Yuhuuu! Di tulisan sebelumnya gue cerita soal Halloween yang berdekatan dengan hari jadi pernikahan gue dan Shane. Sedekat apa? Dekat banget, hahaha :') Dan sekarang gue mau bercerita tentang keseruannya, ---atau, um.. "keribetannya" :D
Seperti yang gue ceritakan sebelumnya, gue dan Shane menginap di rumah orangtua beberapa hari sebelum Halloween. Selama di sana, as always, gue cuma mager, sampai-sampai lupa hari. Apalagi gue juga lagi mens, jadi bawaannya malas mikir, hahaha. Sebelum pulang, pas gue bangun tidur Shane nanya, "Kamu pengen main ke suatu tempat nggak? ---Eh, tapi kalau lagi sakit perut kamu nggak mau kemana-mana, ya?" Gue, yang saat itu nggak ngeh cuma jawab, "Iya." Mana tahu kalau maksud pertanyaan suami gue itu adalah kode... HARI JADI PERNIKAHAN KAMI YANG KEDUA! Ahahaha :')
In my defense, gue lupa bukan tanpa alasan. Pernikahan kami diselenggaran secara humble dan hanya dihadiri keluarga inti. Nggak banyak orang tahu kalau kami menikah waktu itu. Bukan ditutupi, tapi kami ingin pernikahan menjadi moment yang intim. Nggak pakai milih tanggal dan lain sebagainya. Setelah punya cincin, besok paginya kami langsung ke KUA. Sudah, begitu saja. Jadi kami nggak menganggap tanggal itu hal penting, tapi moment pernikahannya lah yang dikenang :)
Entah gimana awalnya, ketika sampai di rumah gue ingat kalau 26 Oktober 2 tahun yang lalu kami menikah. Otak gue pun langsung ber "ooooh.... oooooh pantesan"ria. Langsung saja gue minta maaf sama Shane karena nggak mengerti kode dia, hahaha. Tapi seperti yang gue duga, dia sih cuek. Katanya kalau di selimut pemberian mertua gua nggak ada tanggal pernikahan kami dia pun nggak ingat. Dan menurutnya tanggal berapapun kami merayakan nggak penting. Yang penting setiap tahun diperingati, ---istilahnya cherish the memories :) Gue bilang, gue nggak keberatan kalau besoknya kami pergi jalan-jalan, atau menginap di suatu tempat. Gue yakinkan Shane kalau sakit perut gue pasti segera baikan. Kami pun mulai survey tempat mana saja yang bisa dibooking dan nggak terlalu jauh dari rumah kami.
Setelah scroll atas bawah di laptop selama 10 menit, entah kenapa gue tiba-tiba pengen menginap di Trans Luxury Hotel. Kepengennya itu nggak main-main, gue sampai nonton video reviewnya segala, hahaha. Shane sih menyerahkan pada gue, katanya kalau gue suka tempatnya dia juga pasti suka. Senang banget dong gue dapat restu :D Nggak pakai nunggu lama gue langsung buka websitenya dan cantumkan tanggal rencana menginap. 27 Oktober 2020. ---Masih loading... 1... 2... Oh no! Ternyata penuh. Oke, oke, gue coba 28 Oktober 2020. 1... 2... 3... ---dan ternyata masih penuh juga! Huhu, kecewa dong gue... Tapi gue nggak kehabisan akal, gue whatsapp langsung saja hotelnya. Siapa tahu kalau bilang buat anniversary bisa "diada-adain" :p
Jawaban pertama adminya bilang kalau kamar hotel yang include tiket bermain di Trans Studio sudah penuh. Di pikiran gue, oh okelah berarti yang non paket masih ada. Jadi gue bilang nggak apa-apa. ---Meski sebenarnya ingin sambil main, tapi gue pikir better than nothing lah ya... :') Tapi setelah ditunggu-tunggu ternyata jawabannya masih sama, nggak ada kamar kosong. Ngerasa sia-sialah gue nunggu. Harapan terakhir gue cuma bilang gini sama adminnya,"Mas, Mbak, kalau ada yang cancel tolong kasih tahu ya. Terserah deh kamarnya kaya gimana juga."(Gue ngetik sambil berkaca-kaca, bhahahaaa...).
Dan akhirnyaaaaaa... sekitar satu jam handphone gue bunyi. Ada kamar kosong!
Tapi...
Yang kasurnya dua!
