Quantcast
Channel: Dunia Kecil Indi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Menjadi Kenyataan :)

$
0
0
Dulu, waktu kecil gue suka menonton serial "Keluarga Cemara". Setiap serial itu ditayangkan, gue pasti langsung duduk di depan TV dan menyenandungkan soundtrack-nya. Gue hapal dengan semua tokoh-tokohnya, ada Abah, Emak, Teh Euis, Ara, Agil, Pipin, Tante Plesir, Mang Jana, Ceu Salmah, Bi Eha, dan bahkan gue tahu nama tokoh yang belum sempat muncul di sana... Abe, nama anak bungsu Abah dan Emak yang meninggal sebelum dilahirkan.

Euis, Ara dan Agil kecil :)

Entah apa yang menghipnotis dari serial itu sehingga membuat gue begitu terlarut. Hampir setiap kisah terasa begitu dekat dengan keseharian gue, atau meskipun belum/nggak pernah gue alami, tapi kisah-kisahnya selalu terasa real dan apa adanya. Gue ingat ada satu episode yang membuat gue terisak waktu menontonnya. Dikisahkan Euis mengalami menstuasi pertamanya pada saat ia masih duduk di bangku SD. Euis malu bukan main karena teman-temannya belum ada yang mengalami. Euis memang beberapa tahun lebih tua dari teman-teman sekelasnya karena ia sempat nggak naik kelas. Seharian ia diam di kamar dan nggak mau sekolah sampai Abah membujuknya sambil membawakannya makanan. Atau ada lagi satu episode yang membuat gue terbengong-bengong. Dikisahkan, Ara menyamar sebagai anak laki-laki dan rela dibotaki untuk menjadi talent di sebuah video klip karena ia membutuhkan uang. Hampir saja ia ketahuan karena sebuah hal sederhana: karena ia mengucapkan 'terima kasih' ketika diberikan honor, karena (sepertinya) di desa Indihiang hanya anak-anak Abah lah yang mempunyai kebiasaan seperti itu. Mengagumkan... tapi sederhana dan mudah dicerna :)

Nggak ada yang mengajari gue untuk menonton serial itu, gue yang menemukannya sendiri dan hanya gue pula yang menikmatinya di rumah. Ibu dan Bapak nggak suka jika gue menonton serial lokal, katanya nggak berguna, tapi gue percaya bahwa "Keluarga Cemara" berbeda, serial itu selalu membuat gue tersenyum dan mendapat 'sesuatu' setelah gue menontonnya.
Kesukaan gue dengan "Keluarga Cemara" berlanjut dengan membaca novel berserinya. Sejak saat itulah gue mengenal Arswendo Atmowiloto dan langsung tertarik dengan gaya menulisnya yang apa adanya. Nggak terasa koleksi novel "Keluarga Cemara" gue akhirnya lengkap dan Euis, Ara, Agil yang gue kenal melalui serial TV semakin dewasa seperti juga gue.

 

What I wore: Headband: Toko Kecil Indi | Dress: Toko Kecil Indi | Ring: Ninis | Shoes: Yongki Komaladi


Waktu serial ini menghilang, gue sangat merindukannya. Gue sampai menyurati 2 stasiun TV sekaligus agar mempertimbangkan menayangkan re run-nya. Sayangnya, nggak satu pun surat gue yang mendapatkan balasan. Untuk mengobati rindu gue membaca ulang novel-novelnya sambil berharap keajaiban terjadi.
Bertahun kemudian keajaiban itu memang terjadi. "Keluarga Cemara" ditayangkan kembali! Bukan re run, tapi episode baru. Sayangnya karena terlalu lama jeda ceritanya jadi ada lubang di beberapa adegan. Tapi tetap, kisahnya inspiratif dan nggak berlebihan. Gue masih menikmatinya dan menanti-nanti penanyangannya. Tapi kebahagiaan gue ternyata nggak berlangsung lama. "Keluarga Cemara" lagi-lagi berhenti tayang dan kali ini benar-benar berhenti, dengan episode akhir yang menggantung :(

"Keluarga Cemara" menjadi satu-satunya serial lokal yang gue ikuti hampir setiap episodenya. Mungkin yang bisa mengalahkan rekor itu hanya "Satu Kakak Tujuh Ponakan", serial yang sama-sama karya Arswendo Atmowiloto. Dari segi cerita sama-sama menarik, tapi soal menghipnotis dan berkesan "Keluarga Cemara" tetap menjadi juara.
Di usia dewasa gue sering membayangkan, kemanakah Euis, Ara dan Agil? Apakah mereka masih ingat di usia yang masih sangat muda sudah menjadi icon kesederhanaan bagi banyak orang, bahkan yang lebih tua dari mereka?...
Lalu internet memberi gue jawabannya. Secara nggak sengaja, waktu gue melihat mutual friend salah satu teman Facebook, gue menemukan nama yang sangat gue kenal: Anisa Fujianti. Itu adalah nama pemeran Ara. Tapi mungkinkan itu orang yang sama? Dengan semangat gue langsung membuka profil-nya dan melihat-lihat fotonya. Ternyata Anisa yang ini adalah seorang gadis muda cantik, sama sekali bukan Ara yang gue lihat di TV. Lalu sebelum gue meng-klik tab tutup gue menyadari sesuatu: Gue juga sekarang sudah dewasa, dan Ara yang gue lihat sudah bertahun-tahun lalu lamanya. Gue banyak berubah meski tanpa disadari, dan ia juga mungkin begitu. Gue memberanikan diri mengiriminya pesan, bertanya apakah ia Ara yang dulu selalu gue tunggu kehadirannya di TV. Dan beberapa jam kemudian gue menerima balasan darinya...






