Quantcast
Channel: Dunia Kecil Indi
Viewing all 312 articles
Browse latest View live

Ditodong Bernyanyi dan Bermain Ukulele di "Udah Gitu Aja" :D

$
0
0
Haloooo Dunia Kecil Indi! Masih adakah yang berkunjung ke sini? Hehehe :p
Lumayan lama juga ya gue nggak mampir, ---bahkan nggak blog walking mengunjungi blog teman-teman. Sedihnya, ini bukan karena gue sibuk, tapi karena... ehm, gue malas :p Bukan malas sama blognya, lho, tapi gue sedang malas in general. Sempat sakit 1 minggu plus cuaca Bandung yang adem-adem beku (hujan es melulu, dong) bikin gue rindu dengan tempat tidur setiap pulang bekerja. Plusnya gue jadi beristirahat dengan cukup, tapi minusnya jadi lumayan banyak hobi yang ditinggalkan (---kecuali hobi tidur, lol). Sekarang gue sudah jauh lebih fit, mudah-mudahan saja bisa kembali ke rutinitas yang seimbang, ---terutama antara pekerjaan, hobi dan waktu istirahat :)

Bulan kemarin banyak long weekendnya. Tapi bagi gue sih nggak terlalu berpengaruh karena pekerjaan formal gue yang sifatnya part time, hanya 4 hari dalam seminggu. Jadi di saat orang lain happy karena dapat libur ekstra, bagi gue rasanya sama karena di hari "normal" pun memang libur, hehehe. Nah, justru pas 1 Mei 2017 kemarin gue malah kebalikan dari orang kebanyakan. Di saat yang lain libur gue malah "back to work" dengan menjadi tamu di acara talk show. Proses undangannya cukup cepat. Berawal dari beberapa hari sebelumnya produser acara menghubungi gue dan menawari untuk menjadi bintang tamu di program barunya. Karena sebelumnya sudah pernah mengisi acara di stasiun TV yang sama jadi langsung gue iyakan. Rupanya memang cukup ngebut, keesokan harinya salah seorang dari tim kreatif langsung memberikan gue jadwal shootingnya!

Mungkin masih ada yang ingat kalau di tahun 2015 lalu gue diundang ke acara yang namanya "Saling Sharing"? Nah, kali ini gue diundang oleh stasiun yang sama, Inspira TV, hanya saja berbeda acara. Namanya "Udah Gitu Aja", sama-sama talk show tapi konsepnya komedi. By the way, sepertinya masih ada yang belum tahu tentang Inspira TV ya. Ini stasiun TV nasional, jadi bukan hanya bisa dinikmati di kota Bandung, tapi juga di kota-kota lain di Indonesia. Bedanya ini adalah channel TV digital bukan analog, jadi kita harus make sure dulu TV yang dipakai bisa mensupport (bisa dibaca di kardus TV nya). Selain itu Inspira TV juga bisa dinikmati di Ninmedia channel 29. Teman-teman sudah pakai TV digital belum, nih? :) 

Belajar dari pengalaman sebelumnya gue pun bertanya tentang dresscode untuk shooting nanti, apalagi acaranya live. Awalnya Reza, salah satu tim kreatif mengizinkan gue memakai dress selutut (---bukan di atas lutut ya, gue selalu make sure pakaian gue sopan). Tapi (lagi-lagi) hanya beberapa jam sebelum shooting keputusan diubah bahwa kaki gue harus tertutup! Aduh, rasanya kok seperti de javu, hahaha. Agak kesal juga sih, tapi syukurlah gue menemukan stocking lama di laci lemari dan dapat pinjaman blazer dari Ibu. Alasannya sih karena beberapa kru masih libur jadi keputusannya serba mendadak. (---Dan later ketika di studio gue jadi tahu kalau channel mereka memang berbasis islami). Tadinya gue mau protes karena di episode sebelumnya Mbak Polwan cantik yang jadi tamu roknya pendek bingits dan bajunya ketat. Tapi sudahlah, aturan pasti dibuat karena ada alasannya dan gue bukan rebel, hehehe. Disyukuri saja karena Ibu punya butik jadi urusan outfit bukan masalah besar :)

Shooting akan dimulai pukul 20.00 WIB, jadi gue dengan diantar Bapak berangkat pukul 19.00 WIB. Tadinya gue diundang untuk share tentang pengalaman menulis saja, tapi setelah produsernya tahu kalau gue juga pemain ukulele (amatir, lol), gue pun diminta untuk membawa serta salah satu ukulele gue. Wah, bakal jadi pengalaman pertama bermain musik live di TV nih. Sebelumnya sudah pernah ketika di Net TV dan TV One, tapi keduanya tapping :D Lokasi shooting kali ini berbeda dengan sebelumnya yang di sebuah kafe, kami diminta untuk datang langsung ke studio Inspira TV. Karena sudah malam dan baru pertama kali, Bapak sempat bingung dengan rutenya. Syukurlah lalu lintas sedang nggak macet dan meskipun studionya nggak terletak di jalan utama tapi ada sign yang cukup terang. Kami pun tiba tepat waktu. Hore! Hehehe.

Sepanjang pengalaman gue mengisi acara (di TV), baru kali ini shooting nya dimulai tanpa basa-basi. Jangankan di makeup oleh makeup artist, diminta untuk rapi-rapi pun nggak. Jadi begitu tiba langsung diminta naik ke lantai 2 (sepertinya ruang kontrol?), baru ketika segment gue hampir dimulai gue diminta untuk masuk ke studio yang berada di lantai 3, hehehe. Positifnya gue jadi nggak sempat deg-degan ---dan akhirnya ada juga TV yang no-problemo dengan gue yang bedakan saja malas :D Gue baru dibriefing saat jeda iklan, termasuk baru ditanya tentang lagu apa yang akan gue bawakan. Tanpa ragu gue langsung menjawab, "Under the Bridge dari Red Hot Chili Peppers!" Hehehe, kalau live begini kan sudah nggak mungkin ditolak, ---kapan lagi bisa membawakan lagu idola :p Karena di sana ada pemain keyboard, gue pun nggak menolak tawarannya untuk mengiringi suara dan permainan ukulele gue. Ini adalah pengalaman pertama, gue jadi super excited! :)



Host "Udah Gitu Aja" ada 2 orang, Danu dan Mike. Mereka super kocak dan lincah, ---saking lincahnya gue khawatir studio mini tempat kami shooting akan rubuh karena mereka berlari kesana kemari saat jeda iklan, hahaha. Meski begitu mereka juga ramah dan sopan. Setelah berkenalan sebentar segment gue pun dimulai dengan membawakan lagu yang sudah direncanakan. Ya... not bad lah untuk ukuran tanpa rehearsal, hehehe. Lagunya jadi terdengar lebih fresh dengan alunan keyboard. Beruntung Bapak sempat merekam moment pertama gue membawakan lagu idola di TV dengan kameranya :)) Setelah itu kedua host langsung masuk dan mulai berbasa-basi dengan gue. Senangnya, Mike pernah menonton film MIKA beberapa waktu lalu, jadi percakapan kami terasa lebih hidup. Gue memang selalu mengirimkan profile terlebih dahulu jika diundang menjadi tamu, karena info tentang gue tentu nggak semua tersedia di google (---kecuali kalau gue Beyonce, hehehe). Tapi jika host nya benar-benar tahu karya gue rasanya jadi lebih menyenangkan.



Setelah jeda iklan berikutnya gue diajak main game. Sebenarnya sih gamenya super simple, gue dan Mike hanya diminta untuk menebak kata yang Danu ucapkan tanpa suara lalu ditulis di selembar kertas. Tapi memang dasar Danu super kocak, gue pun tertawa sampai sakit perut, hahaha. Game ini gue yang menang, ---tapi gue yakin Mike memang sengaja mengalah. Yang asyik dari acara ini meski konsepnya komedi tapi pertanyaan yang diajukan tetap serius. Misalnya tentang upcoming project gue dan tips menulis. Mereka juga sempat membacakan beberapa fakta tentang film MIKA yang membuktikan bahwa tim kreatif melakukan sedikit research sebelumnya. Mungkin kita sebagai penonton akan berkomentar bahwa,'apa susahnya memang dengan mencari tahu?' ---karena zaman sekarang apa-apa tinggal googling. Tapi trust me, masih banyak lho acara TV yang sepertinya malaaaas banget cari tahu tentang tamunya :) 



Segment gue berlangsung selama 1 jam, tapi waktu rasanya cepat sekali berlalu karena meski saat jeda karakter Danu dan Mike sama sekali nggak berubah. Kami asyik mengobrol dan sesekali kru mengajak berfoto bersama. Too bad memory kamera gue habis karena Bapak terlalu semangat merekam aksi gue, hahaha. Untung saja ada Instagram, jadi gue bisa mendapat beberapa dokumentasinya meski resolusinya nggak terlalu besar :) Waktu segment gue ditutup rupanya ada permintaan khusus dari produser agar gue bernyanyi lagi. Ya, ampun spontan sekali acaranya, hahaha. Yang terlintas di kepala gue lagunya Princess Chelsea yang berjudul "Goodnight Little Robot Child", langsung saja gue nyanyikan. Sempat lupa awalnya karena celetukan-celetukan si duo konyol, tapi untung hanya beberapa detik saja, hahaha.

