Halooooo, ada orang di sana? Hahaha, mungkin ada beberapa dari kalian yang notice kalau blog gue sempat “bersembunyi”. Well, at least gue menerima sekitar 10 private message yang isinya menanyakan tentang keberadaan dunia kecil gue ini. Ada yang mengira kalau gue menghapusnya, dan ada juga yang mengira kalau gue blocked beberapa pembaca. Padahal sebenarnya nggak, kok. Blog gue masih ada, tapi ada beberapa ‘perbaikan’ yang perlu gue lakukan di sini. Dan di saat yang bersamaan gue juga sedang ada health problem yang perlu penanganan serius (don’t worry, I’ll be fine), jadi sekalian saja gue liburan dulu. As I type this, gue sedang duduk di sebuah rumah di luar kota dengan cuaca yang super panas, hihihi. Mohon doa dari teman-teman supaya gue cepat pulih baik secara fisik maupun mental. Amen! :D
Gue akui, belakangan untuk melakukan daily routine terasa lebih menantang. Tapi ini nggak menghentikan gue dari (berusaha) berkarya, kok. Bukannya sok kuat, tapi terus berusaha aktif (asalkan nggak kelewat batas) di saat kondisi menurut justru membuat pikiran gue teralihkan dan lebih positif :) Salah satunya dengan mengikuti Musik+ Festival 2017. Gue sudah mendaftar sejak bulan Agustus lalu, ---di saat kondisi gue mulai menurun. Tadinya gue nggak yakin untuk melanjutkan dan sudah bersiap untuk mengundurkan diri. Tapi di bulan September gue mendapat kabar kalau gue masuk ke dalam 175 besar dari ribuan pendaftar! Mau mundur rasanya jadi sayang, dan sepertinya ini adalah kesempatan yang bagus untuk menambah pengalaman dan tentu, untuk bertemu teman-teman baru :)
Teman-teman sudah tahu belum sih tentang ajang musik ini? Kalau sudah, kalian bisa skip part ini. Tapi kalau belum, silakan lanjutkan baca, hihihi. Musik+ Festival ini adalah ajang yang diadakan oleh Inspira TV (yang sudah pakai TV digital pasti tahu channel ini). Konsepnya berbeda dengan ajang pencarian bakat yang sudah-sudah. Goal mereka bukan hanya menghibur, tapi juga menginspirasi. Atau, dikutip dari situs mereka;
“Musik plus adalah musik yang mengandung muatan positif yang mencerahkan, memotivasi dan menginspirasi. Musik plus tidak dibatasi oleh genre. Semua jenis musik dapat menjadi musik plus selama memiliki makna yang inspiratif dan positif. Dengan musik plus hiburan menjadi lebih bermakna.”
Keren dan berbeda, kan? Nah, lagu yang dibawakan juga bebas, boleh ciptaan sendiri atau lagu orang lain. Akan mendatkan nilai plus jika lagunya berbahasa Indonesia. Lalu bagaimana dengan gue yang lagu-lagunya (sok) English semua? :p
Memang kalau sudah “harusnya begitu” Tuhan pasti kasih jalan. Saat mengikuti audisi online tadinya gue mau mengirimkan lagu berbahasa Inggris. Tapi sepupu gue yang berusia 10 tahun menyarankan lagu lain. Rupanya ia menyukai lagu “Hey Girls Hey Boys” yang gue ciptakan tahun lalu dalam rangka World Disability Day. Agak ragu, karena lagu itu super sederhana dan nggak “komersil” (waktu gue upload di YouTube viewers nya jauh di bawah video-video gue yang lain, nggak sampai 300 viewers!). Sepupu gue bilang lagunya enak dan ada pesan moralnya, hahaha. Karena ingin membuat dia senang (toh gue nggak yakin-yakin amat bakal lolos), gue iyakan saja permintaannya. Gue pikir, ya sudah ini satu-satunya lagu ciptaan gue yang berbahasa Indonesia dan dalam kondisi seperti ini agak “ribet” jika harus membuat lagu yang baru. Whatever will be, will be, deh. Yang penting gue mengirimkan karya yang original :D
Dan… siapa yang menyangka bahwa gue terpilih sebagai salah satu dari top 175! Gue sendiri bahkan nyaris lupa kalau sempat mengikuti audisi. Maklum saja karena gue baru dihubungi (TENGAH MALAM) di tanggal 29 September lalu, ---been a month sejak gue mengirimkan lagunya. Gue langsung memberi tahu Bapak dan bertanya apa gue boleh mengikuti technical meeting di besok siangnya. Kami berpikir agak lama. Karena selain kondisi gue, Ibu juga baru selesai dirawat inap, dan keponakan gue pun sedang dalam kondisi gawat di Rumah sakit. Tapi Bapak menyarankan gue buat go for it, katanya ini bakal jadi pengalaman berharga dan kalau nggak mencoba gue nggak akan tahu sejauh mana kemampuan gue. Ya sudah gue bulatkan tekad untuk terus maju meskipun sahabat gue yang musisi “idealis” heran kenapa gue mau ikutan ajang seperti ini, lol.
