“Tahun ini tema ulang tahunnya apa, Indi? Penasaran. Nanti update di blog, ya.”
Begitu kita-kira pesan yang gue terima di twitter dan di facebook. Nggak cuma satu dua, tapi jumlahnya lumayan. Seperti biasa gue selalu excited setiap ulang tahun, tapi kali ini kalau ditanya soal tema gue bingung mau jawab apa. Soalnya gue sendiri nggak tahu ulang tahun gue bakal bagaimana, bahkan untuk tiup lilin saja nggak yakin, hehehe. Alasan gue kenapa hampir setiap ulang tahun temanya berbeda nggak aneh-aneh, kok. Gue cuma ingin memberikan sentuhan personal di hari istimewa. Yup istimewa, ---karena berapa kali pun gue mengalaminya artinya tetap sama. Ulang tahun adalah moment dimana Ibu dan Bapak menyambut hari kelahiran gue. Dengan memperingatinya setiap tahun itu menjadi pengingat bahwa gue begitu dinantikan, bahwa gue membuat Ibu dan Bapak bersuka cita bahkan sebelum gue bisa apa-apa :)
Gue nggak sengaja melupakan hari ulang tahun sendiri, ---gue cuma lupa tanggal. Bulan Mei menjadi bulan yang sibuk untuk gue, jadi begitu bulan Juni tiba yang gue ingat hanya istirahat, hehehe. Apalagi sepertinya gue belum fully recharge setelah terkena demam berdarah. Begitu juga Ibu dan Bapak, mereka sedang sibuk-sibuknya. Ada project yang sedang mereka kerjakan hingga setiap hari baru bisa pulang di waktu sore. Ajaibnya hari ulang tahun gue, tanggal 8 Juni ternyata jatuh di hari senin, ---hari yang super sibuk! Perfect :D Akhirnya di detik-detik terakhir (lol, not literally, lah) gue ingat kalau akan berulang tahun. Waktu gue beritahu Ibu dan Bapak mereka pikir gue becanda. Tapi setelah melihat kalender mereka langsung minta maaf karena di hari senin sudah ada janji dengan salah satu kliennya. Gue bilang nggak apa-apa, toh kalau pun mereka melewatkan ulang tahun gue karena harus pergi pagi-pagi sekali, kami masih bisa tiup lilin di malam hari. Sedangkan kesempatan untuk bertemu teman-teman dekat yang biasanya sengaja gue undang di hari ulang tahun supaya bisa melepas kangen... mungkin lain kali ;)
Di malam ulang tahun level dilema gue setara dengan jika harus memilih antara Steven Tyler atau John Frusciante (apaan coba, hehehe). Gue ingin tetap bertemu dengan teman-teman dekat, tapi terlalu mendadak jika baru memberi tahu mereka. Apalagi orangtua gue baru akan ada di rumah sore-sore. Sepertinya nggak mungkin untuk menyiapkan kue, masak dan lain sebagainya sendirian dalam waktu yang singkat. Saking dilemanya gue sampa susah tidur, ---dan memutuskan sesuatu yang konyol. Gue BBM Dhian, sahabat gue di tengah malam untuk bertanya apa ia bisa mampir ke rumah sepulang bekerja! Tentu saja Dhian kaget, katanya nggak seperti biasanya gue mengundang secara mendadak (bangeeet). Tapi meski begitu ia berjanji akan datang di sore hari. Karena tanpa ada acara pun Dhian selalu ingat dengan hari ulang tahun gue :)
Pagi harinya ketika gue bangun tidur Ibu dan Bapak sudah nggak ada di rumah. Gue mencoba mengingat-ingat kejadian di tengah malam yang terasa seperti mimpi. Setelah kesadaran gue 100% terkumpul cepat-cepat gue BBM Ibu. Beliau belum tahu bahwa gue mengundang Dhian, jadi kemarin sama sekali nggak ada pembicaraan tentang akan masak apa, beli apa dan “apa-apa” lainnya untuk hari ini. Ibu terkejut, tentu saja. Tapi juga senang karena di hari ulang tahun gue nggak sendirian meskipun nggak ada acara syukuran. Katanya beliau akan mampir ke toko kue sebelum pulang, ---dan berharap agar Dhian nggak tiba lebih dulu.
Syukurlah Dhian belum datang ketika Ibu dan Bapak tiba di rumah. Mereka sempat membeli kue, piza dan minuman untuk ulang tahun dadakan ini. Lucunya tulisan di atas kue tart’nya typo, harusnya “anakku” tapi malah “anaku”. Mungkin karena pesannya buru-buru, ya, hehehe. Dan sungguh kebetulan yang menyenangkan Uak mampir ke rumah bersama anak dan keponakan kesayangan gue, Bian. Mereka juga nggak ingat kalau gue berulang tahun, jadi terkejut sekali ketika melihat kue tart di atas meja. Wah, ulang tahun kali ini rasanya seperti ulang tahun rahasia, ya, soalnya nggak ada yang ingat termasuk gue sendiri, hehehe :p Ya sudah akhirnya mereka ikut menikmati pizza dan camilan yang sudah Ibu dan Bapak beli.