Gue dan Bapak nggak langsung pulang, tapi kami stay sampai 1 jam kemudian alias sampai acara habis. Meski cuma jadi penonton tapi gue nggak bosan karena ketawa-ketawa terus :p Setelah itu kami pamit pulang karena sudah larut dan besoknya gue harus kembali bekerja (---pekerjaan formal maksudnya, kalau "kerja" mah kan setiap hari, hehehe)
Gue bersyukur pengalaman pertama mengisi acara live berlangsung super seru. Gue pikir pressure nya bakal lebih besar daripada tapping, tapi rupanya gue malah lebih santai. Pernah lho gue screen test buat salah satu acara bakat di TV, cuma ditonton sama segerintil kru tapi nervousnya malah luar biasa, lol. Minusnya dari live show gue jadi nggak bisa nonton diri sendiri di TV, ---kecuali kalau ada yang upload ke YouTube. Ya, doakan saja episode gue cukup okay untuk di upload di account official mereka, ya, hehehe. 
Begitu deh pengalaman gue bekerja di hari libur kemarin. Kalau teman-teman bagaimana? Menikmati liburan atau ada pekerjaan tak terduga juga? ;)

Nonton behind the scene "Under the Bridge" di sini, ya :)


yang maksa mau nyanyi lagu RHCP,

Indi

My Puppy is 8 Years Old! OMG! :D

$
0
0
Entah waktu yang benar-benar cepat berlalu atau gue yang terlalu enjoy sama hidup, ya... Rasanya baru banget gue cerita tentang ulang tahun Eris yang ke 7, eh sekarang dia sudah 8 tahun aja, huaaaa *kagetplusterharu :')
Tapi banyaknya hal yang terjadi sama hidup gue belakangan (lol) juga bisa jadi alasan kenapa semuanya jadi terasa cepat. Salah satunya saja 3 minggu belakangan gue terkena infeksi mata yang cukup parah. Doctor visit, ke optik, pakai obat ini-itu... dan tahu-tahu saja, boom! ---sudah tanggal 22 Mei 2017! :O Padahal awalnya gue merasa punya cukup waktu untuk menyiapkan proper birthday celebration buat Eris, tapi pada kenyataannya cuma bisa super sederhana, hahaha. Yah, gimana dong... untuk keluar rumah saja mata gue masih sensitif bukan main. Dan yang juga nggak kalah berpengaruh, ---dompet gue ikut terkuras karena biaya dokternya cukup mahal! Maaf ya, Eris :p

Gue selalu berusaha membuat 'perayaan' ketika ada hewan peliharaan yang berulang tahun, ---meskipun itu hanya sederhana. Karena menurut gue every life's matter, termasuk mereka. Seenggaknya ada moment satu kali dalam setahun dimana gue bisa tunjukan pada mereka betapa berartinya mereka untuk hidup gue. Sebelum Eris ada Veggie, anjing golden retriever cerdas-cantik yang sayangnya harus pergi sebelum usianya mencapai 7 tahun. Ia dulu mengidap epilepsi, ---setiap hari dengannya adalah berkah dan membawa kebagiaan. Karena gue "tahu" waktu kami untuk bersama nggak akan lama, gue selalu berusaha membuat hari-hari kami memorable terutama di saat berulang tahun. Entahlah, gue merasa lebih nyaman ketika melakukannya. Mungkin dengan "merayakan hidup" gue seperti diterapi agar lebih mudah melepaskan ketika Veggie benar-benar harus pergi.

Meski begitu gue tetap merasa patah hati. Selama seminggu setelah kepergiannya gue menangis hampir sepanjang hari. Untuk mengobati gue melihat foto-foto Veggie sambil mengingat kenangan-kenangan manis bersamanya. Dan kehadiran Eris yang nggak terduga ternyata juga salah satu penyembuh yang paling ampuh. Gue merasa harus kembali membuka hati dan nggak menyia-nyiakan rasa sayang gue dengan memberikannya pada Eris. Ya, kekuatan dari making memory bersama Veggie dan kehadiran Eris lah yang menyembuhkan gue :) Itulah kenapa gue sangat berusaha untuk melakukan hal yang istimewa di ulang tahun Eris, ---meskipun kesehatan gue sedang menurun. Karena tanpanya mungkin sampai sekarang pun gue masih akan merasa setengah patah hati, hehehe ;)


Begitu sadar kalau sudah tanggal 22, gue langsung membuka lemari es dengan harapan ada sesuatu yang bisa dijadikan bahan untuk membuat kue. Ada telur, ---wah, lucky, berhubung gue vegan sepertinya ini punya Ibu dan Bapak. Juga ada strawberry yang dipetik dari rumah Tante. Setelah berpikir secara kilat gue langsung minta Bapak untuk membelikan buah pisang. Ya, ampun gue merasa helpless. Masa cuma ke mini market saja gue harus minta tolong, hahaha :D (habis ngetik kalimat ini gue langsung pakai obat tetes mata, lol). 
Gue pernah melihat resep kue ulang tahun untuk anjing di YouTube dan pernah gue praktekkan tahun kemarin. Sayang hasilnya terlalu kecil dan kurang nge-blend. Bagi Eris sih itu nggak masalah, karena dia memang hobi makan. Tapi gue tetap berharap kali ini hasilnya lebih baik daripada tahun kemarin biar happy nya Eris jadi berkali-kali lipat.

Belajar dari kesalahan tahun kemarin, kali ini gue lumatkan pisang dengan garpu agar lebih mudah ketika dicampurkan dengan telur. Melihat bentuknya sebelum dimasukkan ke microwave gue merasa super PD akan berhasil. Tapi ternyata... failed! Ini karena Bapak kasih tips super iseng agar gue menambahkan tepung beras ke adonannya, hahaha. Akhirnya setelah sedikit ngambek sama beliau (just kidding, hehe), gue bikin lagi dari awal dan... BERHASIL! Yay, gue bangga sekali sama hasilnya. Tahun lalu waktu gue masih vegetarian (masih makan telur) gue icip-icip kuenya Eris dan ternyata rasanya enaaaaak. Mirip pancake! Resep kue ini simple banget, tapi efektif. Soalnya bisa dinikmati oleh anjing dan pawrent nya sekaligus, hihihi. By the way, in case di antara kalian yang membaca mau re-create resep ini, boleh banget lho. Nih, gue share step by stepnya :)

Bahan-bahan:
~ 2 buah pisang.
~ 2 butir telur.
~ 1 buah strawberry.
~ 1 sendok makan air matang.

Cara membuat:
~ Lumatkan pisang sampai halus lalu campurkan dengan telur yang sudah dikocok.
~ Masukkan air dan aduk rata.
~ Panaskan di microwave suhu tinggi selama 5 menit.
~ Setelah agak dingin olesi bagian atas kue dengan stawberry yang sudah direndam air panas dan dilumatkan. Jadi kaya semacam homemade jam gitu deh, hehehe.


