sesuatu dan memutuskan untuk membuat akun "public" itu artinya kita harus siap jika tulisan kita dibaca oleh siapa saja. Termasuk oleh orang-orang yang sebelumnya sama sekali nggak kita sangka.

Di awal tahun ini gue kembali mendapatkan buah dari kekuatan internet. Tahun lalu ketika keluarga Irwin datang ke Indonesia gue nggak bertemu dengan mereka karena ketinggalan info. Padahal mereka adalah idola gue sejak kecil, terutama alm. Steve Irwin si Crocodile Hunter yang sangat pemberani. Gue sangat menunggu-nunggu kedatangan mereka ke Indonesia, karena gue ingin sekali menyampaikan rasa kagum dan mengucapkan terima kasih atas dedikasi Terri (isti alm. Steve Irwin), Bindi dan Robert (anak-anak alm. Steve Irwin) pada lingkungan hidup, terutama pada dunia fauna. Kedatangan mereka membuat memory masa kecil gue bangkit. Gue masih ingat bagaimana dulu setiap sore selalu duduk di depan TV menunggu-nunggu sapaan khas Steve Irwin yang lantang ---Lalu gue putuskan untuk membagi kisah nostalgia gue di sini.

Keluarga Irwin, waktu Steve masih ada. What a beautiful family :)

Setelah menulis kenangan tentang pahlawan masa kecil, perasaan gue menjadi lega. Meskipun gue belum berkesempatan untuk memberitahu Terri, Bindi dan Robert secara langsung tapi seenggaknya gue bisa berbagi dengan teman-teman pembaca tentang betapa hebatnya idola gue itu :)
Satu bulan kemudian, Ray (yang merangkap sebagai manager gue) mengabari bahwa ia dihubungi oleh seseorang bernama Mas Danar. Katanya ia adalah EO yang mendatangkan keluarga Irwin ke Indonesia. Dan alasan mengapa ia menghubungi gue karena ia membaca tulisan gue di blog dan ingin membantu menyampaikan pesan gue kepada keluarga Irwin LANGSUNG! Ya, ampun gue terkejut sekali :'D

Gue nggak mau bohong, waktu Ray memberi kabar gue langsung menangis haru. Meski Mas Danar hanya akan membantu menyampaikan ---nggak ada jaminan bahwa pesan gue akan dibalas, tapi gue sangat senang karena akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengutarakan perasaan gue setelah selama12 tahun hanya bisa melihat mereka di TV. Di hari yang sama gue langsung menulis surat yang ditujukan kepada Terri, Bindi dan Robert, dan dikirimkan kepada Mas Danar untuk diteruskan kepada mereka. Mas Danar berkata bahwa kalau saja seandainya ia tahu gue sejak lama, pasti waktu itu ia mempertemukan gue langsung dengan para wildlife warrior idola gue itu. Ah... tapi sudahlah, gue sudah sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan ini :)

Meskipun kadang bertanya-tanya dalam hati tentang nasib surat gue (apakah sampai, apakah dibaca, dan apakah-apakah yang lainnya), tapi gue selalu menahan diri untuk nggak bertanya pada Mas Danar tentang hal ini. Gue sudah sangat beruntung, nggak perlu meminta lebih :) Lalu sesuatu yang sampai hari ini pun masih membuat gue tersenyum lebar terjadi; Terri Irwin me-mention gue di twitter. Ia mengucapkan terima kasih karena gue telah menjadi Wildlife Warrior yang baik, dan berharap semoga suatu hari gue bisa ke Australia Zoo. Waaaaah, ternyata surat gue benar-benar sampai! Bahkan lebih baik dari itu, Terri membalasnya langsung ---ditambah retweet dari Bindi juga. Gue benar-benar nggak menyangka, apalagi link blog ini yang gue sertakan di surat pun benar-benar dibuka. Yep, mereka membaca blog yang followernya masih jauuuh sekali dari akun mereka ini :'D

Gue bahagia, luar biasa bahagia. Sulit rasanya menuliskan bagaimana perasaan gue karena rasanya nggak ada kata-kata yang tepat buat menggambarkannya. Akhirnya pesan gue untuk keluarga Irwin sampai. Meskipun Steve sudah nggak ada, tapi buat gue Terri dan anak-anaknya pun sama hebatnya karena sampai sekarang (dan gue yakin selamanya) mereka meneruskan legacy Steve Irwin. Ah, it couldn't be better, ini bahkan lebih baik dari mimpi. Gue hanya ingin surat gue sampai, tapi malah dapat balasan langsung dari istri mendiang si Crocodile Hunter! :)

Ternyata gue salah. Gue pikir ini nggak bisa lebih baik lagi, tapi ternyata BISA! Satu hari setelah tahun baru, waktu gue baru saja bangun tidur ada sebuah paket yang sudah menunggu gue di depan pintu kamar. Kata Bapak itu untuk gue, tapi beliau nggak tahu itu dari siapa. Rupanya Ibu dan Bapak sudah menunggu-nunggu gue bangun karena penasaran dengan isinya. Apalagi gue, karena yakin sekali belakangan nggak memesan apa-apa dari toko online. Waktu gue baca pengirimnya ternyata Discovery Kids. Langsung saja gue teringat kalau si kecil Robert (well, he's 11, not so little, sih, tapi kan lebih muda dari gue, hehehe) punya acara baru di sana dengan judul Wild But True. Gue langsung deg-degan... Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan kelurga Irwin.