![]() |
Selesai Technical Meeting di De Majestic, Bandung. |
Technical meeting diadakan di gedung De Majestic, Jl. Braga no. 1 Bandung. Ini adalah kawasan pejalan kaki alias pedestrian, ---jadi untuk parkir susaaah sekali karena lahannya hanya sedikit. Gue datang terlambat karena kabar yang diterima begitu mendadak. Syukurlah gue masih sempat mendengar informasi penting untuk shooting taping keesokan harinya. Poin pentingnya sih hanya diingatkan untuk berpakaian sopan, lagu berbahasa Indonesia lebih disukai dan untuk datang tepat waktu. Lucunya ada beberapa kru Inspira TV yang mengingat gue, mungkin karena pernah dua kali mengisi acara di sana. Tapi dengan sesama peserta malah awkward. Gue mencoba berkenalan dengan laki-laki yang duduk di samping gue, tapi dia jutek maksimal, hahaha. Mungkin disangkanya gue naksir dia kali, ya? :p Uh, the problem with being too friendly. *palm face.
Sampai di rumah gue nggak bisa langsung istirahat karena belum ada ide lagu apa yang akan gue nyanyikan untuk shooting taping keesokan harinya. Lagu “One Day”(lagu ciptaan gue) memang bermain terus di dalam kepala gue. But I’m not sure… karena liriknya berbahasa Inggris. Dan akhirnya, karena malam semakin larut gue putuskan saja untuk mengubah sebagian liriknya ke dalam Bahasa Indonesia, hahaha. Jadi terdengar janggal sih, tapi setelah gue ulang-ulang wasn’t that bad kayaknya :p By the way, shooting taping ini untuk ditayangkan di Inspira TV sekaligus untuk ditonton oleh para juri. Dari top 175 ini kami akan disaring kembali menjadi top 10. Yup, hanya 10 orang dari seluruh Indonesia! Bikin gue cukup deg-degan sih. Tapi gue tetap berusaha istirahat karena nervous plus kurang tidur pasti bukan perpaduan yang bagus.
![]() |
Gue termasuk awal waktu mendaftar, makanya dapat nomor 71 ;) |
![]() |
Di depan gedung De Majestic sebelum shooting dimulai. |
Tanggal 31 September, shooting diadakan di tempat yang sama dengan technical meeting. Dan perkara mencari tempat parkir jadi jauuuuuuuuh lebih sulit daripada sebelumnya. Mungkin karena setiap peserta boleh membawa 10 orang supporter jadi mereka membutuhkan banyak lahan. Kalau gue sih cuma datang bersama Bapak dan Tante (hiks, lol). Kami parkir di tempat yang cukup jauh, kira-kira 7 menit berjalan kaki, ---itu pun kalau kami setengah berlari, hihihi. Tapi untung saja gue tetap datang on time, bahkan masih punya waktu sekitar 2 jam sebelum shooting dimulai. Kami langsung memilih gue duduk dipaling depan. Alasannya agar akses gue untuk ke toilet dan belakang panggung lebih mudah (tahu dong kalau orang sedang nervous bagaimana). Nggak ada wajah familiar yang gue lihat (kecuali kru-krunya of course), tapi as always gue tetap berusaha untuk ramah pada semuanya dan berusaha cuek kalau ada yang jutek :p Selama menunggu gue nggak melakukan banyak hal, paling hanya berlatih sesekali, mengobrol dengan Bapak dan Iie. Yang paling jauh, gue cuma jalan ke café sebelah untuk membeli minuman es cokelat. Yang mana langsung membuat gue ditegur Bapak karena dikhawatirkan akan merusak suara gue. (No worry Pak, suara anakmu ini biasanya juga fals. Serak sedikit orang nggak akan notice perbedaannya, hahaha).