Selama ini gue hanya pernah memberi Eris kue buatan toko (khusus anjing) satu kali saja. Bentuknya memang keren, tapi gue khawatir ada bahan-bahan yang nggak terlalu baik untuk tubuhnya. Selain itu usia Eris juga sudah tua (---ah, tapi bagi gue dia tetap puppy, hehehe), jadi akan lebih baik kalau apa yang masuk ke perutnya adalah bahan-bahan yang gue kenal betul. Pisang baik untuk sumber potasium dan karbohidrat bagi anjing. Sedangkan strawberry, selain rasanya enak juga kaya vitamin C. Satu atau dua buah jadi jumlah yang oke untuk camilan. Asal jangan stawberry kalengan saja karena biasanya mengandung sirup gula :O Nah, kalau dari bahan-bahannya sih sudah oke. Tapi tes kesuksesan kue ini adalah apakah Eris akan menyukainya? :D

Nggak ada dress baru buat Eris, ---kadonya pun mungkin akan menyusul atau bahkan nggak sama sekali, hehehe. Gue dan Bapak cuma menempel tulisan "happy birthday" di dinding dan nyanyi-nyanyi random (Eris mana peduli, lol). Lalu gue potong kuenya jadi 4 bagian dan langsung diberikan pada Eris. No candle this year karena yang sudah-sudah Eris malah mau gigit lilinnya :p 1... 2... 3... the moment of truth. Hap! Ternyata Eris menyukainya! Dalam hitungan detik kuanya langsung habis, jadi nggak sempat divideokan, hahaha. Padahal ukurannya lumayan besar, lho, ---dicetak pakai mangkuk yang biasa buat mie itu. Melihat Eris suka dengan kue buatan gue bikin super happy. Terharu deh, hal yang sesederhana ini saja bisa bikin Eris excited. Ah, gue harus belajar banyak dari Eris :'D


I'm blessed to have her. Nggak bosan-bosan gue bilang begitu (---tapi yang baca di sini mungkin bosan, hehehe). Karena kenyataannya memang begitu. Eris mengajarkan gue untuk selalu excited dengan hal-hal kecil, untuk bersabar seperti saat gue sedikit memberinya makan, untuk tetap percaya dan menghormati, meski terkadang gue "marah" karena ia membandel. Semoga akan ada ulang tahun-ulang tahun berikunya lagi dengannya. Semoga selama apapun sisa hidup yang ia miliki gue bisa memberikannya kebahagiaan dan ia diberkahi dengan kesehatan. Amen... :) Ah, gue jadi pengen cepat-cepat menyelesaikan tulisan ini. Sekarang gue mau nyusul Eris saja di pojokan dekat pintu dan usel-usel wajahnya yang mungil, hihihi :)

cheers,

Indi

nb: Selamat menunaikan ibadah puasa. Maafkan segala kesalahan gue ya, baik di lisan ataupun tulisan :) Bulan puasa identik dengan petasan. Di daerah gue mulai ramai dan bikin Eris panik. Just a friendly reminder, kalau mau main petasan jangan di dekat binatang ya karena telinga mereka super sensitif. Dan untuk para pawrents, yuk peluk si kesayangan supaya nggak panik dan tetap nyaman. Semoga di bulan yang suci ini damai-damai saja ya. Mending juga makan kolak daripada main petasan :p

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Cerita Juni: Ulang Tahun, Lagu Baru dan "Show Mini" :D

$
0
0
Halooooooo... Masih adakah yang mampir di sini? Hehehe, semoga saja ada ya. It's been awhile gue nggak cerita-cerita sama kalian. Padahal baru di dua post sebelumnya ya gue bertanya hal yang sama, ---dan itu sudah lebih dari 1 bulan yang lalu! Geez xD Tapi kali ini alasannya bukan malas. Malah faktanya belakangan gue sedang semangat-semangatnya karena banyak hal baru yang gue lakukan. Terutama gue sedang mengeksplor kemampuan bermusik. Karena meskipun gue jadi anggota choir selama 5 tahun, belum pernah sekalipun gue "dilirik" sama pelatih. Kehadiran gue hanya sebatas antara ada dan tiada, ---alias nggak terlalu dibutuhkan, tapi kalau gue nggak ada juga kadang dicariin :p Gue justru baru tahu kalau gue "bisa" bermusik setelah off dari choir. Tanpa bayang-bayang puluhan teman di choir ternyata gue lebih percaya diri dan bisa menunjukkan warna gue yang sesungguhnya. Tapi bukan berarti gue stop menjadi penulis ya, karena menurut gue musik sama saja dengan menulis. Bedanya saat bercerita gue harus menambahkan melody :) Selain itu yang membuat gue absen dari dunia kecil ini adalah karena so much thing going on belakangan. Dari mulai hal-hal yang bikin happy sampai hal-hal yang bikin hati gue sedikit kosong (eg. ada seorang sahabat yang meninggal dunia, juga ada seorang sahabat yang baru pindah jadi komunikasi dibatasi dulu). Sekarang gue akan mencoba mencicil menceritakan apa saja yang terlewat. Dan akan dimulai oleh 2 moment yang menurut gue paling berharga diantara semuanya, yaitu: Ulang tahun gue dan pengamalan membuat jingle sebuah preschool. How cool is that? Hehehe :p

1. Kejutan Ulang Tahun dimana Keluarga went Vegan for a Day dan Lagu Baru!
Kalau sering mampir ke sini pasti sudah hapal banget sama ke-exited-an gue setiap berulang tahun. Tapi tahun ini ada yang beda karena bertepatan dengan bulan puasa. Awalnya gue mau mengundang beberapa teman untuk berbuka bersama, tapi setelah dipikir rasanya kurang bijak karena pulangnya bisa terlalu malam dan mereka jadi skip ibadah :( Jadi gue putuskan saja tahun ini tanpa perayaan dan gue jalani hari gue seperti biasa. Tapi rupanya orang-orang di sekitar gue nggak membiarkan hari istimewa gue berlalu begitu saja. Begitu tiba di tempat bekerja lampu kelas gue mati, dan begitu dinyalakan gue lihat note yang berisi birthday wishes lengkap dengan gambar Hello Kitty! Ya, ampun, rupanya itu surprise dari Miss. Rifa, partner sekaligus sahabat gue sejak tahun 2012. Rasanya terharuuuuu sekali. Sampai-sampai note nya gue keep dan dipajang di kamar, hahaha :D Miss. Rifa bilang sih gue berlebihan karena itu cuma surprise kecil, tapi menurut gue saat seseorang mengingat moment istimewa seperti ini, ---it's beyond precious! :) 

Gue nggak berharap hadiah apa-apa lagi, note dari Miss. Rifa sukses membuat gue ekstra happy saat bekerja. But, there's another surprise! Waktu gue ambil handphone di loker ada pesan dari ipar gue, katanya, "Kak, kata Ibu pulang kerja mau makan dimana? Kita makan sama-sama, Kakak pilih tempat makan vegan saja." Waaaa, saking happy nya gue sampai baca berkali-kali dan malah lupa untuk balas pesannya, hehehe. Setepat waktu mungkin gue meninggalkan tempat bekerja dan pulang ke rumah karena tahu pasti butuh waktu untuk berganti pakaian dan ---minimal cuci muka. Tapi, lagi-lagi, saat pulang ke rumah ada kejutan! Dan ini datang dari seseorang yang nggak gue duga!

Mungkin ada yang masih ingat kalau tahun lalu gue berkolaborasi dengan Shane Combs, musisi asal Amerika (lihat kolaborasi kami di sini). Nah, siapa sangka hubungan yang awalnya idola dan penggemar itu berubah menjadi persahabatan. Gue nggak bisa cerita gimana awalnya sih, it just happen to be. Rupanya gue dan Shane itu berulang tahun di waktu yang hanya terpaut 10 hari! Kami sebelumnya sudah sering bicara tentang betapa kerennya menjadi "Gemini fella" (plus sama Eris juga sih, anjing gue, lol) dan berencana untuk membuat sesuatu lagi bersama, tapi berhubung Shane akan pindah ke California gue jadi pesimis dengan rencana itu :( Entah dapat wangsit darimana rupanya Shane memutuskan untuk menyelesaikan project ulang tahun kami sebelum tanggal 8 Juni berakhir a.k.a di hari ulang tahun gue. Jadilah kami ngebut mengerjakannya BEBERAPA MENIT saja begitu gue tiba di rumah. Thanks to technology, kami menggunakan video call untuk berkomunikasi dan itu memakan waktu kurang lebih 3 jam. Pantat gue sampai kram rasanya karena duduk di lantai sementara kabel charger menempel terus-terusan di handphone. Well, it's kinda dangerous, tapi berhubung perasaan gue lagi campur-campur antara excited pengen cepat menyelesaikan lagu, mellow karena bakal ditinggal (kami kan tergantung WIFI, lol) sama mood pengen becanda melulu, bikin gue jadi "betah" dengan posisi ekstrim begitu. Telepon baru selesai setelah Ibu terus-terusan nongol di kamar untuk "mengingatkan" secara halus kalau kami mau makan malam bersama, hahaha. Gagal lah rencana gue untuk cuci muka dulu sebelum pergi :p

Lagu yang kami buat sebenarnya nggak 100% baru. Lirik dan melody nya gue tulis sekitar 8 bulan yang lalu. Waktu itu Shane langsung suka dan ingin memainkannya. Tapi berhubung lagunya super girly gue jadi nggak tega kalau melibatkan sahabat laki-laki gue itu, lol. Tapi ternyata Shane benar-benar menyukainya, jadi ia membuat aransemen baru plus kami juga tambahkan sedikit bagian dari lagu "All You Need is Love" nya The Beatles sebagai tribute to the band ---dan juga karena Shane mengidolakan mereka. Lagu yang kami buat sebagai hadiah ulang tahun kami (aneh nggak sih kalimatnya, hehe) itu berjudul "One Day" dan bisa didengar di sini. Gue sih suka banget sama hasilnya. ---Bukannya narsis lho, gue hanya bangga karena finally ada orang yang bisa merealisasikan musik yang ada di kepala gue. ---Karena dengan kemampuan bermusik gue yang masih terbatas, normally semua ini hanya bisa diimajinasikan saja. Semoga kalian juga enjoy dengan musik kami, ya :)