Benar saja, isinya ternyata merchandise dari Discovery Kids dan sebuah buku Robert Irwin! Gue mendapat tas ransel berwarna biru, topi khaki (yang langsung ditaksir Ibu), flash disc imut berbentuk robot dan buku Big Book of Dinosaurs. Gue langsung bersorak girang, lebih girang dari saat gue menerima gaji pertama, hehehe. Ini luar biasa, kado tahun baru terbaik yang gue terima :') Apalagi bukunya Robert itu memang sudah lama gue inginkan, tapi belum sempat beli meskipun sudah beberapa kali mengecek ke web Australia Zoo. Senang sekali (ya, ampun sudah ada berapa kata "senang" di tulisan ini? Hehehe) gue mendapatkan buku ini sebagai hadiah. Gue langsung membacanya dan di hari yang sama menyelesaikan 11 halaman pertama. Gue nggak pernah tertarik sama dinosaurus sebelumnya, tapi sekarang gue jadi pengen tahu lebih banyak. Apalagi setelah tahu kalau "Jurassic" itu ternyata cuma salah satu periode. Gue pikir itu kata lain dari dinosaurus, seperti di film, lol :p




Gue bersyukur sekali menyempatkan beberapa menit dari hidup gue untuk menulis perasaan gue di blog. Kalau saja gue hanya menggerutu karena nggak bertemu dengan keluarga Irwin, hal luar biasa ini mungkin nggak akan terjadi. Sekarang rasa kagum gue pada mereka bertambah. Bukan hanya karena pemberani, menjadi real hero yang melakukan sesuatu untuk perubahan yang lebih baik, mereka juga menghargai penggemarnya. Terri, Bindi dan Robert adalah inspirasi untuk gue, luar biasa rasanya mereka menyempatkan untuk 'mendengarkan' apa yang gue rasakan dan memberikan feed back. Gue harap suatu hari bisa menjadi pribadi yang sehebat mereka, yang melakukan aksi nyata dan tetap humble :)

Oh iya, waktu membaca buku "Big Book of Dinosaurs" gue tahu di halaman depannya ada tulisan berwarna hitam. Gue pikir tulisan itu memang tercetak di bukunya. Tapi keesokan harinya gue baru sadar sesuatu. Ada jejak spidol di balik halamannya. Ya, ampun! Itu ternyata tulisan tangan Robert! Tulisan tangan Robert khusus untuk gue!
I'm blessed.... :')



ps: Acara Robert Irwin, Wild But True tayang di Discovery Kids setiap hari selasa. Jika belum sempat mengenal Steve Irwin, kalian harus mengenal Robert. He's as aweseom as his dad!


wildlife warrior,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Bring it the uke it will complete the groove :)

$
0
0


4 days ago my first ukulele arrived! I was so excited and taught myself to learn my first song in 3 days. (Thanks to YouTube!)
Today I recorded my practice time after attended a family wedding ceremony (that explains my crazy smokey eyes from faded makeup, lol). It might be boring to be listened because I repeated the first 2 verses of "You Are my Sunshine" over and over again. I needed to practice my tempo, and helped my right hand to get used to it. I still kinda stiff because I am using my left hand mostly in daily activities :)

***

Empat hari yang lalu ukulele pertama gue akhirnya tiba! Gue bersemangat sekali dan secara otodidak belajar lagu pertama gue dalam waktu 3 hari. (Thanks to YouTube!)
Hari ini gue merekam sesi latihan gue sepulang dari acara pernikahan keluarga (itu menjelaskan kenapa seputar mata gue hitam karena makeup yang luntur, hehe). Mungkin membosankan untuk didengar karena gue memainkan 2 bait dari "You Are my Sunshine" berulang-ulang. Gue harus belajar menjaga tempo dan melatih agar tangan kanan gue terbiasa. Masih agak kaku karena dalam sehari-hari gue terbiasa menggunakan tangan kiri :)



xx,
Indi Sugar


_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Pakai Brace? Siapa takut! Gue Nggak Sendirian, Kok ;)

$
0
0
Howdy do, bloggies! Wah, nggak terasa sekarang sudah weekend dan gue belum update apa-apa di dunia kecil gue ini (kecuali repost dari channel gue di YouTube). Padahal cukup banyak yang ingin gue ceritakan, lho. Terutama tentang keseharian dan hobi baru gue yang super fun. Tapi kalau ditulis semua sekarang sepertinya jari-jari gue nggak akan sanggup, deh. Soalnya ceritanya bakal panjang, hehehe. Untuk sekarang gue mau bercerita tentang pengalaman memakai SpineCor, atau soft brace untuk scoliosis. Kalau teman-teman sering mampir ke sini pasti sudah tahu kalau gue mengidap scoliosis sejak berusia 13 tahun :)

Nah, sama nggak terasanya seperti update blog ini yang tersendat (hihihi), persahabatan gue dengan SpineCor juga tahu-tahu sudah berjalan lebih dari 6 bulan. Mungkin karena begitu nyamannya brace yang satu ini (---dibandingkan dengan boston brace) sampai-sampai gue nggak ingat waktu :D Kalau mendengar kata ‘brace’ tadinya gue sudah malas duluan, karena ingat pengalaman memakai boston brace selama 5 tahun tanpa pengurangan kurva sedikitpun (malah bertambah ketika dilepas). Apalagi di usia gue yang sudah mature semakin pesimis lah gue dengan fungsi brace untuk scoliosis gue. Tapi rupanya SpineCor ini beda, setelah pengurangan kurva yang membuat gue merasa ada harapan, hasil review bulan lalu membuat gue YAKIN bahwa SpineCor memang memberikan bukti, bukan cuma harapan. Selain keluhan ‘khas’ scoliosis gue semakin berkurang, kurva gue juga ikut berkurang. Gue belum tahu berapa derajat (---rencananya x ray akan dilakukan segera), tapi yang pasti gue membaik :) Punuk gue memang masih ada, tapi sekarang nggak terlalu jelas terlihat.

