Menyampaikan kabar buruk itu sangat sulit. Terlebih jika menyampaikannya pada anak-anak...
Cerita ini dimulai dengan sebuah kabar baik, gue diterima bekerja di sebuah sekolah bilingual yang diadaptasi dari kurikulum UK setelah sebelumnya mengalami masa trial (percobaan) selama 2 hari. Jujur saja, waktu interview gue nggak berharap banyak, soalnya lowongan di sekolah ini sudah ditutup sejak 2 minggu sebelumnya, dan hati gue juga sudah ter-set untuk iklas, "kalau masuk syukur, kalau nggak berarti belum rejeki". Makanya, waktu gue dihubungi beberapa hari kemudian, senangnya bukan main. Gue langsung menyiapkan segala perlengkapan untuk hari pertama masuk kerja dan menghubungi kepala sekolah tempat dimana gue mengajar sebelumnya. Semuanya baik-baik saja sampai gue ingat belum berpamitan dengan murid-murid gue di sekolah lama...
Cerita ini dimulai dengan sebuah kabar baik, gue diterima bekerja di sebuah sekolah bilingual yang diadaptasi dari kurikulum UK setelah sebelumnya mengalami masa trial (percobaan) selama 2 hari. Jujur saja, waktu interview gue nggak berharap banyak, soalnya lowongan di sekolah ini sudah ditutup sejak 2 minggu sebelumnya, dan hati gue juga sudah ter-set untuk iklas, "kalau masuk syukur, kalau nggak berarti belum rejeki". Makanya, waktu gue dihubungi beberapa hari kemudian, senangnya bukan main. Gue langsung menyiapkan segala perlengkapan untuk hari pertama masuk kerja dan menghubungi kepala sekolah tempat dimana gue mengajar sebelumnya. Semuanya baik-baik saja sampai gue ingat belum berpamitan dengan murid-murid gue di sekolah lama...
Mengajar di sebuah TK modern dengan 28 murid adalah pengalaman pertama gue bekerja di jalur "formal". Setelah sebelumnya gue berkutat di balik komputer, mengirimkannya kepada penerbit via email dan mendesain pakaian di rumah lalu mengirimkan hasilnya via jasa pengiriman kepada costumer, akhirnya gue benar-benar menghadapi orang lain secara langsung. Bertatap muka, bersentuhan dan berbincang.
Menjadi guru adalah pekerjaan ideal untuk gue karena nggak membutuhkan waktu seharian dan sifatnya yang terus berkembang. Menyenangkan rasanya bisa bekerja sambil menambah wawasan. Selain itu, I love children for sure. Gue sangat menikmati untuk bersama mereka, dan sejak remaja gue tahu terikat dengan mereka adalah bukan hal yang begitu "sulit".
Itulah yang gue alami dengan murid-murid di sekolah lama. Selama (kurang-lebih) 2 bulan mengajar mereka menjadi sangat terikat dengan gue. Setiap pergi ke sekolah rasanya begitu menyenangkan karena tahu ada yang menunggu gue di sana. Di kelas rasanya begitu hangat karena mereka ingin bergantian dipangku, dan ketika jam istirahat anak-anak perempuan sibuk mengantri untuk di cat kukunya. "Ingin seperti Miss. Indi", begitu katanya :)
Menjadi guru adalah pekerjaan ideal untuk gue karena nggak membutuhkan waktu seharian dan sifatnya yang terus berkembang. Menyenangkan rasanya bisa bekerja sambil menambah wawasan. Selain itu, I love children for sure. Gue sangat menikmati untuk bersama mereka, dan sejak remaja gue tahu terikat dengan mereka adalah bukan hal yang begitu "sulit".
Itulah yang gue alami dengan murid-murid di sekolah lama. Selama (kurang-lebih) 2 bulan mengajar mereka menjadi sangat terikat dengan gue. Setiap pergi ke sekolah rasanya begitu menyenangkan karena tahu ada yang menunggu gue di sana. Di kelas rasanya begitu hangat karena mereka ingin bergantian dipangku, dan ketika jam istirahat anak-anak perempuan sibuk mengantri untuk di cat kukunya. "Ingin seperti Miss. Indi", begitu katanya :)
Treat for the kids :) |
Dan sekarang gue harus menyampaikan pada mereka bahwa gue nggak akan mengajar lagi di sana? Itu adalah hal yang paling menakutkan sedunia! Apalagi waktu gue datang ke sekolah untuk berpamitan setelah 2 minggu nggak mengajar dan disambut oleh wajah-wajah manis mereka, semakin menciutlah nyali gue... Mereka berebut memberikan pertanyaan ketika melihat gue, dan semuanya sangat sulit dijawab. "Miss, kemana saja lama nggak ke sini?", "Miss, nanti nggak akan pergi-pergi lagi, kan?". It's really break my heart...