Dengar lagu gue dan Shane di sini. Pakai headphones akan lebih maksimal! :)


Akhirnya setelah terburu-buru ganti baju dan sedikit ditegur karena video call terlalu lama (---padahal anaknya sedang berkarya lho, Ibu, Bapak, hehe) kami (gue, ortu, Nenek, Ipar dan si Ali Connolly) berangkat juga untuk makan malam. Karena gue diizinkan untuk memilih tempat, langsung saja gue menyebut "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir", restoran vegan yang selalu jadi favorite gue bahkan semenjak gue masih jadi pesco-vegetarian :) Bisa diduga, tempatnya penuuuh sekali begitu kami tiba. Tapi berhubung ini ulang tahun gue jadi nggak ada yang tega untuk menyalahkan gue :p Lagipula late dinner nya jadi terobati dengan kearakraban kami. Plus keluarga gue ternyata menikmati menu vegan dan amaze sama "daging palsu" yang mereka makan, hahaha. Well, gue sih nggak berharap mereka jadi vegan apalagi di dekat-dekat hari Lebaran seperti ini, tapi melihat mereka enjoy dan bilang kalau akan mampir ke sini lagi juga bikin gue happyyyy :D



Kesannya repetitif, tapi memang setiap ulang tahun gue selalu bilang kalau ini adalah "best birthday" karena begitu kenyataannya. Tuhan maha baik dan maha adil. Tahun lalu gue kehilangan orang yang gue sayangi dan tahun ini "diganti" dengan kehadiran seorang sahabat baru, sahabat lama dan keluarga yang super-super gue cintai. I'm blessed, ---rasanya "malu" jika gue meminta lebih. Gue berjanji akan menjadi orang yang lebih baik agar pantas mendapatkan apa yang sudah dan kelak gue dapatkan di masa depan :) 

2. Terlibat di Pembuatan Jingle Sebuah Preschool dan Tampil di Hadapan Oompa-Loompa.
Seperti yang gue bilang sebelumnya kalau gue sedang mengeksplor kemampuan bermusik. Nah, ini sepertinya membuat gue sedikit nekad, lol. Di awal bulan Juni bos gue bertanya apakah ada diantara employees nya yang bisa membuat lagu untuk preschoolnya. Jadi liriknya sudah ada, tapi belum ada melody. Entahlah dapat keberanian darimana dengan PD nya gue bilang, "Sini sama aku saja, deh. Aku bisa bikin lagu." Dan.... setelahnya gue kaget dengan jawaban yang keluar dari mulut sendiri, hahaha. Pengalaman gue membuat lagu hanya sebatas have fun untuk disimpan di laptop dan beberapa saja yang diupload ke YouTube. Jadi bisa dibayangkan dong betapa blank nya gue :'D Tapi berhubung sudah sok cool, gue bawa liriknya ke rumah dan baru galau setelah malam datang.

Sempat terpikir untuk curang, pakai melody yang sudah ada atau minta dibuatkan Shane. Tapi waktu gue tanya ia apakah bisa membuat lagu anak-anak jawabannya hanya,"What??", hahahaha. Jadilah gue langsung mengalihkan pembicaraan dan bilang, "Never mind" :'D Akhirnya gue humming saja liriknya dan biarkan jari-jari gue bergerak memetik ukulele. It's miracle! Hanya dalam waktu 5 menit lagunya selesai! Gue nggak yakin dengan reaksi bos gue sih, soalnya gue juga nggak ngerti "standar jingle" itu gimana. Tapi sambil tutup mata dan deg-degan (---eh, ngintip dikit sih) gue kirim lagunya melalui whatsapp. It was so rough, ada suara berdehem di awal dan tanpa mixing. Satu menit... dua menit gue menunggu dan akhirnya ada jawaban. Lagu gue langsung di approve! OH, MY GOD!!! Aneh sih, tapi gue syukuri saja. Mungkin bos gue selaranya random, hahahaha *sujud syukur*

Tapi kejutan besarnya justru ada di acara puncak alias school leavers nya preschool. Gue diminta untuk membawakan lagunya di atas panggung! Ahahahaha, antara excited sama geli sih ini namanya :D Sudah pasti ada beberapa teman yang menggoda gue. Dari mulai dipanggil "Maria"(itu lho, tokoh di Sounds of Music yang mengajarkan bocah-bocah bernyanyi) sampai dibilang kalau gue akan perform di hadapan Oopa Loompa :'D Terlanjur sudah nekad mengiyakan bikin lagu, gue iyakan lagi saja permintaan untuk tampilnya. Ini memang bukan pertama kalinya gue perform di depan umum, sebelumnya pernah di tiga stasiun TV nasional dan beberapa kali di kalangan "terbatas". Tapi di depan anak-anak dan orangtua murid? Oh, no, ini bakal jadi moment pertama kali xD



Satu minggu sebelum acara gue sempat gladiresik dan bikin gue geli segelinya karena lagu gue diputar di playground. Bayangkan saja, mendengar suara sendiri saat bekerja itu kan awkward banget, hahaha. Tapi gue tetap berusaha profesional, ---gelinya ditahan dulu sampai waktu bekerja selesai. Dan gue juga ingin penampilan gue di hari H maksimal. Jadi segala silly thought itu harus disingkirkan dulu :) Gue berlatih saat gladiresik juga di rumah, ---bahkan untuk outfitnya pun gue siapkan. Thank God, penampilan perdana gue di preschool berjalan lancar. Meski gue sudah "tahu", tapi nggak bosan-bosannya gue mengingatkan diri sendiri untuk menganggap semua pekerjaan serius. Besar kecilnya panggung, sedikit banyaknya audiences sama sekali nggak boleh mempengaruhi penampilan gue. I just want to do my best :)

Well... itulah dua moment yang sangat berkesan buat gue di bulan Juni. Sebentar lagi bulan akan berganti dan gue masih belum tahu apa yang sudah menanti. Yang pasti gue akan menjalani hari sebaik mungkin, dan sisanya gue serahkan pada Tuhan :) Oh iya, besok sudah hari Lebaran, nih. Mohon maaf lahir dan batin, ya. Nanti akan gue usahakan untuk bersilaturahmi ke blog teman-teman. Sampai ketemu! :)

that ukulele girl,

Indi

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Jadi Top 175 di Musik+ Festival! Indi Ngapain Ya? :D

$
0
0
Halooooo, ada orang di sana? Hahaha, mungkin ada beberapa dari kalian yang notice kalau blog gue sempat “bersembunyi”. Well, at least gue menerima sekitar 10 private message yang isinya menanyakan tentang keberadaan dunia kecil gue ini. Ada yang mengira kalau gue menghapusnya, dan ada juga yang mengira kalau gue blocked beberapa pembaca. Padahal sebenarnya nggak, kok. Blog gue masih ada, tapi ada beberapa ‘perbaikan’ yang perlu gue lakukan di sini. Dan di saat yang bersamaan gue juga sedang ada health problem yang perlu penanganan serius (don’t worry, I’ll be fine), jadi sekalian saja gue liburan dulu. As I type this, gue sedang duduk di sebuah rumah di luar kota dengan cuaca yang super panas, hihihi. Mohon doa dari teman-teman supaya gue cepat pulih baik secara fisik maupun mental. Amen! :D

Gue akui, belakangan untuk melakukan daily routine terasa lebih menantang. Tapi ini nggak menghentikan gue dari (berusaha) berkarya, kok. Bukannya sok kuat, tapi terus berusaha aktif (asalkan nggak kelewat batas) di saat kondisi menurut justru membuat pikiran gue teralihkan dan lebih positif :) Salah satunya dengan mengikuti Musik+ Festival 2017. Gue sudah mendaftar sejak bulan Agustus lalu, ---di saat kondisi gue mulai menurun.  Tadinya gue nggak yakin untuk melanjutkan dan sudah bersiap untuk mengundurkan diri. Tapi di bulan September gue mendapat kabar kalau gue masuk ke dalam 175 besar dari ribuan pendaftar! Mau mundur rasanya jadi sayang, dan sepertinya ini adalah kesempatan yang bagus untuk menambah pengalaman dan tentu, untuk bertemu teman-teman baru :)

