Quantcast
Channel: Dunia Kecil Indi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Datang sebagai Inspirator, Pulang dengan Membawa Inspirasi! (Kelas Inspirasi Bandung)

$
0
0
Haloooo, howdy-do bloggies?! Aduh, rasanya malu-malu gimana gitu untuk bilang kalau sekarang gue mengetik ini dalam keadaan kurang enak badan. Padahal di post sebelumnya gue bilang akan kembali update kalau sudah sehat. Tapi ternyata... tenggorokan gue kembali nggak enak sekarang, huhuhu :( Mudah-mudahan saja nanti pagi sudah baikan karena hari senin gue perlu suara gue untuk, ---ehm,--- sebuah surprise yang baru saja gue dapat (ceritanya next time, ya, hihihi). Anyway, meski begitu gue akan menepati janji untuk bercerita tentang pengalaman menjadi inspirator pengajar di Kelas Inspirasi Bandung. Tulisan kali ini mungkin nggak akan sedetail biasanya (menghemat tenaga, hihihi), tapi gue jadi berusaha sebaik mungkin ;)

Seperti yang gue sebutkan sebelumnya di tulisan tentang pengalaman mengikuti briefing, ini adalah kali pertama gue mengikuti Kelas Inspirasi. Sebenarnya sudah sejak beberapa tahun yang lalu teman-teman pembaca mendukung gue untuk mengikuti Kelas Inspirasi, tapi gue selalu ragu. Pasalnya gue merasa belum pantas disebut sebagai “profesional”. Memang gue sudah sudah menulis sejak usia 7 tahun, tapi  hasilnya hanya belasan buku harian (---gue mungkin penulis buku harian profesional, lol). Baru ketika dewasa gue lebih serius menulis dan menghasilkan beberapa buku yang diterbitkan. Tapi tetap, gue merasa masih harus banyak belajar :) Sampai akhirnya tahun ini gue mendapat dukungan semakin banyak, termasuk dari Ray. Rasanya gue jadi lebih percaya diri. Dan setelah dipikir mengapa gue harus menunggu lebih lama? Lebih baik gue berbagi apa yang dimiliki sekarang, karena ilmu tentu akan semakin bertumbuh jika nggak disimpan sendiri.


Singkat cerita gue ditempatkan di SDN Griba 13 Bandung bersama belasan orang lainnya dari kelompok 50. Perasaan deg-degan terasa ketika gue memasuki kelas pertama, yaitu kelas 1-C. Tapi gue yakin pengalaman sebagai guru di sebuah preschool internasional selama 3 tahun sedikit banyak akan membantu. Segera setelah gue menyapa anak-anak, —atau “adik-adik” karena mereka ngotot memanggil gue “Kakak”, hehehe, —perasaan deg-degan pun segera berganti dengan semangat. Mereka begitu welcome dan antusias dengan kedatangan gue. Karena waktu ajar perkelas dipukul rata menjadi hanya 30 menit, gue langsung memperkenalkan diri dan bercerita tentang profesi gue. Istilah “penulis” rupanya belum akrab di telinga mereka, bahkan ada yang mengira bahwa penulis adalah kata lain dari pelukis. Tapi setelah gue menjelaskan tentang peran penulis dalam kehidupan sehari-hari mereka langsung mengerti.Sengaja gue nggak menjelaskan secara mendetail karena yang menjadi tujuan hanya untuk mengenalkan bahwa di dunia ada berbagai macam profesi yang menyenangkan, dan penulis adalah salah satunya. Dalam proses perkenalan ini gue usahakan agar berlangsung dengan fun. Misalnya saja ketika gue menjelaskan tentang alur, latar dan tokoh dari sebuah cerita, gue tanyakan pada mereka cerita apa yang ingin dijadikan contoh. Adik-adik di kelas 1 kompak menjawab SpongeBob Squarepants, sementara di kelas yang lebih tua jawabannya lebih bervariasi; Upin-Ipin dan Frozen! Dengan mengikuti apa yang mereka sukai, istilah-istilah dalam dunia menulis pun lebih mudah dipahami. Gue amaze sekali dengan adik-adik di kelas 1 yang sudah tahu beda alur maju dan mundur lewat salah satu episode Spongebob.