Gue memakai SpineCor, brace scoliosis yang sangat support untuk beraktivitas dan ber-fashionable ria, hihihi :D

Dengan kabar baik ini tentu saja gue semakin bersemangat memakai SpineCor. Meski nggak sabar untuk melihat hasil akhirnya, tapi gue memilih untuk menikmati proses selama program 18 bulan ini. Supaya nanti ketika sudah boleh dilepas gue bisa mengenang-ngenang suka duka bersama si kulit kedua ini, hihihi. Menurut gue sih “duka” memakai SpineCor itu sedikit sekali. Ada perasaan ketat dan tertarik (mirip seperti ketika kita memakai baju renang/senam), tapi semakin lama semakin terbiasa, dan seperti yang gue sebutkan sebelumnya; SpineCor nyaman untuk digunakan dalam sehari-hari. Kalaupun disiplin gue dalam pemakaian SpineCor melonggar biasanya alasannya bukan karena kenyamanan tapi karena malas! Iya, kadang gue ingin cepat-cepat berpiyama sehabis mandi sore, padahal proses memakai SpineCor itu nggak lebih dari 1 menit, lho.Untung saja gue punya beberapa hal yang selalu diingat agar disiplin gue kembali lagi ;)

1. Movies!
Pengidap scoliosis itu banyak, lho. Dan yang menggunakan brace juga banyak, termasuk di dalam film. Meskipun hanya acting, tapi melihat mereka juga rasanya seperti melihat diri sendiri! Ingat film Forrest Gump? Meskipun di film nggak disebutkan bahwa Forrest mengidap scoliosis tapi dari perkataan dokter yang menyebutkan bahwa"his back is as crooked as a politician," membuat banyak penonton berasumsi bahwa ia seorang scolioser. Kita memang nggak melihat ia memakai brace untuk punggung, tapi Forrest memakai brace untuk kakinya yang lemah. Masa gue masih malas setelah melihat Forrest yang begitu semangat? :) Selain itu ada juga film-film lain yang tokohnya seorang scolioser dan memakai brace di sepanjang film. Tokoh Joanne (Rumer Willis) di film The House Bunny, atau tokoh Indi (hehehe, iya maksudnya gue yang diperankan oleh Velove Vexia) di film Mika dan masih banyak yang lainnya.

Film yang diinspirasi oleh kisah nyata gue "Mika", "The House Bunny" dan "Sixteen Candles". Harusnya lebih banyak film lagi yang menceritakan tentang scolioser untuk mengedukasi masyarakat, ya :)


2. Idols
Idola gue, alm. Kurt Cobain juga mengidap scoliosis. Interview-interviewnya yang menceritakan tentang perjalanannya dengan scoliosis mengingatkan bahwa sudah seharusnya gue mengusahakan kesehatan gue sendiri. Tuhan memang maha ajaib, tapi kalau tanpa usaha itu namanya silly. Orang sekeran Kurt Cobain saja masih mau berlelah-lelah ambil sesi chiropractic, masa sekedar brace yang tinggal dipakai dan nggak harus kemana-kemana saja masih malas :p
(note: googling dengan kata kunci Celebrity with scoliosis. Mungkin teman-teman akan surprise dengan nama-nama yang muncul)

Alm. Kurt Cobain, Shailene Woodley, Sarah Michelle Michelle Gellar dan banyak orang hebat lainnya juga scoliosis, lho!

3. Ingat tujuan
Kalau sudah diingatkan oleh idola gue masih membandel, maka yang terakhir ini dijamin sangat ampuh. Memang paling tepat untuk memotivasi ya diri sendiri, nggak perlu bergantung dengan orang lain :) Kalau rasa malas menyerang gue akan sempatkan untuk mengingat-ingat apa tujuan dari pemakaian SpineCor; Gue ingin membaik. Jangan sampai suatu hari gue menyesal karena kalah oleh rasa malas. Beruntung gue berkesempatan untuk memakai SpineCor, brace yang banyak diidamkan oleh para scolioser karena nyaman dan lebih efektif daripada boston brace. Sudah semestinya gue nggak menyia-nyiakan kesempatan  ini ;)

Di balik dress ini gue pakai SpineCor, lho. Nggak terlihat, kan? Dulu waktu pakai boston kelihatan banget apalagi kalau bajunya pas badan :D

Minggu depan jadwal gue review bersama Dr. Natalie di Spine Body Center. Semoga saja hasilnya memuaskan. Scoliosis adalah kelaianan tulang belakang yang membutuhkan kerjasama antara dokter dan pasien. Dokter memberikan terapi yang tepat dan tugas pasien untuk melakukannya. Jadi percuma kalau rajin ke dokter tapi nggak ada usaha dari pasien, hihihi. Mungkin ada diantara teman-teman yang membaca blog gue yang juga seorang scolioser. Semoga apa yang gue bagi di sini bisa membantu, at least membuat teman-teman ingat kalau kalian nggak sendirian :) Pesan gue untuk scolioser yang kebetulan sedang mampir ke sini, don’t let scoliosis make you down. Khawatir boleh, tapi jangan takut ---nggak bisa disembuhkan bukan berarti nggak bisa dikoreksi, kok. Dan jangan lupa ‘trust’ your feeling. Kalau merasa nggak sreg dengan satu dokter, lebih baik kunjungi dokter lain untuk opini kedua. Kadang-kadang kalau merasa cocok dengan dokternya membuat proses ‘koreksi’ kita lebih cepat, lho. Kalau teman-teman mau bertanya seputar SpineCor dan fisioterapi untuk scoliosis, bisa kunjungi Spine Body Center di APL Tower lantai 25 (samping Central Park Mall) Jakarta atau bisa telepon ke (021) 2933 9295. Siapa tahu kita bisa bertemu di sana dan sharing langsung, hihihi ;)

bukan kurt cobain, lol,


Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469


Kata Ibu dan Bapak, "Kamu Pantas Mendapatkannya." :)

$
0
0
Jadi akhirnya gue mendapatnya. Sebuah ukulele sungguhan berwarna pink yang lebih bagus daripada yang pernah gue bayangkan. Hari itu, di malam hari Ibu berkata besok gue harus menemani Bapak ke bank dan pulangnya akan ada kejutan untuk gue. Benar saja, gue diajak ke sebuah toko musik dan diizinkan untuk memilih ukulele yang paling gue suka. Dan gue melihatnya, jatuh cinta pada pandangan pertama. Gue menunjuknya sambil tersenyum ke arah Bapak. Beliau bertanya berapa harganya, sedikit ragu tapi lalu berkata bahwa gue pantas mendapatkannya. Hampir tak percaya, tapi hari itu gue membawa pulang sebuah ukulele ---yang menurut penjualnya, kualitas terbaik di kelas pemula.