Teman-teman sudah tahu belum sih tentang ajang musik ini? Kalau sudah, kalian bisa skip part ini. Tapi kalau belum, silakan lanjutkan baca, hihihi. Musik+ Festival ini adalah ajang yang diadakan oleh Inspira TV (yang sudah pakai TV digital pasti tahu channel ini). Konsepnya berbeda dengan ajang pencarian bakat yang sudah-sudah. Goal mereka bukan hanya menghibur, tapi juga menginspirasi. Atau, dikutip dari situs mereka;
“Musik plus adalah musik yang mengandung muatan positif yang mencerahkan, memotivasi dan menginspirasi. Musik plus tidak dibatasi oleh genre. Semua jenis musik dapat menjadi musik plus selama memiliki makna yang inspiratif dan positif. Dengan musik plus hiburan menjadi lebih bermakna.”
Keren dan berbeda, kan? Nah, lagu yang dibawakan juga bebas, boleh ciptaan sendiri atau lagu orang lain. Akan mendatkan nilai plus jika lagunya berbahasa Indonesia. Lalu bagaimana dengan gue yang lagu-lagunya (sok) English semua? :p

Memang kalau sudah “harusnya begitu” Tuhan pasti kasih jalan. Saat mengikuti audisi online tadinya gue mau mengirimkan lagu berbahasa Inggris. Tapi sepupu gue yang berusia 10 tahun menyarankan lagu lain. Rupanya ia menyukai lagu “Hey Girls Hey Boys” yang gue ciptakan tahun lalu dalam rangka World Disability Day. Agak ragu, karena lagu itu super sederhana dan nggak “komersil” (waktu gue upload di YouTube viewers nya jauh di bawah video-video gue yang lain, nggak sampai 300 viewers!). Sepupu gue bilang lagunya enak dan ada pesan moralnya, hahaha. Karena ingin membuat dia senang (toh gue nggak yakin-yakin amat bakal lolos), gue iyakan saja permintaannya. Gue pikir, ya sudah ini satu-satunya lagu ciptaan gue yang berbahasa Indonesia dan dalam kondisi seperti ini  agak “ribet” jika harus membuat lagu yang baru. Whatever will be, will be, deh. Yang penting gue mengirimkan karya yang original :D

Dan… siapa yang menyangka bahwa gue terpilih sebagai salah satu dari top 175! Gue sendiri bahkan nyaris lupa kalau sempat mengikuti audisi. Maklum saja karena gue baru dihubungi (TENGAH MALAM) di tanggal 29 September lalu, ---been a month sejak gue mengirimkan lagunya. Gue langsung memberi tahu Bapak dan bertanya apa gue boleh mengikuti technical meeting di besok siangnya. Kami berpikir agak lama. Karena selain kondisi gue, Ibu juga baru selesai dirawat inap, dan keponakan gue pun sedang dalam kondisi gawat di Rumah sakit. Tapi Bapak menyarankan gue buat go for it, katanya ini bakal jadi pengalaman berharga dan kalau nggak mencoba gue nggak akan tahu sejauh mana kemampuan gue. Ya sudah gue bulatkan tekad untuk terus maju meskipun sahabat gue yang musisi “idealis” heran kenapa gue mau ikutan ajang seperti ini, lol. 

Selesai Technical Meeting di De Majestic, Bandung.

Technical meeting diadakan di gedung De Majestic, Jl. Braga no. 1 Bandung. Ini adalah kawasan pejalan kaki alias pedestrian, ---jadi untuk parkir susaaah sekali karena lahannya hanya sedikit. Gue datang terlambat karena kabar yang diterima begitu mendadak. Syukurlah gue masih sempat mendengar informasi penting untuk shooting taping keesokan harinya. Poin pentingnya sih hanya diingatkan untuk berpakaian sopan, lagu berbahasa Indonesia lebih disukai dan untuk datang tepat waktu. Lucunya ada beberapa kru Inspira TV yang mengingat gue, mungkin karena pernah dua kali mengisi acara di sana. Tapi dengan sesama peserta malah awkward. Gue mencoba berkenalan dengan laki-laki yang duduk di samping gue, tapi dia jutek maksimal, hahaha. Mungkin disangkanya gue naksir dia kali, ya? :p Uh, the problem with being too friendly. *palm face.

Sampai di rumah gue nggak bisa langsung istirahat karena belum ada ide lagu apa yang akan gue nyanyikan untuk shooting taping keesokan harinya. Lagu One Day(lagu ciptaan gue) memang bermain terus di dalam kepala gue. But I’m not sure… karena liriknya berbahasa Inggris. Dan akhirnya, karena malam semakin larut gue putuskan saja untuk mengubah sebagian liriknya ke dalam Bahasa Indonesia, hahaha. Jadi terdengar janggal sih, tapi setelah gue ulang-ulang wasn’t that bad kayaknya :p By the way, shooting taping ini untuk ditayangkan di Inspira TV sekaligus untuk ditonton oleh para juri. Dari top 175 ini kami akan disaring kembali menjadi top 10. Yup, hanya 10 orang dari seluruh Indonesia! Bikin gue cukup deg-degan sih. Tapi gue tetap berusaha istirahat karena nervous plus kurang tidur pasti bukan perpaduan yang bagus.

Gue termasuk awal waktu mendaftar, makanya dapat nomor 71 ;)
Di depan gedung De Majestic sebelum shooting dimulai.

Tanggal 31 September, shooting diadakan di tempat yang sama dengan technical meeting. Dan perkara mencari tempat parkir jadi jauuuuuuuuh lebih sulit daripada sebelumnya. Mungkin karena setiap peserta boleh membawa 10 orang supporter jadi mereka membutuhkan banyak lahan. Kalau gue sih cuma datang bersama Bapak dan Tante (hiks, lol). Kami parkir di tempat yang cukup jauh, kira-kira 7 menit berjalan kaki, ---itu pun kalau kami setengah berlari, hihihi. Tapi untung saja gue tetap datang on time, bahkan masih punya waktu sekitar 2 jam sebelum shooting dimulai. Kami langsung memilih gue duduk dipaling depan. Alasannya agar akses gue untuk ke toilet dan belakang panggung lebih mudah (tahu dong kalau orang sedang nervous bagaimana). Nggak ada wajah familiar yang gue lihat (kecuali kru-krunya of course), tapi as always gue tetap berusaha untuk ramah pada semuanya dan berusaha cuek kalau ada yang jutek :p Selama menunggu gue nggak melakukan banyak hal, paling hanya berlatih sesekali, mengobrol dengan Bapak dan Iie. Yang paling jauh, gue cuma jalan ke café sebelah untuk membeli minuman es cokelat. Yang mana langsung membuat gue ditegur Bapak karena dikhawatirkan akan merusak suara gue. (No worry Pak, suara anakmu ini biasanya juga fals. Serak sedikit orang nggak akan notice perbedaannya, hahaha).

Dan akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Seluruh peserta diminta untuk naik ke belakang panggung. Surprise… surprise… gue mendapat giliran yang pertama! Well, seharusnya sih nomor 2, tapi karena ada salah satu peserta yang belum siap, jadilah gue yang menggantikan. Cengar-cengir gue makin menjadi, ---kebiasaan kalau sedang nervous, lol. Dari atas panggung semuanya terlihat gelap, mungkin karena lampu sorotnya hanya mengarah ke panggung. Tapi gue stay cool, pura-pura bisa melihat dan melambaikan tangan ke arah yang kira-kira tempat Bapak dan Tante duduk, hahaha. Sebelum mulai bernyanyi ternyata ada sedikit interview dulu dari hosts nya. Aww, mereka mengenal gue sebagai penulis novel dan Indi yang menginspirasi film Mika. Jadi malu-malu kucing, deh :p Setelah itu kru menyiapkan 2 buah mikrofon untuk gue karena gue nggak memakai minus one, tapi bermain ukulele. Sumpah, it feels so weird. Monitor ada tepat di depan gue tapi suara yang gue dengar pelaaaan sekali. Tapi karena itu katanya “normal” gue pun mulai bernyanyi sambil bermain ukulele despite of nggak bisa dengar suara sendiri. Gue coba berikan yang terbaik, meski hati ini dag-dig-dug. Berdasarkan hasil tanya-tanya sedikit sama peserta lain di belakang panggung, mereka rupanya sudah terbiasa ikut lomba. Nah gue… lomba tingkat RT saja belum pernah, hahaha.