Penulis nggak selalu identik dengan buku, karena yang menulis naskah film atau lagu pun sama-sama disebut penulis. Lagi-lagi dengan mengikuti apa yang mereka sukai gue menyebutkan contoh-contohnya (—dan wow, gue jadi sadar kalau lagu “Sambalado” begitu terkenal di kalangan anak-anak, hehehe). Ada moment lucu tapi juga cerdas yang gue alami di kelas 3. Yaitu ketika ada seorang anak dengan wajah terkejut berkomentar,“Jadi film horor itu ditulis orang ya, Kak? Hantunya juga pura-pura dong, kaya cerita Spongebob!” Sontak gue tertawa mendengarnya, apalagi ketika ia menambahkan bahwa suatu hari ia akan membuat cerita yang lebih bagus agar bisa bekerja di Hollywood. Semoga berhasil, kiddo!  



Karena sebagian besar dari mereka adalah penggemar berat Spongebob, gue pun menamai alat peraga mengajar dengan “kotak imajinasi”, —seperti permainan kesukaan Spongebob dan Patrick. Menjadi seorang penulis terkadang harus menjelaskan sesuatu yang nggak terlihat, —yang sifatnya imajinatif. Jadi gue mengajak adik-adik untuk menebak benda-benda yang berada di dalam kotak tanpa harus melihatnya. Nggak disangka semangat mereka untuk maju ke depan kelas besar sekali, meski beberapa dari mereka minta dibisiki bocoran viariasi kata agar teman-temannya bisa membayangkan benda yang mereka pilih dari dalam kotak, hihihi. Sepertinya ini adalah aktivitas favorit mereka ketika bersama gue di kelas, adik-adik di kelas 6 bahkan meminta waktu ekstra 5 menit agar bisa bermain lebih lama. By the way, kelas 6 adalah kelas yang paling heboh sekaligus polite. Mereka nggak segan untuk menunjukan ketertarikan terhadap outfit yang gue pakai. Dan waktu melihat gue kegerahan 2 adik laki-laki di sana langsung sigap naik ke atas meja untuk menyalakan kipas angin! Hahaha, how cute! :D

Pertemuan di kelas gue tutup dengan mengajak mereka bernyanyi bersama. Sengaja gue membawa ukulele dari rumah, sekaligus sebagai contoh dari profesi penulis lagu. Lagu yang kami nyanyikan berjudul “Raihlah Cita-Cita”, liriknya ditulis oleh gue dengan nada sederhana yang mirip seperti lagu “ABC”.
“Ayo kawan kita bersama
Raihlah Cita-Cita
Jadilah apa saja
Semua yang kau suka.”



Menjadi inspirator pengajar adalah pengalaman yang sangat berharga. Banyak moment mengharukan dan mengejutkan yang gue alami. Seorang anak bernama Damian masuk ke kelasku sebanyak 2 kali, padahal teman-temannya sudah pulang (kelas 1 dan 2 pulang lebih awal). Ketika ditanya alasannya rupanya ia ingin mendengar gue bermain ukulele lagi, katanya dulu ia hanya tahu bahwa itu adalah ‘gitar kecil yang dibawa pengamen’, hihihi. Atau ketika adik-adik dari kelas 6 mengajak gue selfie agar mereka nggak lupa bahwa kami pernah bertemu. Rasanya gue ingin memeluk mereka satu persatu dan mengucapkan terima kasih karena telah membuat hari itu menjadi salah satu hari terbaik di hidup gue. Bertemu dengan adik-adik di SDN. Griba 13 mengingatkan gue bahwa terwujudnya cita-cita berawal dari semangat yang besar dan tanpa rasa takut.
Gue datang untuk menginspirasi, tapi gue pulang dengan membawa sejuta inspirasi dari mereka! Thanks a lot untuk kesempatannya, Kelas Inspirasi :)


yang dibilang lebih cocok dipanggil 'kakak' daripada 'teteh' sama adik-adik, lol,

Indi

_______________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | Contact person: 081322339469

Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Latest Images

Trending Articles