Jangankan untuk menjawab mereka, untuk mengumpulkan keberanian datang ke sekolah ini saja sudah cukup sulit. Gue mencari-cari alasan untuk mengadakan pesta kecil bersama mereka, jangan sampai mereka tahu bahwa ini adalah farewell party. Akhirnya, satu malam sebelumnya gue menghubungi kepala sekolah dan meminta izin untuk mengadakan pesta ulang tahun di sana. Iya, pesta ulang tahun "fiktif" karena ulang tahun gue sebenarnya jatuh di tanggal 8 nanti...
Gue bergantian masuk ke kelas A, B dan playgroup untuk menyampaikan bahwa gue berulang tahun dan anak-anak bisa bersenang-senang sampai waktunya pulang. Beruntung sekali, Bu Neni, sang kepala sekolah sangat baik dengan mengizinkan mentiadakan pelajaran untuk hari ini.
Gue mendapatkan banyak ucapan selamat dari anak-anak, juga banyak pelukan dan ciuman tentu saja. Termasuk dari anak laki-laki karena mereka biasanya sedikit canggung. Bahkan Fachri, seorang anak dari kelas B meminta agar keningnya dicium sampai meninggalkan bekas lipstik, hahaha (sayangnya nggak berhasil karena gue cuma memakai lipgloss).
Jangankan untuk menjawab mereka, untuk mengumpulkan keberanian datang ke sekolah ini saja sudah cukup sulit. Gue mencari-cari alasan untuk mengadakan pesta kecil bersama mereka, jangan sampai mereka tahu bahwa ini adalah farewell party. Akhirnya, satu malam sebelumnya gue menghubungi kepala sekolah dan meminta izin untuk mengadakan pesta ulang tahun di sana. Iya, pesta ulang tahun "fiktif" karena ulang tahun gue sebenarnya jatuh di tanggal 8 nanti...
Gue bergantian masuk ke kelas A, B dan playgroup untuk menyampaikan bahwa gue berulang tahun dan anak-anak bisa bersenang-senang sampai waktunya pulang. Beruntung sekali, Bu Neni, sang kepala sekolah sangat baik dengan mengizinkan mentiadakan pelajaran untuk hari ini.
Gue mendapatkan banyak ucapan selamat dari anak-anak, juga banyak pelukan dan ciuman tentu saja. Termasuk dari anak laki-laki karena mereka biasanya sedikit canggung. Bahkan Fachri, seorang anak dari kelas B meminta agar keningnya dicium sampai meninggalkan bekas lipstik, hahaha (sayangnya nggak berhasil karena gue cuma memakai lipgloss).
![]() |
Bersama anak-anak kelas A :) |
Anak-anak kelas B. Rio (paling depan, memegang pensil) itu pahlawan kecil. Dia selalu membela gue disetiap kesempatan! :) |
![]() |
Anak-anak playgroup sedang bermain cat :) |
![]() |
Di hari yang sama Andra ternyata berulang tahun! :) |
Gue benar-benar bersenang-senang dengan mereka. Rambut gue sampai kusut dan gue nggak peduli jika itu terlihat di foto. Kue yang gue bawa pun dalam hitungan menit sudah penuh dengan bekas jari anak-anak. Siapa yang memulai? Tentu saja gue :) Gue mengolesi hidung beberapa anak dengan krim putih dan berakhir dengan belasan anak yang mengantri. Karena pesta ini baru diputuskan di saat-saat terakhir, hanya 1 malam sebelumnya, jadi gue hanya bisa membawa kue tart, muffin dan susu untuk mereka, itupun setelah berkeliling mall selama 3 jam karena susah sekali mencari tart yang sudah jadi. Sederhana, tapi gue lega karena mereka suka.