Di belakang panggung, foto diambil oleh fotografer Inspira TV.
On stage, dapat captured dari Instagramnya Inspira TV, hahahaha (ketawa sedih).
Tante mau ambil video, tapi sayang HP nya error! :O

Turun dari panggung rasanya masih deg-degan, tapi lega. Oh iya, gue punya teman baru yang kenalan di belakang panggung, namanya Mia dan dia penyanyi solo. Katanya penampilan gue bagus, sampai-sampai peserta lain ngumpul di depan monitor untuk nonton, hahaha. Entahlah dia bohong atau nggak, yang pasti itu membuat perasaan gue lebih baik :) Sambil melihat penampilan peserta lain, gue juga sempat diwawancarai. Isinya selain tentang perasaan gue mengikuti Musik+ Festival, juga tentang aktivitas gue. Too bad Bapak dan Tante nggak ikut ke belakang panggung, jadi gue nggak punya dokumentasinya. Sebenarnya pas di panggung juga gue nggak punya foto dan videonya karena tiba-tiba saja handphone Tante error. Yang gue pajang di sini gue dapat dari akunnya Inspira TV dan hasil captured dari video Tante sebelum akhirnya blank (cuma beberapa detik saja). Agak sedih, sih. Tapi yang terpenting kan gue menikmati waktu moment ini terjadi ;)

Karena Tante ada keperluan, gue pun diajak pulang lebih awal. Syukurlah diizinkan karena nggak ada kewajiban untuk stay sampai akhir acara. Di perjalanan pulang gue langsung mengirimkan pesan pada Ibu yang isinya mengabari kalau gue sudah berusaha dan senang bisa mendapatkan kesempatan untuk tampil di sana. Gue belum tahu dengan hasilnya, tapi melihat wajah Bapak dan Tante yang bangga dan terus-terus mengulang cerita sewaktu melihat gue di panggung rasanya priceless. Rasanya gue sangat dicintai dan semakin bersyukur memiliki keluarga yang suportif. Akankah gue masuk 10 besar? Hope so. Tapi bukan itu intinya. Karena yang terpenting gue sudah mencoba memberikan yang terbaik, dan biar sisanya Tuhan yang menentukan. Gue rasa nggak perlu malu atau ragu saat melakukan sesuatu untuk pertama kalinya. Karena kalau nggak pernah memulai, bagaimana mungkin gue bisa dapat pengalaman? :)

ukulele girl,

Indi


_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Halloween 2017: Kado Cinta dari Keluarga :)

$
0
0
Boo!
Ini akhir Oktober, sudah bisa tebak dong tulisan gue kali ini tentang apa? Hihihi. Kalau rajin mampir ke sini pasti sudah tahu kalau gue selalu excited dengan Halloween. Malah saking excitednya gue ingin kalau sepanjang bulan Oktober-November Halloween terus berlangsung, hihihi. Kalau kalian baru mampir ke sini mungkin kalian bingung dan bertanya-tanya "Kok di Indonesia ada Halloween, sih?". Well, gue sangat menghormati origin tradisi ini dan nggak ada sedikit pun maksud untuk disrespecful. Bagi gue (dan keluarga) Halloween adalah waktunya berkumpul dan being creative, hampir sama seperti "holiday" yang lain. Mungkin kalian bisa cek tag "Halloween" di blog ini karena gue sudah sering share tentang cerita Halloween "ala gue" :)

Belakangan ini bukan waktu yang mudah bagi keluarga gue. Bergantian dari kami harus dirawat di Rumah Sakit, ---dengan penyakit yang cukup berat. Termasuk gue yang baru saja didiagnosis dengan suatu kondisi yang belum siap gue ceritakan di sini. Pokoknya kondisi "baru" gue ini menguras energi banget, sampai-sampai gue kehilangan seseorang yang gue sayang, (---gue harap ini temporari dan ia akan kembali setelah keadaan lebih stabil... Amen). Tapi gue (well, kami) beruntung meski dengan yang terjadi belakangan, keluarga gue tetap solid. Entah apa jadinya kalau tanpa mereka, mungkin gue nggak akan "sekuat" sekarang. Kehadiran mereka, terutama Ibu dan Bapak menjadi pendukung paling besar bagi gue. ---Lalu apa hubungannya dengan Halloween? Hihi, believe it or not ini juga salah satu "tanda cinta" mereka untuk gue :)

Mungkin karena terlalu banyak yang terjadi, gue jadi nggak sadar kalau Oktober hampir berakhir. Masih ingat betul tahun kemarin gue dan ipar membicarakan tentang rencana Halloween tahun ini. Tapi semuanya orang nampaknya sudah lupa, ---atau gue pikir begitu. Di suatu siang saat semua berkumpul di ruang TV, gue bergurau tentang betapa bosannya gue karena nggak ada satu channel pun yang memutar film horror. Lalu tiba-tiba saja ipar gue bertanya akan jadi apa gue Halloween kali ini. Kaget, juga somehow pertanyaannya terdengar menggelikan, gue terkikik. "I don't know, mungkin kita skip saja Halloween kali ini,"jawab gue, ---meski sebenarnya nggak sungguh-sungguh. Ipar gue tampak kecewa, she love Halloween as much as I do. Gue jadi berpikir, hati kecil gue sebenarnya nggak rela kalau harus skip Halloween. Tapi gue sama sekali nggak punya rencana apa-apa. Biasanya Ibu selalu membuatkan kostum untuk gue, tapi dengan keadaan seperti sekarang gue bahkan nggak berani untuk bertanya karena takut merepotkan. Akhirnya gue putuskan untuk pergi ke supermarket dan membeli sedikit treats untuk Halloween. Waktu gue minta izin sama Ibu, guess what??!... Beliau senang sekali! Ibu langsung meminta Bapak mengantar gue. Katanya kalau gue masih ingat dengan Halloween, artinya gue "baik-baik saja", hihihi. Aww, Mom! :D



Sementara gue dan Bapak berbelanja treats, ipar gue membuat dekorasi Halloween di rumah. Mungkin kesannya berlebihan, tapi gue terharu banget karena Bapak super excited waktu memilih-milih treats. Bentuk crackers yang akan dipakai untuk membuat kue graveyard saja beliau pikirkan sampai matang, hihihi. Waktu kami tiba di rumah, dekorasi yang ipar buat sudah hampir selesai. Ya,ampun tahun ini sepertinya tingkat excited keluarga gue berkali-kali lipat dibandingkan gue sendiri. Gue jadi menyesal dengan niat gue untuk skip Halloween :'D Gue langsung masuk dapur untuk membuat treats. Dari tahun ke tahun andalan gue itu dirt cake, tapi berhubung sizenya semakin besar namanya pun berubah menjadi "graveyard cake" :p Ini sebenarnya cuma cake biasa yang di atasnya ditaburi remahan Oreo, tapi karena gue vegan, gue ganti telur di cakenya dengan pisang. Yang lucu, setelah gue beri "nisan" ipar gue menghiasi cakenya dengan hantu-hantuan. Nama cakenya pun jadi diubah jadi "ghost in the graveyard", deh, hahaha.



Untuk kostum, gue dan ipar sepakat untuk keep it simple. Dibandingkan memakai kembali kostum tahun kemarin, kami pikir lebih baik memakai yang sudah ada tapi belum pernah dipakai. Kami putuskan tema tahun ini diinspirasi oleh Harry Potter. Berhubung sehari-hari gue berkacamata, gue pun jadi Moaning Myrtle. Sedangkan si kecil Ali, keponakan gue jadi Harry Potter. Kami cukup memakai kacamata dan sweater, plus untuk Ali jidatnya dilukis gambar halilintar oleh ipar gue, hahaha. Dibandingkan tahun kemarin Ali jauuuuuh lebih excited kali ini. Semua treats ingin ia coba dan ia amaze sekali dengan dekorasinya. Ia terus-terusan bilang, "Bagus... bagus" dan minta digendong supaya bisa melihat dari dekat :D Oh iya, gue sama sekali nggak ikut mendekorasi, lho. Semuanya dilakukan oleh Ipar dan Bapak. Jadi waktu gue masuk ruang tamu rasa amaze gue kira-kira sama dengan Ali, ---tapi ditambah teary eyes sendikit :p



Lihat videonya di sini :)

Meski semuanya serba dadakan dan tanpa rencana, tapi gue merasa ini Halloween yang paling berkesan. Somehow gue merasa suasananya jauh lebih hangat daripada yang sudah-sudah. Mungkin karena di tengah masa sulit ini kami masih bisa berkumpul. Apalagi meski semuanya excited, gue merasa bahwa mereka membuat Halloween party sederhana ini untuk gue... :) 
Halloween. Setiap tahun selalu ada cerita yang istimewa. Dan tahun ini... Ini Halloween paling penuh cinta yang pernah gue alami :)

pumpkinlove,

Indi


_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Vote Indi di IM+ Fest 2017, Yuk! :)