Ini dia si ukulele pink Mahalo dari Arts series (Hearts, for girls)

Seperti yang pernah gue ceritakan sebelumnya(baca di sini). Gue memang nggak pernah meminta ukulele pada Ibu dan Bapak. Keinginan gue untuk belajar masuk ke dalam resolusi tahun 2015 dan setiap hari gue selalu rutin berlatih meskipun hanya lewat internet dan tanpa ukulele. Awalnya mereka sama sekali nggak memperhatikan, tapi lama-lama penasaran dengan apa yang gue lakukan ketika duduk berlama-lama di depan komputer (---gue diam saja waktu Ibu bilang ada cemilan di meja makan, dari sanalah beliau tahu ada ‘sesuatu’ yang terjadi pada gue, lol). Bapak lebih menunjukan rasa penasarannya dibandingkan Ibu, beliau bertanya mengapa gue tertarik dengan ukulele. Waktu gue ceritakan alasannya (baca di sini) beliau tertawa, katanya “Kenapa nggak main gitar saja supaya lebih keren?” Gue ikut tertawa karena tahu bahwa beliau hanya bergurau. Lagipula, gue hapal sekali dengan watak Bapak; Apapun asalkan benar-benar gue suka beliau pasti mendukung.

Gue bertahan untuk nggak meminta ukulele dari Ibu dan Bapak agar mereka melihat keseriusan gue belajar, biar mereka yang memutuskan apakah gue pantas untuk mendapatkan alat musik Hawaii tersebut atau nggak. Untuk mendukung proses belajar gue membeli cuklele alias kentrung ---gitar mini yang serig digunakan oleh pengamen. Gue bahkan sempat meminta tutorial singkat dari seorang pengamen yang gue temui. Ternyata itu sangat membantu, seenggaknya gue jadi tahu beberapa chords dasar dan cara merawat ukulele gue kelak. Berlatih dengan ukulele rip off juga konon katanya membuat jari-jari gue semakin kuat karena memakai string untuk gitar, hahaha :D

Kadang sambil berlatih gue melihat-lihat gambar ukulele di internet. Gue punya merk impian, punya warna impian juga. Tapi gue berjanji jika suatu hari punya, gue akan senang dengan apapun yang gue terima. Gue memang sengaja nggak meminta, juga nggak membeli sendiri. Gue ingin ukulele pertama gue istimewa, diberi dari orang-orang yang paling gue sayang. Sempat terpikir juga sih, jangan-jangan Ibu dan Bapak nggak ngeh kalau gue ingin dihadiahi ukulele. Sejak kuliah gue memang jarang sekali meminta. Meskipun gue masih tinggal bersama mereka tapi selalu diusahakan untuk mandiri secara finansial. Untuk kebutuhan sehari-hari gue menggunakan uang sendiri, begitu juga untuk kesehatan seperti waktu gue operasi tumor payudara dan operasi impaksi. Untuk kendaraan pun, thank God gue sudah punya sendiri (si mobil Hello Kitty ---yang masih dicicil, hihihi). Jadi untuk ukulele yang termasuk ‘sepele’ mungkin saja Ibu dan Bapak mengira gue juga akan membelinya sendiri.

Semalam setelah mendapatkan hadiah istimewa langsung dipakai untuk bermain, hihihi :)

Tapi bersungguh-sungguh ternyata memang selalu ada hasilnya, dan aksi juga bisa powerful seperti kata-kata. Ibu dan Bapak akhirnya melihat keseriusan gue selama ini dan mereka memutuskan untuk memberi gue hadiah terindah. Bapak bilang gue konyol, dengan sebuah ukulele yang harganya gak seberapa sudah bisa membuat gue berteriak-teriak kegirangan di toko musik dan tersenyum senang seharian. Hahaha, mudah-mudahan saja meski tanpa kata-kata ---hanya dengan reaksi silly gue, Ibu dan Bapak tahu betapa gue merasa beruntung, bersyukur, blessed dan super duper beyond bahagia! :)

Nb: Video ini dibuat setelah 1 minggu berlatih ukulele. Well, ya masih banyak kesalahan, tapi gue ingin membawakan lagu ini sejak lama. “Teenager in Love” yang originalnya dibawakan oleh Dion and The Belmots lalu di-cover oleh Red Hot Chili Peppers, sekarang dibawakan juga oleh Indi Sugar, hihihi.


mini frusciante, lol,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Berkah dari "Karena Cinta Itu Sempurna" :)

$
0
0

Wow... jadi sekarang sudah tahun 2015, hampir 4 tahun sejak novel kedua gue, "Karena Cinta Itu Sempurna"terbit. Rasanya seperti baru kemarin, gue masih ingat dengan jelas bagaimana proses menulisnya dan ketika petugas pos mengantarkan copy pertama novel ke rumah gue. Rasanya luar biasa :) Semenjak hari itu novel "Karena Cinta Itu Sempurna" sudah dicetak ulang sebanyak belasan kali dan gue (hampir) menerbitkan buku kelima. 

Gue bersyukur sekali mendapatkan kesempatan untuk mengenal dunia tulis-menulis. Diawali dengan novel "Waktu Aku sama Mika" yang berisi kumpulan tulisan tentang hari-hari gue bersama Mika (my awesome AIDS fighter), lalu dilanjutkan dengan "Karena Cinta Itu Sempurna"yang merupakan sebuah mini biografi. Gue menceritakan masa kecil ---sejak gue lahir, tumbuh besar, mendapatkan vonis scoliosis, mengenal Mika yang seorang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), masa berpacaran dengannya, sampai lika-liku masa menuju kedewasaan gue. 

