Kayanya bukan lagi rahasia bagi orang-orang dekat gue, kalau gue itu lebih suka aktivitas indoor daripada outdoor! :p Eh, bukan berarti gue nggak suka alam atau nature, lho. Gue suka, ---bahkan paling hobi lihat pemandangan. Tapi kalau boleh memilih gue pasti akan lebih prefer menghabiskan waktu di dalam ruangan setelah berjalan-jalan di alam. Bisa menginap di hotel, villa, atau di rumah teman. Pokoknya asalkan nggak tidur di luar gue nggak masalah. Well, IDK, menurut gue tidur di bawah bintang hanya terdengar indah di film atau di novel saja. Gue terlalu "takut" dengan udara dingin dan gigitan nyamuk. Jadi jalan-jalannya cukup siang sampai sore saja deh, sisanya di kamar, hehehe. Nah, beruntungnya gue punya suami yang (hampir) sepemikiran. Dia juga suka alam, tapi kalau istirahat pilihnya ya di ruangan meski dia suka kegiatan outdoor macam mengendarai dirt bike, main skateboard dan lain sebagainya (---gue mah nggak, lol).
Makanya waktu Om gue menawari kami untuk menginap, gue nggak pakai ragu bilang kalau kami pengen tempat yang damai (jauh dari hiruk pikuk kota, bosan gue sebagai orang Bandung, hehehe) dan nyaman. Mau di gunung pun nggak masalah, tapi kalau bisa ---ehm, menginapnya di hotel. Biar sehabis lelah jalan-jalan gue bisa nonton film, berendam air panas atau malah dipijitin. Itulah kenapa gue selalu menolak kalau jalan-jalannya bareng orang lain alias grup, karena gue pasti (dianggap) ngerepotin minta ini-itu. Tapi ya mau gimana lagi gue itu orangnya seimbang, suka alam tapi juga suka moderenisasi :p *ngeles*
Om gue bilang dia minta tolong temannya buat cari hotel yang lokasinya di alam buat kami. Setelah dapat gue langsung dapat kiriman video lewat whatsapp yang isinya kondisi tempat menginap dan pemandangan sekitarnya. Waktu menonton gue dan Shane langsung curiga, kok nggak seperti hotel. Tapi pemandangannya sih bagus, menghadap danau dan sunyiiiii banget. Ternyata benar saja, setelah googling tempat yang dicarikan temannya Om gue itu ternyata villa. Tadinya gue mau nawar, minta menginap di hotel saja. Tapi setelah dipikir berkali-kali plus diskusi mondar-mandir sama ortu dan suami, akhirnya gue deal. Di video pemandangannya bagus, nggak apalah tanpa room service yang penting sepadan dengan apa yang kami lihat nanti :)
Lokasinya di Pangalengan-Jawa Barat. Gue nggak akan bilang dimana tepatnya (kalian akan tahu alasannya nanti), tapi yang pasti cukup populer dan reviewnya banyak di Google. Karena sudah tahu bakal menginap di villa, gue dan Shane bawa perlengkapan lengkap. Dari mulai makanan (instan dan sayuran, dasar vegan! Lol), selimut, losion anti nyamuk, gitar dan ukulele untuk anti bosan, sampai obat-obatan. Perjalanan cukup jauh dari rumah kami di Bandung Selatan. Berkelok-keloknya bikin pusing tapi pemandangannya memanjakan mata, hijau di mana-mana! Shane sampai sering ambil video dari dalam mobil karena kagum. Mood kami juga bagus, bawaannya cekikikan terus, mungkin karena excited :) Sayangnya ketika tiba tempatnya ternyata nggak seindah yang video... Begitu turun kami langsung mencium bau amis dan banyaaaak sekali lalat. Gue nggak lebay, ini lalat banyaknya sampai masuk ke dalam villa dan nempel-nempel di jendela DALAM kamar! Speechless, waktu barang-barang diturunkan dari mobil gue nggak rela. Tapi mau gimana lagi, kami sudah deal dan akhirnya ditinggal berdua saja di sana. Then the nightmare begin... Waktu kami mulai beres-beres gue mulai notice kalau dapurnya kotor banget. Di peralatan makannya masih ada kecap ---or whatever lah nempel-nempel. Gue dan Shane langsung berinisiatif cuci semuanya dan begitu rak diangkat... ADA KECOA, SAUDARA-SAUDARA! Gue coba nggak panik dan minta Shane lap meja, dll dengan tisu basah antiseptik (lap yang di sana sudah compang-camping dan bau, hiks), sementara gue hidupkan anti nyamuk elektrik yang rupanya nggak mempan untuk mengusir lalat.