Ahahahahahahahahahahahahaha... hahahahaha... hahahahaaaa T_T
Ya gue nggak maulah :(
Masa anniversary pisah-pisahan kaya lagi backstreet:(
Karena sadar terlalu mepet kalau mau booking buat besok, akhirnya gue googling hotel yang bisa buat lusanya, 28 Oktober. Tetap susah ternyata, dimana-mana penuh karena musim liburan. Beruntung banget akhirnya gue buka instagram dan nemu hotel yang namanya Crowne Plaza Bandung. Dari foto-fotonya sih kelihatan sederhana meskipun bintang lima (maksudnya beda dengan hotel sekelas lain yang pernah gue inapi, ---halah istilah apa itu, hahaha). Gue sih suka-suka saja. Karena buat gue tampilan nggak penting. Asal bersih, wifi kenceng, ada bathup, udah deh gue bisa tidur nyenyak. Nggak pakai pertimbangan lagi, gue langsung klik "booking". Soalnya kalau ditunda-tunda lagi takutnya nanti malah keburu ada yang ambil :p
28 Oktober 2020
Kami harusnya check in jam 2 siang, tapi karena gue orangnya "sok sibuk", sebelum pergi gue malah ribet sendiri sama rumah yang sebenarnya sudah gue bereskan. Rasanya adaaa saja yang kurang. Iya, gue memang OCD (begitu kata psikiater), tapi ada juga saat-saat dimana gue tahu kalau guenya saja yang lebay, seperti pas lagi gini nih. Dilawan sebenarnya bisa, tapi gue kadang terlalu baik sama diri sendiri, hahaha. Akhirnya kami tiba di hotel sekitar jam 3 sore. Perasaan gue langsung nggak enak, ---kok penuh amat ya? :O Parkirnya sih lancar, nggak pakai putar-putar kami langsung dapat tempat. Tapi begitu masuk lobby kami disambut sama antrian yang panjangnya dari pintu masuk sampai ke meja lobby T_T Cukup lama sampai kami akhirnya kami tiba di front desk, ---yang sayangnya bukan tanda kami bisa cepat-cepat masuk kamar. Kami tiba 1 jam lebih lambat dari waktu check in, tapi ternyata kamar belum siap. Kenapa? Asli, nggak ngerti. Mau berlama-lama bertanya pun gue nggak enak karena antrian masih panjang. Gue pikir, ya sudah lah, semua tamu juga mengalami. Lagipula, ini anniversary gue dan Shane. Jangan sampai kami jadi bad mood "cuma" gara-gara terlambat dapat kamar. Kami putuskan saja untuk makan siang (tapi sore, lol) dulu. Sekalian menghindari kerumunan. Gue dan Shane memang nggak yang parno sampai gimana-gimana, tapi sebisa mungkin kami berusaha melindungi diri. Masker selalu dipakai, rajin cuci tangan, ...dan kalau di tempat ramai mending mojok berdua saja lah, hahaha.
Gue merasa beruntung kami memutuskan untuk menginap di Crowne Plaza. Lokasinya dekat sekali dengan Jalan Braga. Jadi gue dan Shane nggak perlu ke parkiran lagi untuk ambil mobil, tapi cukup jalan kaki. 10 menit saja kami sudah tiba di Braga Permai. ---Iya, restoran yang sama yang kami kunjungi di ulang tahun gue, Juni 2019 lalu. Kami suka restoran ini. Meski pilihan menu vegannya nggak banyak (mereka hanya punya menu vegetarian yang harus direquest kalau ingin vegan), tapi tempatnya nyaman. Live bandnya juga keren-keren. Seperti kali ini, yang gitarisnya total banget, hehehe xD Kami pesan pizza vegetarian dan lumpia sayur seperti biasa. Gue paling kalap kalau makan lumpia, apalagi di Braga Permai bumbu kacangnya enak banget. Beda sama restoran lain, light gitu nggak bikin enek :')
Setelah makan kami kembali lagi ke hotel. Langit Bandung sangat bersahabat, cerah dan hangat padahal sedang musim hujan. Ini bikin suasana hati gue makin happy karena awalnya gue khawatir bakal kehujanan, tapi ternyata hujan hanya mengguyur ketika gue dan Shane sedang di dalam mobil. Sungguh pengertian ya :') Hehe.
Di lobby, antrian masih tetap panjang ternyata. Sepertinya semakin sore semakin banyak tamu yang datang. Beruntung ada Ibu baik hati (tamu hotel juga) yang tahu kami sudah menunggu lama. Beliau memberikan tempatnya agar nggak mengantri lagi bersama orang-orang yang baru datang (---hatur nuhun pisan, Ibu, maaf lupa nanya namanya). Eh, sudah sampai di depan ada tamu yang nyelak dong, alasannya dia cuma mau ngambil kunci doang -_- Di luar dugaan, Shane langsung tegur tamu itu padahal dia orangnya pendiam, lho. Mungkin karena kesal dan ditambah perut sudah terisi ya, dia jadi penuh energi, hahaha. Jujur, gue senang sih. Soalnya dalam hati gue juga kesal tapi malas kalau harus berargumen dengan orang seperti itu. Btw, tapi gue jadi belajar sesuatu... Orang yang menyela antrian itu punya perfect English padahal, jauh lah sama gue yang Bahasa Indonesia saja belepotan. Tapi ternyata cerdas itu belum tentu mengerti (atau mau menerapkan) sopan santun.