Novel ini membawa banyak berkah untuk gue. Selain menjadi inspirasi untuk film layar lebar berjudul "MIKA"(dibintangi oleh Vino Bastian sebagai Mika dan Velove Vexia sebagai gue) dan ikut terbang ke Australia saat film "MIKA" diputar di IFF, dengan novel ini juga memberikan gue banyak teman baru. Sejak terbit sampai sekarang gue menerima banyak respon positif melalui email, facebook, twitter, bahkan blog "Dunia Kecil Indi" ini. It's amazing, pembaca dari kota, negara, latar belakang yang berbeda tanpa ragu berbagi perasaanya pada gue setelah membaca novel "Karena Cinta Itu Sempurna". Ada yang merasa terwakili, ada yang merasa nggak sendirian, ada juga yang menyampaikan dukungannya pada gue :)






Melalui novel ini gue terhubung dengan orang banyak. Membuat dunia kecil gue menjadi semakin besar. Gue bersyukur sekali karena memutuskan untuk menulis kisah gue menjadi sebuah novel. Thank God, I'm blessed. Terima kasih untuk teman-teman pembaca yang memberikan gue berkah sebanyak ini. Let's keep sharing :)


blessed girl,

Indi


Note: Novel "Karena Cinta Itu Sempurna" bisa didapatkan Indi Sugar Official Store. Harga novel Rp. 29.000 (termasuk bonus stiker Indi's Friend). Untuk pemesanan SMS atau whatsapp ke 081322339469.


_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Belajar dari Kemenangan Eris :)

$
0
0

4 Februari 2015

Pagi-pagi sekali gue sudah menelepon kantor jasa pengiriman barang 2 kali. Memastikan bahwa paket yang dikirim ke alamat gue nggak nyangkut di suatu tempat. Petugas yang menjawab telepon mengatakan bahwa paketnya sudah ada di kantor mereka dan baru akan dikirim nanti siang. Gue lega karena paketnya tiba dengan selamat, tapi juga nggak sabar untuk segera menerimanya. Well, sebenarnya bukan hanya gue yang nggak sabar, tapi juga Ibu, Bapak dan Ray ---meskipun paket ini bukan untuk kami bertiga.  Tapi untuk Eris, anjing golden retriever kesayangan gue.

Si mungil Eris. Mungkin ada diantara teman-teman yang mengenalnya dari blog ini. Gue cukup sering bercerita tentang betapa berartinya Eris untuk hidup gue. Ia datang di saat gue kehilangan Veggie, anjing kesayangan gue yang mati karena epilepsi. Menjadi menyembuh dengan sifatnya yang lucu dan loyal, membuat gue menempatkannya di tempat yang istmewa berdampingan dengan Veggie di hati gue. Terlebih, Eris juga pernah menyelamatkan nyawa gue. Di akhir tahun 2013 lalu ia menemukan tumor di payudara kiri gue sebelum berubah menjadi kanker ganas. She’s a my hero. Tentu saja apa yang sudah ia lakukan untuk gue nggak akan bisa terganti oleh apapun, gue hanya bisa berusaha membuat hidupnya bahagia sampai sisa hidupnya kelak :)

Untuk gue semua pets yang ada di rumah adalah sahabat. Gue memelihara mereka karena rasa sayang dan keinginan untuk hidup berdampingan dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan. Sama seperti kita, mereka juga punya kepripadian yang berbeda-beda. Bahkan punya hobi yang berbeda pula, hihihi. Veggie dulu aktif sekali, ia suka berlari-lari dan bermain ketangkasan. Kemampuan menghapalnya pun sangat baik, banyak sekali trick yang ia kuasai meskipun gue hanya mengajarkannya sesekali. Sedangkan Eris jauh lebih kalem dari Veggie. Ia lebih suka bermanja-manja di kaki gue daripada bermain lempar tangkap. Dan yang paling lucu, Eris suka sekali memakai baju dan aksesoris! Well, gue tahu ini di luar kodrat binatang, tapi seperti yang gue sebutkan tadi, bahkan binatang pun mempunyai hobi yang berbeda-beda. Eris punya cara sendiri untuk minta dipakaikan baju, bahkan ia punya baju favorit yang selalu ditunggu jika sedang dijemur sehabis dicuci, hihihi. Dengan kepribadian Eris yang unik, sebuah ide pun muncul di kepala gue. Kenapa Eris nggak diikutkan kontes foto untuk anjing saja? Menang atau kalah nggak masalah, hanya untuk bersenang-senang dan memanfaatkan bakat centilnya :)

Dan ketika pemenang dalam berbagai kategori diumumkan nama Eris ternyata ada di dalam daftar. Bukan hanya ada di satu ketegori, tapi dua kategori sekaligus! Eris  mendapatkan juara 2 untuk Top Fashion dan juara 2 untuk Top Moment :D Gue benar-benar nggak menyangka dan terharu... Kecentilan Eris yang membawa berkah, hihihi. Ini adalah kemenangan pertama untuk Eris, makanya  gue sangat nggak sabar menunggu paket hadiahnya tiba di rumah. Rasanya ingin cepat-cepat melihat isinya dan menunjukannya pada si mungil kesayangan gue itu :)




Di malam harinya, paket akhirnya tiba setelah membuat gue, Ibu dan Bapak berpikir bahwa jasa pengiriman mungkin ada keterlambatan. Tanpa menunggu lama kami langsung membukanya. Isinya banyak sekali, karena Eris juara untuk 2 kategori jadi semuanya serba double. Ada 2 kardus dog food, 2 kemasan dental stick, 6 dog treat, 2 sertifikat dan 2 piala! Saking excitednya pialanya langsung dipajang dan Ibu minta gue beli frame untuk sertifikatnya. Padahal sertifikat punya gue dari talkshow 2 bulan lalu saja belum diberi frame, hehehe. Kami benar-benar nggak bisa berhenti bicara tentang betapa bangganya kami pada Eris. Nggak lupa gue langsung kabari Ray yang juga selalu ikut mendukung Eris :)



Meski Eris pasti nggak mengerti dengan piala-piala yang ia terima, tapi gue tetap menunjukannya pada Eris. Hihi, reaksinya lucu sekali. Piala-piala itu diendus-endus dan wajahnya berubah bingung waktu sadar kalau di sana ada fotonya. Ya, piala dan sertifikat hanya untuk dokumentasi gue dan keluarga, bagi Eris hadiah yang sesungguhnya tentu makanan dan camilan yang mendadak ia punya dengan jumlah yang banyak, hihihi. Eris menikmati sekali hadiah-hadiahnya, ekornya bergoyang-goyang ketika gue membawakannya dog treat rasa ayam. Melihatnya senang membuat gue ikut senang :)