Waktu dicek, kamar mandi rupanya nggak ada air. Pusing tujuh keliling lah kami, sudah datang jauh-jauh maunya istirahat malah "harus" beres-beres. Kami sampai nggak berani menginjakan kaki di kamar karena selain jendela, tempat tidur juga dilalerin. Gue sampai pengen nangis mikir gimana cara lewatin malem kalau kondisinya kaya gini. Shane lalu ajak gue melihat-lihat keluar villa sambil mencari orang yang bisa dimintai tolong. Bad idea! Lalat semakin banyak, bahkan beberapa langkah saja dari villa kami gue baru ngeh kalau ada seonggok (maaf) pup. Ya Tuhaaaan, fix gue mau minta pulang saja *cry emoji*
Tapi ternyata nggak semudah itu. Handphone gue nggak ada sinyalnya dan wifi juga mati. Petugas villa entah dimana dan hari juga sudah mulai gelap. Sumpah dah gue lebih baik diserang zombie daripada diserang lalat, hahaha. Kami pun jalan ke luar wilayah villa dengan harapan dapat sinyal. Lumayan jauh, tapi akhirnya dapat. Saking leganya gue sampai nggak mau balik lagi ke villa, biar deh gue berdiri di sana dilalerin asal bisa telepon. Dan akhirnya, setelah 2 jam kami dijemput!
Di mobil kami sudah siap-siap terlelap, ---lelah fisik dan batin :p Tapi malah ditawari untuk menginap di tempat lain. Langsung saja kami tolak, waktu semakin larut dan yang gue pengen waktu itu cuma mandi terus salin pakai piyama :( Om gue yang lagi OTW ke luar kota whatsapp bilang supaya minta dicarikan hotel. Dia bersikeras agar gue dan Shane tetap jadi menginap di tempat yang nyaman. Bimbang deh gue, hati sebenarnya pengen pulang tapi nggak enak kalau menolak permintaan Om yang notabene cuma ingin menyenangkan gue. Akhirnya setelah diskusi sedikit dengan Shane yang mulai tampak seperti zombie, kami setuju untuk menginap di tempat lain dengan syarat harus BERSIH dan gue bisa mandi. Orang travelnya setuju, dan dia merekomendasikan resort yang katanya nyaman dan pasti gue suka. Waktu dia tunjukan fotonya gue dan Shane lihat-lihatan. Not again... Lagi-lagi bukan hotel. Bahkan tempatnya semi outdoor karena konsepnya glamping, alias camping yang "glamour". Di kepala gue langsung keluar naskah panjang kesewotan gue tentang kenapa ini travel nggak mau kasih kami hotel saja. Terserah deh mau hotel bintang satu juga asalkan kami bisa tidur di dalam kamar. Tapi di kenyataan gue cuma ngangguk saja. ---Akika lelah, bo :(
Tentang Glamping
Malam, lupa jam berapa, akhirnya kami tiba di lokasi resort glamping. Kata orang travelnya begini, "Lihat saja dulu, kalau nggak suka boleh pulang." Gue nggak becanda, gue masuk ke lobby pakai sarung di kepala, sudah kaya ninja saja. Kesan gue dan Shane waktu menginjakan kaki di sana; look nice (waaaaay nicer daripada tempat sebelumnya), mirip lobby hotel "normal" dan kekinian. Gue sih cuma bisa membatin saja kenapa kami nggak dibawa ke sini dari awal. Memang belum lihat bagaimana suasana area glampingnya sih, tapi at least dari lobbynya saja sudah terlihat bersih. Herannya waktu gue setuju buat menginap di sini, pihak resort butuh waktu cukup lama untuk mengantarkan kami ke "kamar"(---pakai tanda kutip karena bukan kamar konvensional ya, hehehe). Lobbynya semi outdoor dan Lembang sedang hujan, jadi terbayang dong gimana dinginnya kami. Untung saja di sini sepi banget, jadi nggak banyak orang yang lihat gue jadi Lutung Kasarung. Well, sebenernya sih bodo amat, yang penting anti masuk angin :p
Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba. Kami diantarkan ke "kamar" yang (gue pikir) berupa tenda camping. Tapi ternyata itu hanya dari luarnya saja. Begitu petugas membuka resleting tenda terlihatlah isinya yang terlihat seperti kamar pada umumnya. Tempat tidur luas, kotak penyimpanan, kamar mandi lengkap dengan air panasnya, juga termos elektrik untuk memaskan air! Waktu gue perhatikan ternyata rangkanya permanen dan lantainya juga terbuat dari semen, bukan tanah. Langsung lah gue membuang nafas lega *fiuh* Dibandingkan tempat yang sebelumnya, yang ngakunya villa ternyata malah lebih hommy di sini (lebih dekat dengan rumah gue juga. Asyem, buang-buang waktu saja di jalan). Petugasnya nanya apa gue dan Shane mau pindah lokasi atau tetap di kamar yang ditawarkan saja. Kami langsung sepakat kalau nggak mau lihat-lihat lagi meskipun kiri-kanan-bawah kamar kami kosong. Setelah itu kami diberi kunci dan gemboknya, juga diingatkan kalau sampai jam 10 malam ada bonfire yang bisa dinikmati bersama pengunjung resort lainnya.
Meski ngarepnya ada bathup buat berendam, tapi adanya shower dengan air panas juga good enough. Sementara Shane beres-beres barang bawaan kami, gue mandi lalu berganti dengan piyama. Padahal paginya gue sudah mandi, tapi mungkin karena di mobil berjam-jam plus dilalerin rasanya badan gue kotor banget, ---banget! Eh, gue surprise lho dengan kamar mandinya, selain air panasnya stabil, perlengkapannya juga lengkap. Ada shower cap segala yang biasanya cuma gue temui di hotel yang "bagus". Kesannya memang sepele, tapi dengan mandi rupanya bisa mereset mood gue, hehehe :p Kami sempat kepikiran mau ikutan bonfire, tapi setelah dipikir-pikir rasanya lebih nyaman di kamar saja. Tawaran genjrang-genjreng gitar sambil membakar marshmallow pun nggak terlalu menggiurkan bagi kami. Alasannya karena kami vegan (masa mau bakar kapas? Lol), juga karena kami membawa gitar dan ukulele sendiri dari rumah. Di dalam kamar kami merasa lebih bebas bermain musik sekeras apapun karena kebetulan kami satu-satunya yang mengisi kamar di jajaran atas. Kalau di depan orang lain kan gawat, kami suka nggak kira-kira kalau nyanyi :p
![]() |
Tenda alias kamar kami tampak depan. Kiri-kanan sama bawah nggak berpenghuni, hehehe. |
![]() |
Kamar mandinya tanpa bathup, tapi air panasnya stabil, bikin betah. Dari sabun sampai losion juga sudah tersedia. |
![]() |
Itu selimut Shane yang bawa sendiri dari rumah, soalnya kami suka agak "gimanaaa" gitu pakai selimut orang lain :'D Oh, btw itu si Onci, boneka kelinci gue juga ikut. |