Diselak saat antri itu rupanya jadi satu-satunya kejadian yang kurang menyenangkan yang kami alami. Sisanya bisa dibilang jadi salah satu pengalaman TERBAIK saat menginap di hotel bagi gue dan Shane :) Saat booking kamar gue sama sekali nggak meminta special request, bahkan sama sekali nggak menyebutkan kalau kami datang dalam rangka anniversary. Tapi pihak Crowne Plaza sendiri yang berinisiatif memberi kami complimentary dinner dan wine. Petugas yang sedang bertugas di front desk bilang,"Sudah pasti jauh-jauh kemari karena ada moment istimewa yang dirayakan." Padahal rumah kami masih di Bandung juga, hehe :'D Bukan itu saja, dia juga bilang bahwa kami boleh check out di sore hari, instead of jam 12 siang! Untuk kami ini adalah tindakan yang sangat manis dan kami sangat menghargainya. Kami bukan siapa-siapa (baca: bukan selebriti atan influencer). Jadi kalapun ada kejadian buruk (yang mana gue dan Shane sama sekali nggak merasa begitu), nggak akan lah dibaca sama jutaan follower gue. Juga misalnya gue mendapat complimentary dari mereka, siapa juga yang akan tahu selain sejumput (lol, saking sedikitnya) pembaca di sini, kan? Jadi kami yakin tindakannya pure untuk menghormati kami sebagai tamu. Kalau nggak salah ingat yang melayani kami namanya Mr. Julius. (If you read this, thank you!)
Gue dan Shane sama sekali nggak menyangka akan mendapatkan hadiah seperti ini (---dari pengalaman kami, biasanya hotel "hanya" memberi kami cokelat, itu pun dengan special request).
Karena ini anniversary, sudah pasti Shane menyiapkan budget untuk dinner istimewa kami. Tapi siapa sangka ternyata hotel malah memberi kami dengan cuma-cuma :') Kami jadi semakin merasa istimewa karena saat dinner di lounge hanya ada kami dan seorang tamu lain (yang kebetulan hanya mampir sebentar). Jadi berapa private dinner, hahaha. Staff hotel memperlakukan kami dengan sangat baik dan profesional. Mereka beberapa kali bertanya tentang makanan yang disajikan. The food was good (mereka punya vegan option!), perut kami kenyang, hati kami bahagia.
Karena jarak lunch dan dinner yang berdekatan (makan siang kesorean, lol), kami baru benar-benar menikmati kamar setelah waktu dinner. Sebelumnya kami hanya menyimpan barang bawaan kami, sedikit touch up, lalu ke lounge. Kamar kami posisinya di pojokan, yang mana bikin kami (tambah) happy. Ada dua jendela di dua sisi berbeda yang membuat kamar terasa lapang (kerena sebenarnya ukuran kamar termasuk kecil kalau dibandingkan hotel lain yang pernah kami inapi). Begitu di kamar as always Shane langsung rebahan sambil main game, sedangkan gue langsung berendam di bathup. Semanjak menikah dan tinggal di rumah sendiri, berendam itu jadi hal yang mewah lho bagi gue. Soalnya di rumah mungil kami hanya ada shower, nggak ada tub. Jadi harus menunggu ke hotel dulu kalau mau berendam, hahaha :D
Setelah badan kena air hangat dan pakai piyama, gue auto mengantuk. Di TV diputar film "Ma", salah satu film favorit kami. Meski mata sudah dipaksa melek, akhirnya gue dan Shane tidur sebelum film selesai :p
29 Oktober 2020
Paginya, rasanya berat sekali buat gue buat bangun. Satu-satunya yang jadi motivasi gue buat bangun ya sarapan (dasar rakus! Hehe). Dengan alasan keamanan, sekarang sarapan nggak disajikan dalam bentuk prasmanan lagi. Meski begitu staff di sana cukup helpful kok. Gue bolak-balik beberapa kali buat minta nambah pun pelayanannya tetap baik. Apalagi gue cukup "cerewet" karena selalu bertanya menu mana saja yang vegan friendly :p Menurut gue, kalau untuk menu sarapan vegetarian sih mereka punya banyak pilihan ya. Tapi untuk vegan memang limited, beda dengan ketika makan malam yang memang ada option non dairynya.
