Kalau lihat status teman-teman di Whatsapp dan Instagram, kemarin-kemarin itu lagi warna-warni banget. Ada yang main ke villa, ke luar kota, ke tempat wisata, bahkan yang ngemall juga ada. Gue sempat ngiler dan bilang soal ini sama Shane. Maunya kemana gitu di libur Natal ini. Tapi kok setelah dipikir-pikir lagi nggak wise ya... Mungkin orang lain bisa disiplin menjaga protokol kesehatan. Tapi bagi gua dan Shane, meski sudah maskeran dan selalu bawa hand sanitizer, somehow masih was was. Yaaa... daripada malah kepikiran yang nggak-nggak dan jadi nggak menikmati liburan, diputuskanlah untuk stay di rumah saja. Sampai detik ini kami memang masih melakukan apa-apa dari rumah. Dari mulai bekerja, berbelanja sampai untuk hal liburan (membeli film, musik, dll). Kecuali kalau nggak bisa dihindari, seperti mengurus KITAS, ---izin tinggalnya Shane atau ke dokter. Syukurnya sih di tahun 2020 ini kesehatan kami baik, jarang sekali ke dokter dan nggak ada masalah yang serius. Semoga sih tahun depan dan berikutnya juga begitu ya :) Amin...
Gak pakai rencana juga sampai bikin to do list gitu, tapi kami lebih let it flow sih. Kalau mau ngapain ya lakukan saja, asal terasa suasana Christmasnya. Dan masih sama seperti tahun kemarin, rumah kami masih sepi ornamen, hehehe. Padahal Ibu Mertua sudah mau mengirimi kami pohon Natal mungil, lho. Tapi terpaksa batal karena setelah dihitung biaya kirimnya hampir 10 juta, belum termasuk bea cukainya. Mending beli di sini saja lah, bisa dapat pohon sama makan buat sekomplek kalau segitu :'D
Jauh-jauh hari gue sudah ditanyain kepengen hadiah apa dari Ibu Mertua. Jujur tiap ditelepon gue selalu menolak, ---bukannya apa-apa tapi gue masih trauma sama ribetnya proses mengambil kado Natal sejak tahun 2018-2019. Kalau gue ceritakan bisa nggak lanjut nih cerita Natal gue saking panjangnya. Pokoknya ribet, ribet, ribet dan MAHAL :( Akhirnya kami sepakat untuk membeli kadonya di Indonesia saja. Jadi gue tinggal bikin list apa saja yang gue mau dari toko lokal, lalu tinggal bilang sama Ibu Mertua.
Eh tapi ternyata...
Sepakatnya batal, hahaha. Namanya ibu-ibu ya dimana saja sama. Beliau merasa bukan Christmas kalau gue dan Shane nggak menerima kado secara langsung. Jadi setelah gue bikin list hadiah untuk dibeli di sini, beliau masih "maksa" untuk bikin list lain yang nanti akan dikirim dari Amerika. Mau nolak sudah nggak bisa, salah-salah gue malah menyinggung. Jadi gue pun setuju dan secara khusus hanya menulis benda-benda kecil di wish list kami. Harapan gue sih biar mertua gue nggak harus keluar biaya terlalu banyak untuk menebus hadiahnya di sini. Karena gue tahu beliau pasti nggak akan membiarkan kami membayar biaya bea cukai sendiri meskipun sebenarnya "tugas" beliau untuk proses mengirim hadiah sudah selesai.
Gue dan Shane menerima kado Natal kami tepat waktu. Untuk prosesnya sengaja nggak gue ceritakan di sini karena pasti mengganggu mood, ---baik mood gue dan juga yang membaca, hahaha. Di luar keribetannya, gue dan Shane senang sekali karena bisa menerima kado secara tradisional. Maksudnya, kado yang di dalam boks, dan kami bisa merobek kertas pembungkusnya :) Yang gue pinta hanya piyama, the Body Shop, cat kuku, sarung bantal guling warna coklat, ditraktir ke salon (lol) dan lensa kontak karena mata gue minus. Tapi ternyata Ibu Mertua juga mengirimi hadiah lain. Gue dapat bando berwarna-warni yang bikin gue senyum-senyum. Rasanya lucu dan manis saja karena beliau mengerti sekali betapa gue suka pakai aksesoris rambut (dua tahun lalu malah dikirimi satu kantung pita rambut, hahaha). Kadang gue berpikir, kalau menikahnya bukan dengan Shane mungkin siapapun mertua gue itu nggak akan segini mendukungnya dengan penampilan gue yang kata orang kaya anak kecil :p Gue juga dapat chopper untuk sayuran yang seriusan, begitu bungkusnya dibuka langsung gue cuci dan pakai saking senangnya. Jadi gue sudah lama ingin dan BUTUH banget benda ini. Tapi somehow nggak pernah jadi prioritas kalau belanja (---prioritas gue makanan, astaga). Yang bikin gue cengar-cengir ternyata candaan kepengen printilan macam pengharum ruangan saja beneran dibeliin dong, sampai 4 biji dan sekarang sambil nulis gue agak-agak pusing karena semua kemasannya sudah dibuka SEMUA sama pihak bea cukai. Wanginya jadi tabrakan, bhahahaha...