Saking mendadaknya gue sampai lupa menempelkan tulisan “Happy Birthday” di dinding. Ruang tamu benar-benar polos tanpa dihias, di atas meja cuma ada kue tart dan camilan. Baju yang gue pakai pun yang tercepat yang bisa gue temukan di lemari. Tapi rupanya bagi Bian ini adalah ulang tahun yang keren. Pasalnya (menurut Bian) jika ia berulang tahun nggak selalu ada tiup lilin, makanya ia terkesima sekali dengan donat berwarna-warni yang ada di atas meja. Sampai-sampai dibandingkan gue, Bian lebih nggak sabar untuk memulai acaranya. Ia duduk di ruang tamu sendirian sambil makan pizza sementara gue dan yang lainnya masih bersantai di ruang TV. Hihi, reaksi Bian membuat gue senyum-senyum :) Untuk mengalihkannya sambil menunggu Dhian datang, gue ajak ia ke kamar untuk berlatih ukulele. Ternyata ia senang sekali dan dengan semangat genjrang-genjreng nggak karuan. Akhirnya salah satu ukulele gue pun dihadiahkan untuknya :)
Selepas magrib Dhian tiba di rumah. Gue langsung siap menerima banyak pertanyaan karena mengundangnya secara mendadak dan tanpa mengundang siapa-siapa lagi. Gue jelaskan bahwa tahun ini nggak ada acara, dan mengundangnya benar-benar ide spontan di tengah malam karena gue kangen ingin bertemu (awww, hehehe). Dengan camilan yang seadanya kami mulai mengobrol di ruang tamu, ---dengan ditemani Bian. Nggak lama Ray yang juga baru pulang bekerja datang ke rumah. Ia terkejut karena ia pikir tahun ini nggak ada acara tiup lilin. Hehehe, gue bilang saja bahwa gue juga sama terkejutnya :p Dengan Ray obrolan semakin seru. Nggak ada yang benar-benar penting sih, mostly random, dari mulai ngobrolin (atau gosipin?) teman sampai artis yang keberadaannya antara ada dan tiada. Selalu senang jika orang-orang kesayangan gue berkumpul bersama dan menjadi akrab, rasanya hangat :)
Sedang asyik-asyiknya mengobrol Ibu mengingatkan kami untuk memotong kuenya. Rupanya beliau khawatir es krim di dalamnya mencair. Puja, adik gue dan istrinya yang tinggal terpisah dengan kami mampir sebentar untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Suasana pun terasa semakin ramai :) Seperti biasa kami berfoto bersama, tiup lilin dan tentu saja makan kue. Lucunya meski kuenya sudah berada di luar kulkas dalam waktu yang lama, tetap saja es krimnya masih keras. Moment potongan pertama kue yang seharusnya cute pun terpaksa gagal, karena yang memotong jadi bukan cuma gue, tapi Ray, Dhian dan Ibu. Bentuk kue pun jadi nggak karuan, dan potongan kue pun lebih mirip dengan “sendokan”, hehehe. Tapi yang penting rasanya enak :p
Kalau sedang bersenang-senang waktu selalu terasa singkat, nggak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Dhian pamit pulang dan menyisakan gue dan Ray di ruang tamu. Ada 3 buah kado di atas meja; yang pertama dari Ibu dan Bapak, sebuah ukulele Mahalo bergambar smiley face yang sudah lama gue inginkan. Yang kedua sebuah dompet Hello Kitty dari Ray, ---dan yang ketiga sebuah mug Hello Kitty dari Dhian. Yang bikin gue terharu, meskipun super-duper dadakan Dhian tetap membawakan gue kado. Bayangkan, gue baru memberitahunya tengah malam, sedangkan di pagi hari ia bekerja dan baru pulang sore. Mengingat bahwa Dhian, ---juga Ibu, Bapak dan Ray meluangkan waktu mereka membuat gue merasa begitu dicintai dan istimewa. Gue nggak ingat seperti apa wajah Ibu dan Bapak ketika gue lahir ke dunia. Tapi setiap kali berulang tahun gue jadi bisa membayangkannya; mereka bersuka cita :)
Birthday girl,
Indi
Ps: Gue mengikuti "GoGirl! Passion Pitch 2015". Tolong support gue ya, teman-teman. Caranya tolong like dan beri komentar positif di video ini: https://www.youtube.com/watch?v=7titmVF6Jf4 Terima kasih :)))
_______________________________________________________