Sehabis makan gue tergiur untuk berendam di jacuzzinya. Tapi niat gue urung setelah sadar kalau gue sedang menstruasi, hahaha. Ya sudah lah, lebih "aman" berendam di bathup lagi. Berhubung kami membawa ukulele jadi kami juga nggak mati gaya. Sekalian saja kami bikin video clip untuk lagu original terbaru kami. ---Sambil menyelam minum air lah ya xD Beruntung sekali kamar kami di pojokan, jadi bisa bebas main musik tanpa khawatir mengganggu tamu lain. Kalau dipikir, seringnya kami memang dapat kamar yang di pojokan ya. Bahkan waktu menginap di Singapore tahun 2018 lalu pun kami dapat kamar di pojok, dan selama 4 hari di sana kami main ukulele tiap hari, hahaha. Oya, tapi bukan berarti kami nggak cek-cek dulu ya. Biasanya Shane akan berdiri di luar, di depan pintu sementara gue di dalam genjrang-genjreng. Buat make sure suaranya nggak terdengar keluar. Juga, yang nggak kalah penting jangan sampai kamar yang pas banget sebelah kami ada isinya (---isi manusia, kalau yang lain mah gak apa-apa, lol).
Bikin video clip ternyata bikin waktu terasa cepat sekali berlalu. Mungkin saking sangat menikmatinya, ya (---serius, gue nggak sabar untuk edit dan post videonya, soalnya lagu dan konsepnya istimewa sekali untuk gue dan Shane). Tadinya gue pikir masih cukup waktu buat tidur siang sebentar, eh tahu-tahu sudah sore saja :p Kami pun mengemasi barang-barang kami dan bersiap pulang. Perpaduan mood kami yang bagus dan pelayanan yang baik bikin kami betah. Bahkan Shane bilang dia suka dengan hotel ini dan ingin kembali lagi. Pas gua tanya alasannya, katanya dia pun nggak tahu, ---pokoknya atmosfirnya enak. Gue setuju. Dan ini bukan karena kami dapat "hadiah", tapi tempatnya memang nyaman :)
Di perjalanan pulang kami mampir dulu ke "Kitchen Veggie" untuk makan siang (yang lagi-lagi kesorean, hahaha). Restoran vegan-vegetarian kecil favorit kami sejak tahun 2018, ---iya awal kami menikah :D Kami memang punya kebiasaan untuk kembali ke tempat yang sudah cocok, terutama soal makanan karena lidah vegan kami ini sedikit picky, hehe. Dan tempat ini lah salah satunya. Shane suka banget dengan hot dog vegan mereka. Harganya murah meriah, tapi soal rasa nggak ada yang bisa menandingi. Buktinya dibandingkan dengan hot dog yang lebih mahal pun, Shane pasti lebih memilih yang ini, hahaha. (Sedikit OOT, tapi kalau kalian vegan dan berada di Bandung, restoran ini layak banget untuk dicoba).
Ketika kami tiba di rumah hari sudah gelap. Perut sudah kenyang dengan senyum yang sangat awet (---meski disambut dengan setumpuk cucian, haha). Rasanya sempurna, dua hari dihabiskan bersama, di tempat yang membuat kami bahagia dan melakukan hal-hal yang juga membuat kami bahagia, ---bermain musik dan membuat video clip bersama. Dua tahun berlalu dan kadang masih terasa seperti mimpi. Di tahun 2017 gue masih nggak mengira bisa berteman dengan Shane, satu tahun kemudian ternyata kami malah menikah. Hidup memang semisterius itu, guys. Orang yang awalnya gue idolakan, lalu menjadi sahabat ternyata menjadi suami gue. ---Iya, secepat dan setanpa basa-basi itu. Tahu-tahu dekat, tahu-tahu menghampiri ke Indonesia, ...tahu-tahu menikah :)
Doa gue dan Shane di anniversary kedua ini sederhana. Semoga kami bisa menjadi bisa selalu bersama untuk selamanya. Alasan mengapa kami selalu menyebut diri kami "sahabat", karena sahabat mungkin saja berselisih tapi akan selalu kembali. Seperti orang bilang, sahabat adalah selamanya, ---bestfriend forever. And I love you forever, Shane, buddy! :)
yang sedang dan (semoga) selalu bahagia,
INDI
____________________________________
Kontak: namaku_indikecil@yahoo.com | Facebook: Indi Sugar | Instagram & Twitter: @indisugarmika | Youtube (Vlog & Musik): Indi Sugar Taufik