Ya. Ia memang Ara yang dulu, hanya saja sekarang sudah besar. Dengan semangat gue langsung bercerita padanya betapa gue sangat mengidolakan serial "Keluarga Cemara". Nggak peduli akan dibalas atau nggak, gue hanya ingin bercerita. Gue sangat bahagia bertemu idola masa kecil meski hanya lewat Facebook. Dan ternyata Ninis (ia ingin dipanggil begitu) adalah gadis yang ramah, persis seperti Ara perannya dulu. Dengan baik hatinya ia memberi gue link Facebook Euis dan Agil supaya gue bisa menghubungi mereka.
Gue dan Ninis ternyata sangat cepat menjadi akrab, dalam beberapa jam percakapan kami sudah berubah keberbagai macam topik termasuk saling mengenalkan diri. Ninis meminta gue bercerita tentang tulisan-tulisan gue dan begitu juga sebaliknya, gue bertanya tentang kegiatannya sekarang.

Selama berhari-hari kami terus berkomunikasi via Facebook sampai Ninis mengejutkan gue dengan membeli novel perdana gue, "Waktu Aku sama Mika"! Ia berkata bahwa ia menyukai novel itu dan bertanya apa gue menerbitkan novel yang lain. Saat itu novel gue baru satu dan sedang dalam proses penulisan novel selanjutnya. Gue berjanji saat novel baru selesai akan langsung mengabarinya. Dan Ninis pun membalas pesan gue seperti ini, "Kak Indi ini nomor HP'ku, kalau nggak keberatan ngobrolnya lewat SMS saja, takutnya aku nggak buka Facebook".
Ain't she's so humble? :)

Bertahun berlalu, gue dan Ninis semakin saling mengenal. Kami saling bertukar pin BB dan mempunyai banyak cerita baru untuk saling diceritakan. Ninis sudah mempunyai tunangan, dan gue sudah menerbitkan novel ke dua. Kami sangat ingin sekali untuk bertemu secara langsung, tapi karena kami tinggal di 2 kota yang berbeda keinginan itu terasa sulit untuk diwujudkan.
Ninis sempat berkata bahwa jika kelak kami menikah dengan pasangan masing-masing, kami harus berjanji untuk saling mengundang dan datang meskipun tempatnya jauh. Gue rasa itu ide yang bagus karena itu bisa menjadi kesempatan yang baik untuk pertemuan pertama kami secara langsung.

Dan kesempatan itu akhirnya datang. Tanggal 10 Juni 2012 lalu Ninis menikah! Gue sangat bahagia untuknya dan mengucapkan selamat padanya via BBM. Gue memang berjanji akan datang jika ia menikah, tapi Ninis sangat mengerti jika ternyata gue nggak bisa datang karena jarak Bandung-Bogor cukup jauh. Gue memutuskan untuk memberinya sedikit kejutan, gue pergi ke Bogor pagi-pagi sekali untuk menghadiri pernikahannya. Di perjalanan gue baru sadar bahwa gue nggak membawa bedak dan make up lainnya. Wajah gue benar-benar polos dan sedikit berminyak. Tapi gue pikir daripada membuang waktu untuk kembali lagi ke rumah dan membawa itu semua, lebih baik gue teruskan perjalanan agar bisa datang tepat waktu :)

Akhirnya setelah perjalanan 4 jam yang melelahkan gue sampai di pernikahan Ninis. Nggak ada seorangpun yang gue kenal, gue benar-benar hanya datang untuk seorang teman yang belum pernah ditemui secara langsung :)
Dari atas pelaminan, Ninis yang sedang berfoto bersama beberapa kerabat ternyata mengenali gue. Ia melambaikan tangannya dan gue segera membalasnya dengan senyuman. Ia terlihat sangat cantik, berbeda tapi gurat-gurat Ara kecil masih terlihat di sana. Setelah menunggu sesi foto selesai gue langsung menghampirinya. Kami saling bertukar peluk dan cium lalu mengobrol sebentar. Sebentar, hanya sebentar tapi membuat gue begitu senang. I meet a friend and a childhood idol... :)

Ara kecil sudah besar :)

Suvenir dari pernikahan Ninis :) I love it!! :)

Pertemanan gue dengan Ninis begitu istimewa. Diawali dari sebuah serial kesukaan gue di masa kecil yang memberikan arti begitu dalam, lalu dilanjutkan dengan perkenalan mengejutkan yang membuat gue tahu bahwa tokoh Ara benar-benar nyata di dalam kepribadian Ninis. Ia begitu down to earth dan ramah persis seperti Ara. Untuk mengharapkan serial "Keluarga Cemara" kembali diputar atau seenggaknya ada serial yang hampir sebaik itu mungkin hampir nggak mungkin, tapi seenggaknya gue tahu bahwa orang-orang baik, orang-orang sederhana itu memang ada. Dan mengenal Ninis membuat gue semakin yakin akan itu :)
Oh, iya waktu novel ke 2 gue terbit ("Karena Cinta itu Sempurna"), Ninis menuliskan testimoninya untuk gue. Dan tahukan apa yang paling manis dan mengejutkan? Di akhir kalimatnya ia menulis seperti ini,
"Ka Indi... Terus berkarya yaa!! I'm a big fan of you".
Padahal seharusnya gue yang bilang begitu... :)




smile,
Indi

Contact me? HERE and HERE
_________________________________________________________________
nb: Berhubung account "Toko Kecil Indi" sudah full, untuk pemesanan baju/dress bisa melalui SMS ke 0818618363. Semua desain/model yang gue pakai di blog ini masih bisa dipesan (kecuali yang BUKAN buatan Toko Kecil Indi). Dan untuk sponsorship, bisa SMS di nomor yang sama. Terima kasih ;)


Viewing all articles
Browse latest Browse all 312

Trending Articles