$
0
0

Halo teman-teman, apa kabar? Semoga semuanya baik-baik saja, ---at least sebaik gue yang sedang minum orange juice sehabis beres-beres kamar sisa Halloween di pagi buta begini, hihihi. Postingan gue kali ini singkat saja, gue mau minta bantuan dari kalian, nih! :)
Bulan lalu gue masuk ke dalam 175 besar Inspira Music+ Festival 2017. Nah, sebentar lagi akan dipilih siapa saja yang masuk ke dalam 10 besar. Selain ditentukan oleh juri, salah satu diantara 10 besar itu dipilih berdasarkan voting, lho, dan kalian semua bisa ikutan :D
Caranya cukup dengan menonton video gue di sini sampai habis. Satu view dinilai sebagai satu suara :)

In case link di atas susah dibuka, ada juga cara yang lain:
1. Masuk ke www.inspira.tv

2. Lihat "Video minggu ini"
3. Cari video gue (Indie Sugar, ---iya nama gue padahal "Indi", uhuhuhu)
4. Tonton videonya sampai habis
5. Selesai! ;)


Karena votenya berdasarkan jumlah view, jadi kalian bisa vote sampai lebih dari satu kali, lho, hihihi. Jadi kalau kebetulan sedang luang boleh banget kalian menonton videonya berulang-ulang :p Oh iya, terkadang saat membuka link nya akan ada permintaan login. It's up to you, boleh membuat account dulu (bisa menggunakan Facebook dan Google+) atau di skip saja dengan cara tap/click screen yang kosong. 

Gue memang masih baru sekali dalam bidang musik, malah lagu yang masuk ke dalam 175 besar ini saja baru diciptakan tahun lalu. Tapi musik adalah salah satu passion gue, ---meskipun masih harus banyak belajar :) Setiap suara dari kalian akan ikut mengantar gue meraih cita-cita. Soal hasilnya biarlah Tuhan yang menentukan, yang terpenting gue nggak diam saja untuk meraihnya :)


yang main ukulele itu, lho,

Indi

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Menang Tantangan Bulan Scoliosis Awareness? Terus untuk Apa? :O

$
0
0
Halo, apa kabar teman-teman? Gue sudah kembali, nih. Eh, lebih tepatnya blog gue yang sudah kembali, ---gue nya sih nggak kemana-mana, hihihi. Nggak nyangka ternyata saat sedang masa perbaikan, blog gue yang seadanya ini banyak juga yang mencari :D Terima kasih ya sudah menyempatkan mampir ke sini. Gue tadinya nggak mau lama-lama vakum, tapi rupanya banyak juga yang harus dibenahi. Nah, untuk post perdana gue setelah 3 bulan, gue bakal share yang ringan-ringan dulu saja, deh. Kebetulan di saat gue vakum itu bertepatan dengan bulan scoliosis awareness di US, jadi gue akan bercerita tentang pengalaman mengikuti lomba dalam rangka memperingati hari tersebut :)

Eh, ngomong-ngomong masih pada ingat nggak sih tentang scoliosis? Kalau lupa gue ingatkan lagi secara singkat ya. Scoliosis itu adalah kondisi pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang. Gue sendiri adalah salah satu pengidapnya, terdeteksi pada usia 13 tahun dan masih tetap terapi sampai sekarang. Karena scoliosis itu bukan penyakit (ingat ya, istilahnya "kondisi"), jadi tentu saja nggak ada obatnya. Tapi bisa dikoreksi alias bisa dilakukan beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi kelengkungan tulang belakang pengidapnya. Misalnya saja dengan cara fisioterapi, bracing (peyangga) atau operasi. Meski pengidapnya banyak, tapi kesadaran orang tentang kondisi ini masih cenderung minim. Itulah kenapa dibuat yang namanya bulan scoliosis awareness. Tujuannya untuk meningkatkan kepedulian dan mengedukasi masyarakat tentang scoliosis. Cara memperingatinya macam-macam. Ada yang memberikan penyuluhan, screening scoliosis gratis, atau malah membuat "tantangan" seperti yang dilakukan oleh "National Scoliosis Center".

Mungkin banyak diantara kalian yang belum tahu apa itu "National Scoliosis Center" karena lokasinya berada di Amerika sana. Gue juga baru tahu, kok, dan itu pun tanpa sengaja, hihihi. Jadi NSC ini adalah pusat terpadu yang berfokus pada pada perawatan dan terapi non bedah untuk pengidap scoliosis dan pengidap kondisi (kelainan) tulang belakang lainnya. Kebetulan gue memfollow akun "Scoliosis Children's Foundation" dan dari sanalah gue mendapat informasi tentang challenge yang mereka adakan. Setelah membaca aturan tantangannya, gue langsung tertarik untuk ikut! Gue suka dengan tujuan mereka yang sederhana tapi efektif. Gue tinggal berfoto dengan outfit berwarna hijau dengan caption yang menarik. Kenapa warna hijau? Karena hijau (biasanya pita hijau) adalah simbol dari scoliosis, sebagai lambang dari kepedulian dan dukungan. Dengan kita memakai warna hijau di bulan Juni, otomatis kita diingatkan bahwa scoliosis itu memang ada. Dan karena kita menguploadnya di instagram, semakin banyak pula yang melihat dan secara nggak langsung kita ikut mengedukasi netizen melalui caption yang ditulis. 

Seperti biasa, gue sih nggak terlalu berharap untuk menang. Yang terpenting do my best. Dan gue juga mengajak followers gue untuk ikutan. Surprisingly, ternyata lumayan banyak juga yang tertarik. Dan gue terharu karena beberapa dari mereka bahkan bukan scolioser. Mereka melakukannya karena solidaritas dan rasa peduli! Aww... :') Waktu tahu kalau pesertanya banyak (dan worldwide pula!) gue merasa senang alih-alih merasa tersaingi. Karena dengan semakin banyak yang ikut artinya akan semakin cepat pula tercapainya tujuan dari challenge ini. Salut dengan para peserta yang kreatif. Bahkan ada juga lho yang mengajak teman satu gang nya untuk berfoto bersama dengan baju hijau. Gue jadi merasa kurang kreatif karena hanya berfoto selfie di depan cermin di sela-sela waktu bekerja. Itupun pakai handphone milik teman gue, alias dapat pinjam, hehehe. Ups :p

Kira-kira satu minggu kemudian gue mendapatkan pesan dari ID yang nggak gue kenal, ---yang secara otomatis masuk ke dalam kotak spam. Meski gue memprioritaskan untuk membuka pesan dari orang-orang yang "dikenal", tapi gue tetap membuka kotak spam meskipun agak terlambat. Rupanya pesan itu datang dari "National Scoliosis Center". Gue langsung dag-dig-dug nggak jelas, soalnya kalau sampai menang rasanya kok too good to be true, hehehe. Begitu pesannya terbuka gue membacanya berkali-kali dulu sebelum mengklik tombol "accept". Nggak yakin! Tapi setelah dibaca 10 kali pun pesannya nggak berubah! Gue menjadi salah satu pemenang dari Scoliosis Awareness Challenge!:D Dan yang lebih surprisenya lagi gue ternyata menjadi pemenang utama. Iya, pemenang utama karena post gue dianggap paling engaging alias paling banyak mendapat respon! Waaaa... Gue sampai captured ucapan selamatnya dan langsung gue tunjukan pada teman gue, lol. 


Satu bulan berlalu, gue akhirnya menerima sebuah paket yang dikirim dari California, Amerika. Wah, jauh sekali ya :D Yup, hadiah gue akhirnya datang! Isinya bikin gue happy plus terharu. Ada sebuah novel berjudul "Braced" yang ditandatangani langsung oleh Alyson Gerber, penulisnya dan juga sebuah postcard! "Braced" ini menceritakan tentang seorang remaja bermana Rachel Brooks yang sedang semangat-semangatnya bergabung dengan tim sepak bola di sekolah. Namun semangatnya itu terpaksa harus ditahan karena ia didiagnosis mengidap scoliosis yang mengharuskannya memakai brace (penyangga tulang belakang) selama 23 jam per hari. ---Sounds familiar? Iya, memang mirip sekali dengan kisah gue yang dibukukan dengan judul "Waktu Aku sama Mika" dan difilimkan dengan judul "Mika". Tapi apa yang dialami Rachel dan gue memang bukan sesuatu yang "jarang", kok. Meski nggak semuanya mengalami tantangan yang sama, menurut penelitian 3 dari 100 diperkirakan memiliki scoliosis, lho. Termasuk sang penulis novel sendiri! :) 


Membaca kisah Rachel rasanya sangat relatable. Bahkan ada beberapa bagian dari karakter Rachel yang gue yakin akan membuat non-scolioser pun berceletuk "Oh, I feel you" ketika membacanya. Because teenagers always be teenagers, ---bagaimana pun bentuk tulang belakangnya. Buat gue novel "Braced" ini salah satu bukti kalau untuk meningkatkan awareness soal scoliosis nggak perlu ribet dan nggak perlu menyeramkan. Buat "kampanye" sesederhana mungkin, tapi tepat sasaran. Dan itu juga bisa dilakukan oleh siapa saja selama mempunyai rasa peduli. Punya kemampuan menulis? Buatlah tulisan tentang scoliosis, misalnya dalam bentuk blog post, cerpen atau bahkan lirik lagu. Punya usaha sablon? Kenapa nggak bikin kaus dengan desain yang menarik dan membuat orang ingin tahu lebih banyak tentang scoliosis. Daaaaan masih banyak lagi contoh lainnya. Bahkan as simple as memposting foto di Instagram pun bisa menjadi salah satu bentuk kampanye, lho.