Gue jadi ingat, waktu kecil sempat terpikir bahwa gue satu-satunya orang di dunia yang nggak punya bakat ---bahkan minat. Gue baru menemukan bahwa passion sesungguhnya gue di bidang menulis ketika remaja, itu pun secara nggak sengaja dan di saat teman-teman yang lain sudah jauh lebih dulu menemukan passion masing-masing. Tapi melihat Eris membuat gue sadar bahwa jangankan manusia, tapi semua makhluk Tuhan pun mempunyai minat dan bakat masing-masing. Juga nggak ada kata terlambat. Memulai sejak dini tentu saja baik, tapi bukan berarti kita akan gagal jika memulainya di usia yang sudah nggak lagi muda. Eris baru mulai menunjukan minatnya pada “fashion” waktu ia berusia 4 tahun ---dalam hitungan manusia setara dengan 28 tahun. Dan ia baru menang kontes pertamanya di usia hampir 6 tahun, atau dalam hitungan manusia setara dengan 42 tahun. Jadi sebelum menyerah atau malu untuk memulai sesuatu dengan alasan ‘usia’, ingatlah dengan sosok mungil yang baru mendapatkan piala pertamanya di usia hampir setengah abad! ;)

Sahabatnya Eris,

Indi

 _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Ada Hello Kitty di Wadah Bekal Gue! :D

$
0
0
Horeee, di Lock&Lock sekarang ada gambar idola gue :D

Howdy-do, bloggies?!! Ah, nggak terasa ya sekarang sudah masuk bulan November. Rasanya baru saja gue melewati ulang tahun Puja dan Bapak, lalu Halloween, eh tahu-tahu bulan sudah berganti, hihihi. Tapi nggak apa-apa, itu artinya kita menikmati hari-hari sepanjang bulan Oktober, dan semoga saja bulan ini juga ya ;)

Teman-teman pembaca 'Dunia Kecil Indi' mungkin sudah tahu kalau gue selalu bawa bekal dari rumah. Hihi, dan bukan cuma untuk piknik tapi juga ketika gue bekerja. Meskipun ada yang bilang seperti anak TK, tapi gue nyaman-nyaman saja, tuh. Dari mulai TK, sekolah, kuliah sampai sekarang gue tetap betah bawa makanan dari rumah :) Alasannya, gue adalah penggemar berat masakan Ibu, jadi dimanapun maunya cita rasa yang sudah akrab di lidah. Dan gue juga pesco vegetarian, jadi kadang sulit menemukan menu yang 'aman'. Juga tentu saja karena alasan kebersihan, dengan membawa bekal dari rumah gue tahu persis seperti apa proses memasaknya dan wadah untuk membawanya :)

Berhubung gue suka banget dengan karakter Hello Kitty(nah kalau ini sih seluruh dunia juga tahu, hihihi), jadi wadah bekal alias lunch box gue pun harus bergambar si kucing centil itu. Gue punya beberapa dan modelnya pun lucu-lucu. Tapi kata Ibu gue harus waspada, karena bahannya dari plastik nggak jelas bisa saja berbahaya untuk kesehatan jika dipakai terlalu lama. Hiii, seram, ya :( Gue pun jadi sering berganti-ganti lunch box karena takut lapisan plastiknya terkikis setelah sering dicuci dan nantinya malah termakan bersama bekal gue :O
Kadang-kadang gue dibujuk Ibu untuk memakai lunch box Lock&Lock miliknya. Beliau bilang punyanya lebih aman daripada punya gue. Kalau sudah begitu gue menurut karena alasannya kesehatan. Dan supaya tetap ada Hello Kitty nya, jadi gue tempeli saja dengan sticker, huhuhu :')

Tapi sekarang gue punya Lock&Lock bergambar Hello Kitty sungguhan, lho! Sepertinya memang too good to be true ya, tapi setelah melihatnya sendiri gue percaya :D Berbeda dengan milik Ibu, Lock&Lock gue ini edisi Hello Kitty yang tampilannya lebih cute dan stylish. Saking stylish nya lunch box yang biasanya tersembunyi sekarang malah gue jinjing dengan percaya diri. Soalnya tas nya pun bergambar Hello Kitty, sih, hihihi. Meskipun imut, kalau soal kualitas ternyata sama kerennya seperti punya Ibu. Lunch box gue terbuat dari bahan-bahan yang aman seperti Polypropylene dan plastik Tritan. Tanpa BPA yang artinya aman untuk dipakai seluruh keluarga, termasuk anak-anak. Keren sekali, ya :)



Selain aman dan imut, lunch box Lock&Lock Hello Kitty ini juga ringkas untuk dibawa kemana-mana. Di dalam salah satu box ada wadah berukuran kecil yang bisa dilepas pasang. Cocok untuk membawa beberapa buah potong, permen atau puding supaya nggak tercampur. Modelnya yang transparant juga membuat gue nggak harus membuka lunch box satu persatu untuk mengambil makanan yang gue inginkan, jadi membantu gue untuk lebih rapi, deh, hihihi.



Oh, iya selain lunch box, Lock&Lock ternyata punya tumbler(vacuum bottle) dengan edisi Hello Kitty juga, lho! Senang sekali, karena super cute gue jadi termotivasi buat minum lebih banyak, hihihi. Kalau soal keamanan Lock&Lock memang nggak perlu diragukan, deh. Di tutup tumbler terdapat silicon, jadi nggak perlu khawatir soal bocor. Permukaan botolnya juga lebar jadi gampang banget buat dibersihkan. Oh, iya gue kan suka banget minum jus. Kemarin gue coba isi tumbler ini dengan jus stroberi, ternyata sampai sore masih fresh dan dingin lho! Ini karena di bagian dalam tumbler terdapat 4 lapis stainless steel, jadi baik minuman dingin maupun panas akan tahan sampai 8 jam :D



Hihi, gue jadi nggak sabar untuk piknik atau bepergian jauh. Lunch box dan tumbler gue pasti jadi yang paling cute diantara teman-teman gue :D Eh, tapi kalau mau cute bareng-bareng juga nggak apa-apa, kok, biar kompak ;) Dan sekarang Ibu nggak khawatir lagi dengan wadah untuk bekal gue, malah beliau penasaran dengan model lain Lock&Lock edisi Hello Kitty ini. Katanya selain aman dan ringkas bentuknya juga lucu, jadi bagus buat koleksi. Horeeee, senang deh kalau Ibu juga senang, siapa tahu nanti dibelikan model yang lain :p
Nah, siapa nih diantara teman-teman yang juga suka bawa bekal? Ceritakan pengalaman kalian, ya! :)

cheers,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

So I Stayed Up and I Wrote This...