Anak-anak memperlakukan gue dengan sangat istimewa, entah ini adalah kado untuk "ulang tahun" atau mereka tahu bahwa gue akan pergi. Anak-anak perempuan meminta gue untuk naik ke ayunan dan beberapa anak laki-laki mendorong dari belakang. Moment yang sangat manis sekali, Resika, seorang anak dari TK B nggak bisa berhenti mengambil foto gue. Malik, seorang anak dari TK A ingin duduk di samping gue di ayunan dan bercerita banyak hal sambil merangkul gue. Gue bahkan mendapatkan "kado" dari 2 orang anak, Damara memberikan 1 kotak Frutea dan Rifki memberikan 1 batang lolipop. Jangan bertanya tentang bagaimana kondisi minuman dan permen itu ketika diberikan pada gue. Bayangkan saja itu sudah ada di saku mereka selama seharian, hehehe. Meski begitu gue sangat senang menerimanya :)
Anak-anak memperlakukan gue dengan sangat istimewa, entah ini adalah kado untuk "ulang tahun" atau mereka tahu bahwa gue akan pergi. Anak-anak perempuan meminta gue untuk naik ke ayunan dan beberapa anak laki-laki mendorong dari belakang. Moment yang sangat manis sekali, Resika, seorang anak dari TK B nggak bisa berhenti mengambil foto gue. Malik, seorang anak dari TK A ingin duduk di samping gue di ayunan dan bercerita banyak hal sambil merangkul gue. Gue bahkan mendapatkan "kado" dari 2 orang anak, Damara memberikan 1 kotak Frutea dan Rifki memberikan 1 batang lolipop. Jangan bertanya tentang bagaimana kondisi minuman dan permen itu ketika diberikan pada gue. Bayangkan saja itu sudah ada di saku mereka selama seharian, hehehe. Meski begitu gue sangat senang menerimanya :)
![]() |
My messy hair and beautiful Feby :) |
![]() |
Waktu acara tiup lilin banyak liur anak-anak yang muncrat ke muka gue, hahaha :D |
![]() |
Showing the cake :) |
![]() |
Rio melarang Regi yang ingin ikut memegang pisau. Meski gue mengizinkan Regi membantu, Rio terus bilang, "No!!!", hahaha :) |
![]() |
Susu dan muffin untuk Damara :) |
![]() |
Wah, susunya langsung diminum, hihihi... |
![]() |
Playground |
![]() |
My little "Cherrybelle": Apta, Wylla, Resika :) |
![]() |
Goofing around with Handsome Malik and pretty Jessica :) |
Wylla! |
My little photographer: Resika, atau biasa menyebut dirinya "neng" :) |
Sudah hampir waktunya pulang dan gue masih belum memberitahu mereka tentang kabar buruknya. Gue nggak ingin membohongi mereka, tentu saja, tapi juga nggak ingin mengecewakan mereka. Secara tersirat gue berusaha memberitahukan mereka bahwa gue nggak bisa mengajar mereka lagi. Tissa, seorang anak dari kelas B bertanya kapan gue akan datang lagi karena ia akan memberi gue kado. Dengan berat hati gue menjawab bahwa gue belum tahu kapan akan berkunjung lagi (iya, berkunjung, bukan mengajar), tapi pasti akan mengusahakan. Entahlah apa mereka mengerti, tapi sepertinya mereka bisa merasakan. Tissa dan Resika nggak putus asa mendesak gue supaya menjawab "iya, besok Miss datang", tapi tentu saja gue nggak bisa... Anak-anak yang cerdas, dan itu membuat gue meneteskan air mata waktu gue masuk ke dalam mobil untuk pulang.
Gue benar-benar menangis ketika di dalam mobil. Fachri, Tissa dan Apta berteriak-teriak memanggil gue sambil 'membujuk' soal kado. Gue membuka jendela dan mencoba membuat "funny face". Entah bagaimana gue terlihat, tapi gue harap itu berhasil, hehe...
Perpisahan memang selalu berat, tapi gue harus selalu siap. Gue sekarang bekerja di tempat yang baru dan suatu hari pasti akan mengalami saat-saat seperti ini lagi. Ada anak yang keluar sekolah, pesta kelulusan... Nggak bisa dihindari. Tapi gue berjanji pada diri sendiri, meskipun perpisahan itu selalu ada, gue akan menikmati setiap pertemuan pada setiap menitnya, setiap harinya, agar gue nggak akan pernah mengucapkan selamat tinggal pada moment-moment berharga yang dialami sebelum perpisahan itu terjadi :)
So, good bye, kids. Jadilah anak-anak yang baik dan selalu bangga menjadi diri sendiri. Miss Indi sayang kalian. Selalu...
hugs,
Indi
___________________________
Contact Me?Here and Here.
My Shop?Here.
Sponsorship? Here.