Dari semua kado itu ada yang sangat istimewa buat gue. Dress batik. Iya, batik Indonesia. Tapi yang bikin istimewa justru bukan batiknya, melainkan alasan Ibu Mertua kenapa beliau membelinya. Katanya karena ia tahu gue sangat suka batik. Jadi waktu beliau nggak sengaja melihatnya di toko, ia bilang harus membelinya untuk gue. Aww, bless her heart :') Gue harap suatu hari bisa membalas kebaikannya. Tahun ini gue nggak bisa memberi apa-apa untuknya (katanya tas dari kami tahun kemarin pun masih bagus dan masih sering dipakai). Gue tahu beliau pasti nggak mengharapkan apa-apa, but still... :)
Setelah kado-kado yang menghangatkan hati, masih ada hangat-hangat yang lain dalam arti sesungguhnya. Gue dan Shane mencoba baking! :p Ya... kalau sekedar bikin kukis sama kue Oreo sih sering, ya meski hasilnya begitulah (nggak usah dibahas, lol). Tapi untuk pertama kalinya entah apa yang merasuki (cieh sosisssonais), gue ingin membuat cinnamon rolls sendiri :D Meski kami vegan tapi kami menolak missing out. Prinsip kami sih nggak ada makanan apapun yang nggak bisa "divegankan" :p
Kebetulan di dapur ada stok kayu manis bubuk yang tadinya mau gue gunakan untuk memasak kari. Tapi lalu gue ingat kalau gue itu nggak bisa masak, hahaha. Setelah googling ditambah mengarang bebas, akhirnya kami baking dengan alat seadanya. Bangga sekali, tanpa membuat dapur terlalu berantakan (biasanya sampai pecaaaaah ke ruang TV), akhirnya kami berhasil membuat cinnamon rolls pertama kami :'D Rasanya? Enak banget dong! Bentuknya jelek? Biarin! Hehehe. Eh, ini seriusan enak lho. Seenggaknya cukup enak lah sampai gue pede buat share resepnya. Ini gue SS dari Instagram gue. Siapa tahu ada yang mau coba. Eggless dan dairy free. Yang nggak vegan tapi alergi bisa banget coba :)
Ada tradisi nggak tertulis yang gue yakin dilakukan oleh banyak orang di seluruh dunia di bulan Desember; Menonton film Home Alone. Hahaha.
Ayo ngaku! :D
Tapi tahun ini ternyata kami melewatkannya. Padahal jauh-jauh hari gue sudah request untuk nonton film Home Alone 2 karena ada kenangan tersendiri dengan film itu (---yang pernah membaca "Waktu Aku sama Mika" mungkin ingat). Kenyataannya kami malah menonton film yang terduga sama sekali; Sister Act 1-2 dan Christmas Carol! Sister Act adalah film yang di masa kecil yang sering diputar ulang oleh gue dan Puja, adik gue. Menontonnya kembali setelah entah berapa tahun, apalagi bersama Shane terasa begitu menyenangkan. Ada perasaan nostagic juga bahagia karena bisa berbagi film kesukaan gue dengan orang yang sangat berarti. Juga Christmas Carol yang selalu mengingatkan gue dengan rumah orangtua. Gue masih punya VCD nya di sana, di suatu tempat.
Sisanya, gue dan Shane menjalani bulan Desember seperti hari-hari biasa. Ada hari-hari dimana kami memakai outfit Christmas kami, menonton film-film bertema Christmas, ---tapi ada juga hari-hari dimana kami menonton film horror atau bahkan nggak melakukan apa-apa seharian. Seperti yang sudah gue bilang, just let it flow, karena justru itulah yang membuat kami sangat menikmati waktu :)
Sekarang Natal sudah selesai dan kami bersiap menyambut tahun baru. Rencananya kami akan menginap di rumah orangtua bersama dua keponakan, Ali dan Abi Cody. Perasaan gue dengan datangnya tahun 2021 masih campur aduk, you know what I mean... Tapi bukan berarti gue pesimis, karena tahun yang baru adalah simbolis bagi awal yang baru. Jadi nggak ada alasan untuk khawatir berlebihan, kan :)
Soooo, bagaimana dengan Natal kalian? Semoga semuanya menyenangkan ya. Dan untuk yang harus menghabiskan Natal dan tahun baru nanti sendirian... peluk virtual dari gue dan Shane di sini. Things will get better. Amin :)
(Video musik terakhir gue dan Shane di tahun 2020. Pengguna mode Mobile klik di sini )
cheers,
Indi