$
0
0
Katanya sih supaya benar-benar mengerti perasaan seseorang kita harus berada di posisi yang sama dengan orang tersebut dulu. Atau istilahnya “you should walk a mile in their shoes.” Tapi saking nggak enaknya apa yang terjadi pada gue, gue sih berharap orang lain nggak perlu mengalami hal yang sama. Gue cuma mau orang-orang lebih open minded dan mencoba berempati dengan orang-orang yang seperti gue.

***

Gue ingat waktu pertama kali ‘Kota Kembang’, tempat penjualan CD/DVD bajakan terbesar di Bandung dibuka. It was a heaven for me ---and my friends. Setiap beberapa minggu sekali gue dan teman-teman mampir ke sana untuk membeli CD/DVD musik dan film favorit. Jika sedang beruntung kami bahkan bisa menemukan album dan judul film yang belum dirilis di Indonesia! Saking senangnya gue bisa berjam-jam memilih judul di tumpukan plastik DVD dan tanpa ragu menghabiskan uang saku yang diberi oleh Ibu dan Bapak. Gue merasa di atas angin, dengan cepat bisa mengumpulkan album idola-idola gue tanpa harus bersusah payah menunggu kabar tentang pre-order dari toko CD dan membayar dengan harga yang mahal. Gue juga bisa bebas menukar CD/DVD sebanyak yang gue mau jika ada kerusakan atau bahkan jika gue nggak suka dengan isinya. Rasanya benar-benar seperti surga untuk gue. Tapi ternyata tanpa sadar gue sudah menciptakan neraka untuk orang lain...

Gue nggak merasa berbuat jahat, gue pikir yang gue lakukan legal. Selain karena usia gue yang masih muda (I was 13 or 14), gue juga melihat ‘iklan’ Kota Kembang di Yellow Pages, berdampingan dengan toko-toko resmi di Bandung. Jadi gue pikir apanya yang salah? Apalagi menurut gue (waktu itu) sesuatu yang ilegal nggak mungkin dijual secara terang-terangan karena polisi bisa dengan mudah menemukan tempat itu. Tapi seiring berjalannya waktu gue tahu bahwa yang gue lakukan salah. Membeli barang bajakan itu melanggar hukum, dan gue nggak bisa dengan egois bilang bahwa, “gue beli karena ada yang menjual.” That’s silly, karena sebenarnya mereka juga ada karena ada gue terus-terusan beli.

Gue belum pernah (dan semoga jangan) kecanduan rokok, drugs atau hal-hal lainnya. Tapi membeli CD/DVD bajakan juga rasanya seperti candu. Sehabis membeli satu pasti timbul keinginan untuk membeli yang lainnya. Merasa mendapat excuse karena teman-teman juga membelinya dan they’re totally okay with that. Belum lagi tempat dijualnya yang dimana-mana dan sama sekali nggak tertutup, membuat pembelinya ‘percaya’ bahwa mereka nggak sedang melakukan hal yang salah. Bahkan di beberapa mall pun ada yang menjual dengan label “semi original” yang dilengkapi dengan stiker hologram dan casing plastik transparan. Bapak bilang bajakan tetap bajakan, nggak ada yang namanya semi, alias setengah asli setengah palsu. CD/DVD bajakan itu artinya menggandakan sesuatu tanpa izin, dan mengambil sesuatu tanpa izin itu = mencuri. Beliau benar, sekali pun gue telah membelinya dengan uang, tetap saja gue mencuri.

Setelah mengobrol dengan Bapak gue jadi sadar bahwa ini lebih besar dari yang gue pikirkan sebelumnya. Bapak memberi contoh dengan idola gue, Aerosmith. Gue pernah menonton film dokumenter mereka yang berjudul PUMP. Di sana diceritakan bagaimana kerja keras mereka saat membuat sebuah album. Untuk satu lagu yang durasinya hanya 5 menit mereka bisa menghabiskan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan saat membuatnya. Mereka berlatih, berdiskusi, berselisih karena masing-masing ingin memberikan yang terbaik, dan lain sebagainya. Dari film itu juga gue jadi tahu bahwa meski foto yang tercetak di cover album mereka hanya Steven, Joe, Joey, Tom dan Brad, sebenarnya ada puluhan orang lainnya yang ikut membantu proses kerja mereka! Dan setelah album yang penuh perjuangan itu dirilis seseorang ‘mencurinya’, menggandakannya dan dijual secara besar-besaran. Padahal salah satu cara kita menghargai karya mereka ya dengan membeli albumnya. Bapak bilang harga sebuah CD original sama sekali nggak mahal jika dibandingkan dengan kerja keras mereka. Well, sepertinya ini hal yang sama seperti ketika gue di sekolah. Gue sudah bersusah payah belajar untuk ujian, tapi ada yang mencontek dan ia mendapatkan nilai yang sama dengan gue. Apakah itu adil? Nop. Karena ia mendapatkan keuntungan dari mencontek.

Sekarang, setelah dewasa gue menjadi semakin mengerti bahwa apa yang gue lakukan dulu adalah perbuatan yang salah. Ketika novel pertama gue,“Waktu Aku sama Mika” menjadi best seller hanya butuh beberapa bulan untuk seseorang mencurinya dari gue. E book ilegal dijual dengan harga yang nggak wajar (padahal jika membeli novel gue di toko buku pun paling mahal hanya Rp. 25.000). Itu membuat gue sedih karena kisah-kisah yang gue kumpulkan untuk menjadi sebuah novel itu merupakan diary gue selama beberapa tahun (iya, hitungannya tahun). Mungkin ada yang akan meminta gue untuk melihat sisi cerahnya, bahwa itu artinya karya gue banyak yang menyukai. Hehe, tentu saja gue bangga, tapi seperti yang Ray pernah bilang; Memuji karya yang dibaca/dinikmati dari hasil membajak itu sama saja ketika ada orang memuji masakan kita padahal ia memakannya dari hasil mencuri. Apakah kita masih bisa tersanjung jika ada yang bermulut manis tapi sebenarnya menusuk dari belakang? I don’t think so.