Dan akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Seluruh peserta diminta untuk naik ke belakang panggung. Surprise… surprise… gue mendapat giliran yang pertama! Well, seharusnya sih nomor 2, tapi karena ada salah satu peserta yang belum siap, jadilah gue yang menggantikan. Cengar-cengir gue makin menjadi, ---kebiasaan kalau sedang nervous, lol. Dari atas panggung semuanya terlihat gelap, mungkin karena lampu sorotnya hanya mengarah ke panggung. Tapi gue stay cool, pura-pura bisa melihat dan melambaikan tangan ke arah yang kira-kira tempat Bapak dan Tante duduk, hahaha. Sebelum mulai bernyanyi ternyata ada sedikit interview dulu dari hosts nya. Aww, mereka mengenal gue sebagai penulis novel dan Indi yang menginspirasi film Mika. Jadi malu-malu kucing, deh :p Setelah itu kru menyiapkan 2 buah mikrofon untuk gue karena gue nggak memakai minus one, tapi bermain ukulele. Sumpah, it feels so weird. Monitor ada tepat di depan gue tapi suara yang gue dengar pelaaaan sekali. Tapi karena itu katanya “normal” gue pun mulai bernyanyi sambil bermain ukulele despite of nggak bisa dengar suara sendiri. Gue coba berikan yang terbaik, meski hati ini dag-dig-dug. Berdasarkan hasil tanya-tanya sedikit sama peserta lain di belakang panggung, mereka rupanya sudah terbiasa ikut lomba. Nah gue… lomba tingkat RT saja belum pernah, hahaha.
![]() |
Di belakang panggung, foto diambil oleh fotografer Inspira TV. |
![]() |
On stage, dapat captured dari Instagramnya Inspira TV, hahahaha (ketawa sedih). |
![]() |
Tante mau ambil video, tapi sayang HP nya error! :O |
Turun dari panggung rasanya masih deg-degan, tapi lega. Oh iya, gue punya teman baru yang kenalan di belakang panggung, namanya Mia dan dia penyanyi solo. Katanya penampilan gue bagus, sampai-sampai peserta lain ngumpul di depan monitor untuk nonton, hahaha. Entahlah dia bohong atau nggak, yang pasti itu membuat perasaan gue lebih baik :) Sambil melihat penampilan peserta lain, gue juga sempat diwawancarai. Isinya selain tentang perasaan gue mengikuti Musik+ Festival, juga tentang aktivitas gue. Too bad Bapak dan Tante nggak ikut ke belakang panggung, jadi gue nggak punya dokumentasinya. Sebenarnya pas di panggung juga gue nggak punya foto dan videonya karena tiba-tiba saja handphone Tante error. Yang gue pajang di sini gue dapat dari akunnya Inspira TV dan hasil captured dari video Tante sebelum akhirnya blank (cuma beberapa detik saja). Agak sedih, sih. Tapi yang terpenting kan gue menikmati waktu moment ini terjadi ;)
Karena Tante ada keperluan, gue pun diajak pulang lebih awal. Syukurlah diizinkan karena nggak ada kewajiban untuk stay sampai akhir acara. Di perjalanan pulang gue langsung mengirimkan pesan pada Ibu yang isinya mengabari kalau gue sudah berusaha dan senang bisa mendapatkan kesempatan untuk tampil di sana. Gue belum tahu dengan hasilnya, tapi melihat wajah Bapak dan Tante yang bangga dan terus-terus mengulang cerita sewaktu melihat gue di panggung rasanya priceless. Rasanya gue sangat dicintai dan semakin bersyukur memiliki keluarga yang suportif. Akankah gue masuk 10 besar? Hope so. Tapi bukan itu intinya. Karena yang terpenting gue sudah mencoba memberikan yang terbaik, dan biar sisanya Tuhan yang menentukan. Gue rasa nggak perlu malu atau ragu saat melakukan sesuatu untuk pertama kalinya. Karena kalau nggak pernah memulai, bagaimana mungkin gue bisa dapat pengalaman? :)
ukulele girl,
Indi
_____________________________________________________________________