Nggak ada TV di kamar kami karena katanya sih konsepnya less gadget. Wifi tetap ada yang fungsinya untuk memanggil butler kalau lapar tengah malam. Tapi bukan Indi namanya kalau nggak segala dibawa, hahaha. Dengan menggunakan wifi gue dan Shane menonton film horror di laptop! Untung saja wifinya cukup kencang, jadi hanya 2 kali buffer dan sisanya aman. Sengaja pilih horror (Creep 2, karena sudah nonton yang pertama) karena itulah satu-satunya genre film yang kami nggak pernah bosan. Herannya setelah filmnya habis kami nggak ngantuk sama sekali, padahal sebelumnya kami terkantuk-kantuk di mobil. Pilihan aktivitas di tengah malam juga nggak banyak (ya kali, lol), kalau nggak makan ya lagi-lagi main musik. Oh iya, kami masak mie instan dan bubur kacang di termos elektrik, lho. Karena tadinya sudah berencana buat masak-masak di villa jadi kami bawa sekantung besar makanan. Kan sayang kalau dibuang. Cukup menantang juga, tapi hasilnya enak. Apalagi gue juga sudah iris-iris sayur dari rumah, jadi kami nggak kekurangan gizi. Istri idaman banget kan gue :D *wek!*
Semenjak menikah kalau gue insomnia Shane juga ketularan. Padahal dulu dia sih cuek saja kalau gue melek, ---atau sebaliknya. Jadilah kami zombie berdua. By the way, mungkin sih ini karena suasana di sini kurang cocok dengan "style" kami beristirahat. Tendanya sih nyaman dan cukup bersih (debu-debu di sudut atap mah wajar lah, rumah gue juga gitu, hehe), tapi polusi suaranya kencang bangeeet. Gue pikir karena kami di gunung jadi bakal sunyi gitu, tapi ternyata suara jalan raya terdengar banget. Apalagi suara motor yang ngebut-ngebut ngepot, bikin elus dada :'( Belum lagi karena di kamar nggak ada AC atau heater (hanya kipas di langit-langit) bikin malam yang dingin semakin terasa. Tenda pun jadi sedikit berkibar-kibar dan bikin kami rebutan selimut. Akhirnya gue dan Shane memutuskan untuk berjalan-jalan di luar saja. Biarlah kalau badan kami jadi berpeluh lagi setelah mandi, lebih baik daripada menahan dingin. Lagipula kami memang berjiwa horror, sudah lama memimpikan untuk bisa jalan-jalan tengah malam tapi di daerah kami terlalu ramai, hehehe. Ternyata seru juga, kami jadi bisa melihat suasana di sekitar resort termasuk tempat bonfire yang kami lewatkan. Tapi yang paling seru sih waktu kami sembunyi-sembunyi dari penjaga malam. Setiap cahaya senternya diarahkan ke dekat kami, kami langsung jongkok. Nggak apalah mengkhayal jadi buronan daripada bosan :p
Setelah jadi "buronan" pun kami tetap belum mengantuk. Sekitar jam 3 pagi (pokoknya menjelang subuh gitu) kami masuk kembali ke kamar dengan sepatu yang penuh lumpur karena hujan gerimis. Rasanya antara perasaan sama badan gue nggak singkron. Badan sudah lelah selelah-lelahnya, tapi setiap dengar suara bising dari jalan raya gue otomatis melek dan siap siaga. Syukurlah gue masih diberi tidur sama Tuhan, menjelang pagi gue akhirnya tidur sebentar (dan katanya Shane menyusul terlelap nggak lama setelah gue) dan bangun sekitar jam 8. Gue agak-agak pusing gimana gitu, sebelum tidur Shane bungkus badan gue pakai selimut ala-ala kepompong supaya gue merasa aman. Iya sih ampuh, tapi kan nggak bisa gerak, hahaha. Lagi-lagi bersyukur karena kami sudah siap obat-obatan, jadi begitu waktunya sarapan gue sudah segar kembali. Sarapannya di cafe dekat lobby yang cukup okay, tapi sayang banyak lalat. Jangan-jangan lalat dari villa sebelumnya ngikut, nih, lol. Tapi rasa makanannya cukup mengobati. Kami pesan nasi goreng (iya, sarapannya perpaket gitu, nggak all you can eat, huhu), buah-buahan, kopi dan jus mangga. Nilai plusnya mereka memasak ketika ada yang memesan, alias fresh. Terbukti karena waktu kami request nasi goreng vegan mereka menyanggupi padahal nggak ada di menu :)