Book signing di tanggal 8 Februari lalu untuk teman-teman pembaca :)

Pembajak dan pembeli itu layaknya Robin Hood. Pembeli tahu bahwa yang mereka beli adalah hasil mencuri, tapi tetap saja menganggap pembajak itu pahlawan. Saat ada film yan belum tayang di bioskop dan seseorang meng-uploadnya ke internet maka ia akan dipuji-puji, diucapkan terima kasih berkali-kali. Tapi saat orang yang mempunyai hak dari film tersebut melaporkan perbuatan ilegal si pembajak, (anehnya) malah ia yang terkena caci-maki. Ingat waktu pihak Jepang kecewa karena film Stand by Me (Doraemon) sudah lebih dulu beredar bajakannya sebelum filmnya resmi dirilis di Indonesia? Waktu ada pihak yang  menutup situs yang mengedarkan link film tersebut justru mereka lah yang terkena sumpah serampah. Gue memang nggak bisa memberikan bukti screenshot nya, tapi ingat betul bahwa ada seorang Facebook user yang menyumpahi agar siapapun yang menutup situsnya agar cepat MATI. Itu komentar yang mengejutkan, sepantas itukah pembajak dibela? Sementara yang mereka curi adalah seseuatu yang sifatnya hiburan, bukan hal urgent atau kebutuhan yang utama, yang jika nggak ada akan membuat hilangnya nyawa seseorang...

Novel "Waktu Aku sama Mika" dan DVD "Mika" :)

Film gue sendiri,“MIKA” juga mengalami hal yang sama. Bajakannya beredar dimana-mana, baik dalam bentuk keping DVD atau link-link di berbagai situs. Dan gue nyaris nggak berdaya, nggak bisa melakukan apa-apa karena malah ‘diserang’ oleh pihak-pihak yang mengaku sebagai penggemar (ya, kalian nggak salah baca). Sudah beberapa kali gue malah mendapatkan komentar yang menyakitkan ketika me-report account-account yang mengedarkan film MIKA secara ilegal. Mereka beralasan bahwa di daerahnya nggak ada bioskop, harga DVD original mahal, dan lain sebagainya. Padahal gue sudah mencoba menjelaskan kenapa mereka lebih baik menonton secara legal. Gue bahkan memberikan saran alternatif untuk menonton film MIKA dengan cara yang lebih hemat yaitu lewat VCD, atau malah menonton gratis di TV karena filmnya memang dikontrak untuk tayang di salah satu stasiun TV sampai bertahun-tahun ke dapan.

Film MIKA durasinya hanya satu jam lebih. Tapi perlu bertahun-tahun untuk mewujudkannya. Sejak gue setuju untuk bertemu dengan pihak IFI, baru 2 tahun kemudian film tersebut akhirnya tayang. Film ini melibatkan banyak sekali pihak, dan mereka bekerja keras untuk film ini. Selain ingin hasilnya bagus, mereka (termasuk gue) juga ingin film ini agar bisa dipertanggung jawabkan karena terinspirasi dari kisah nyata gue dan alm. Mika. Gue ingat tim IFI datang ke rumah untuk berdiskusi dan melalukan survey. Mereka bekerja dengan mendetail dan berhati-hati. Naskah pun sempat berubah beberapa kali. Jam berapapun gue menerima email pasti gue langsung membukanya untuk ikut memberi saran sesuai dengan sudut pandang gue yang mengalami langsung kejadian di film. Sutradara, produser, para aktor, bagian kostum, camera person, driver... banyak sekali terlibat untuk mewujudkan film ini, dan semuanya bersungguh-sungguh. Hati gue juga sangat senang ketika mendapatkan email dari anak salah satu penyandang dana yang berkata bahwa keuntungan dari film ini akan disumbangkan untuk Mika-Mika yang lain ---orang dengan HIV/AIDS. Jadi jika ada yang berpendapat bahwa gue nggak menyukai pembajakan dengan alasan uang, itu salah. Gue melakukan ini karena merasa bertanggung jawab dengan banyaknya pihak yang terlibat, dengan niat baik yang berada di balik film ini. Dan jika gue menerima uang tentu saja karena itu memang sudah hak gue. Pekerjaan, apapun itu prinsipnya sama saja. Kita mendapatkan reward dari apa yang sudah kita lakukan. Jika kita bisa melaporkan seseorang yang mencuri gaji dari seorang karyawan pada pihak yang berwajib, kenapa nggak melakukan hal yang sama dengan hal pembajakan?

Tapi di tengah kesedihan gue dengan pesan-pesan dari ‘penggemar’ yang merasa benar dengan menikmati karya dengan cara ilegal, kemarin gue mendapatkan email yang isinya membuat gue tersenyum. Gue nggak akan menulis ulang keseluruhan emailnya di sini, tapi sebagian saja karena gue hanya ingin membagi intinya;
“...tapi sekarang aku sadar, Kak... Kalau apa yang aku lakuin degan mengupload video (film Mika) di YouTube itu salah banget. Aku sangat menyesal, Kak.”
Gue membaca emailnya dengan mata berkaca-kaca, akhirnya setelah belasan email yang isinya ‘merasa benar’ ada seseorang yang berani menyadari kesalahannya. Gue sama sekali nggak pernah menegurnya, email ini datang begitu saja ---makanya gue yakin bahwa ia bersungguh-sungguh. Kadang komentar, “pasrahkan saja”, “namanya juga Indonesia”, “kamu nggak akan bisa lawan pembajakan”, membuat gue merasa menciut. Tapi email ini membuat gue yakin bahwa masih ada harapan :)

Yang juga bekerja, sama seperti kamu,

Indi


  _______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469
Viewing all 312 articles
Browse latest View live