![]() |
Pemandangan ketika kami bangun. Indah ya, meski agak gelap karena musim hujan :) |
![]() |
Bangun tidur ku terus nongkrong, tidak lupa minta difoto :p |
![]() |
Waktu nggak bisa tidur kami jalan-jalan sampai ke bawah, lho (lihat di belakang gue). |
Karena masih pagi kami jadi bisa lihat pemandangan resort dengan lebih jelas. Dan ternyata indaaaaaah sekali. Sampai hampir lupa kalau semalam bisingnya sudah kaya nonton balap liar :') Karena lagi musim hujan langit jadi nggak terlalu cerah, tapi tetap saja rasanya sayang kalau nggak diabadikan. Shane langsung punya inisiatif untuk merekam gue bernyanyi dan bermain ukulele sambil memperlihatkan suasana resort. Kocak juga sih, karena lagu yang gue mainkan "Twoday" belum pernah direkam. Jadi gue cuma sok-sok lipsync gitu. Terbukti waktu videonya dicocokan dengan lagunya ternyata nggak match. Untung saja kemampuan mengedit Shane lumayan. Baru kali ini videonya duluan yang direkam baru lagu, hahaha :D Gue nggak tahu dengan hari-hari lain, tapi waktu gue dan Shane stay kayanya nggak banyak yang menginap. Waktu sarapan kami hanya bertemu dengan 2 tamu lainnya. Juga waktu merekam video kami cuma bertemu dengan beberapa petugas yang berjaga. Bagus juga sih, jadi berasa shooting video clip beneran :D *boom cess!*
![]() |
Ini ayunan buat anak-anak sebenarnya. Tapi gue bebas pakai sepagian, soalnya sepi, hehehe. |
![]() |
Nggak ada yang ambil foto kami, ya sudah selfie :p |
![]() |
Nah, ini malah aneh. Gue lagi selfie eh Shane ambil foto gue, hahaha. |
![]() |
Ada musik = bikin lebih happy :)) |
Jadi apakah pengalaman glamping kami menyenangkan? Shorta! Karena sebenarnya bisa lebih baik kalau saja suasana nggak bising dan di kamar ada heather. Please jangan ada yang nanya kenapa suami gue orang Amerika yang biasa kena salju masih juga kedinginan padahal cuma hujan. Ya atuh, kan mereka juga pakai heater, saudara-saudara :') Kami sih menikmati sekali pemandangannya, juga fasilitas kamarnya. Tapi kalau bisa memilih ya lebih pilih hotel yang dekat dengan alam saja. Atau seenggaknya motel, yang penting kamar berdinding sungguhan. Apa gue merekomendasikan para pembaca yang budiman untuk mencoba glamping? IYA! Saran gue carilah tempat yang jauuuuuuh sejauh-jauhnya dari jalan raya supaya terasa menyatu dengan alam, bukan dengan knalpot :( Menurut gue glamping ini cocok banget buat yang rindu camping tapi keadaan kurang memungkinkan. Misalnya terkendala kesehatan (nggak bisa melewati jalan terjal berliku) atau sudah berkeluarga dan ada balita (eh tapi banyak juga sih balita yang naik gunung, pokoknya you know what I mean lah ya). Mudah-mudahan sih tulisan gue ini bisa memberi ide untuk kemana kalian mengisi liburan akhir tahun nanti. Dan juga untuk yang penasaran semoga pengalaman gue memberi gambaran. Terakhir, jangan lupa kalau setiap orang punya kesukaan yang berbeda. Kalau kami nggak betah karena dingin, siapa tahu kalian malah suka. So give it a try! :)
"TWODAY". Lagu baru gue dan Shane yang videonya dishoot waktu kami glamping :)
yang kemana-mana bawa sayur dan ukulele,