Jadi maukah teman-teman melangkah dengan gue untuk meningkatkan scoliosis awareness? Every step counts! :)

xx,

Indi


_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Guruku Berbulu dan Berekor, ---Sekarang Bagian Dua! :)

$
0
0
Apa arti kehadiran binatang di dunia ini bagi kalian?
Apakah mereka adalah makhluk yang "sekedar ada" demi seimbangnya kehidupan di bumi?
Apakah mereka hanya untuk dikembangbiakkan agar kita sebagai manusia bisa memanfaatkan tubuh dan tenaganya?
Atau, mereka adalah makhluk yang sangat kalian nantikan saat pulang ke rumah setelah mengalami hari yang panjang?

Untuk gue, ---gue selalu yakin bahwa kehadiran binatang di dunia ini lebih dari sekedar yang gue tulis di atas. Ya, mereka bisa menjadi teman, bisa menjadi penghibur dan sebagainya, ---tapi lebih dari itu mereka juga bisa menjadi panutan alias guru!
Tumbuh dengan dikelilingi berbagai jenis pets, dari mulai tikus, burung sampai anjing membuat gue sering menghabiskan waktu bersama mereka. Semakin dewasa, gue menjadi semakin sadar bahwa gue belajar banyak dari mereka. Misalnya saja dari Veggie, anjing Golden Retriever yang sangat full of life di hidupnya yang terbilang pendek. Gue dan Veggie memiliki kesamaan, yaitu sama-sama memiliki kondisi medis seumur hidup yang belum ada obatnya. Rather than mengeluh dan nggak melakukan apa-apa, Veggie menjalani hidupnya dengan suka-cita. Ia memang nggak bisa bicara dengan bahasa yang sama dengan kita, tapi dari tingkah lakunya gue bisa lihat how grateful she was! Gue, yang mengidap severe scoliosis sehingga membatasi gerakan, selalu tersenyum lebar saat melihat Veggie berlari. Ia terlihat begitu bebas dan live her life like she's really mean it! Nggak peduli setelah itu ia akan kejang-kejang karena kelelahan, ia akan selalu bangkit dan kembali berlari karena itu membuatnya bahagia!

In honor of her spirit, di tahun 2012 lalu gue membuat novel dengan judul "Guruku Berbulu dan Berekor" yang menceritakan pengalaman gue bersama Veggie. Tapi gue nggak sendirian, gue juga mengajak orang-orang yang mempunyai pengalaman yang sama dengan gue. Luar biasa, waktu itu gue menerima banyak sekali cerita. Sampai-sampai gue kebingungan untuk memasukkan yang mana saja ke dalam novel karena hampir semuanya inspiring dan memberikan pelajaran berharga.


Dan di akhir tahun 2017 ini, lima tahun kemudian, gue kembali menerbitkan "Guruku Berbulu dan Berekor", ---bagian dua!
Konsepnya masih tetap sama, dan goalsnya juga masih sama, yaitu: ingin membagikan cerita-cerita inspiring yang menghangatkan hati tentang binatang pada para pembaca, ---bahkan bagi mereka yang bukan animal lovers! Karena bagi gue cinta dan belajar itu universal, kita nggak perlu "menyukai" binatang, tapi bukan berarti kita nggak bisa belajar sesuatu dari mereka, kan? Dan siapa tahu saja setelah membaca cerita-cerita di "Guruku Berbulu dan Berekor" akan mengubah pikiran, dari nggak peduli menjadi peduli. Who knows! ;)



Di bagian kedua ini banyak sekali cerita menarik yang membuat gue terkagum-kagum. Misalnya saja tentang persahabatan Lovely, seekor kucing jantan dengan seorang ibu yang tadinya nggak menyukai hewan. Dari yang awalnya hanya iseng memberi makan, sampai akhirnya Lovely mengubah hidup ibu itu. Bagaimana ia mengubahnya? Gue nggak mau spoiler ya, yang pasti sangat menyentuh hati meski kisahnya sederhana. Bisa dibilang ini salah satu cerita favorit gue di "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian kedua" ini.
Tapi bukan berarti yang lain menjadi kurang menarik. Setiap cerita mempunyai kelebihan masing-masing. Malah dibandingkan bagian yang pertama, binatang di bagian kedua ini lebih beragam, lho. Dari mulai sugar glider, ikan Cupang sampai kambing! Dan di akhir novel gue juga memasukkan cerita Eris, anjing Golden Retriever yang menyelamatkan nyawa gue, ---literally! Bagaimana ceritanya? Kalian baca saja di novelnya, ya, hihihi ;)

Dan sama seperti yang bagian pertama, hasil penjualan dari novel ini juga akan didonasikan ke penampungan-penampungan hewan. Jadi tujuan dari pembuatan novel ini memang bukan untuk komersil, tapi gue hanya ingin berbagi cerita-cerita luar biasa dari orang-orang yang memiliki pengalaman bersama pets, ---dan tentang royaltinya anggap saja ini adalah bentuk "balas budi" dari kami, manusia yang telah belajar banyak dari para binatang.
Ini memang sederhana, dan mungkin yang gue (dan teman-teman yang telah menyumbang cerita) beri juga nggak banyak. Tapi gue hanya ingin melakukan sesuatu untuk mereka dengan hal yang gue bisa: menulis. 

Jika teman-teman ingin membaca novel "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua" ini sekaligus berdonasi, kalian bisa memesannya di:
Whatsapp: 083836813558
atau E-mail: namaku_indikecil@yahoo.com
Harganya Rp. 50.000 ditambah dengan ongkos kirim, dan yea, the money goes to charity. Gue akan selalu update di sini kemana saja donasinya disalurkan :)

cheers,

Indi

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Look Beyond What You See: Tentang Disabilitas

$
0
0
Halooooooo, apa kabar semuanya? :D Ya, ampun sekarang sudah masuk bulan Maret 2018 rupanya, dan post terakhir gue Desember 2017 *cengar-cengir cari alasan*
Tapi nggak apa-apa ya kalau gue ucapkan selamat tahun barunya sekarang? Hehehe. Oh, by the way, bagaimana tahun 2018 kalian so far? Mudah-mudahan berjalan dengan lancar dan segala resolusi kalian mulai terealisasi satu persatu, ya. Amen :) Gue sendiri so far so good. Banyak hal baru yang terjadi. Selain buku baru gue, "Guruku Berbulu dan Berekor - Bagian 2" terbit, gue juga, ---ehm, punya pacar baru. Eh, tapi itu cerita nanti saja ya. Mendingan gue tulis di post khusus karena ada cerita yang ingin gue share.

Di "dunia kecil Indi" tahun ini dimulai dengan perubahan yang sangat manis dan positif. Tapi nggak begitu dengan "dunia nyata" alias real world. Nampaknya banyak hal kurang menyenangkan yang masih berulang, termasuk soal disability awareness. Kalau gue sendiri sih belakangan ini nggak mengalami karena memang sedang kebanyakan diam di rumah (---soal ini juga akan gue share nanti). Tapi salah seorang teman online gue, Angkie Yudistia, mengalaminya di bulan Februari lalu. Kejadiannya gue tahu dari akun instagram Angkie, yang kebetulan kami saling follow di sana. Jadi waktu itu ia dan temannya diusir dari "special needs gate" di Bandara! Padahal mereka berdua memiliki disability, lho. Angkie memiliki disabilitas pendengaran, sedangkan temannya disabilitas kaki! Meski sekarang pihak bandara sudah memohon maaf, tapi tetap saja kejadian ini membuat gue sedih. Karena artinya masih ada orang yang belum memahami apa itu disability :(

Gue bisa mengerti sih kalau selama ini penyandang disabilitas diidentikkan dengan kursi roda. Karena yang dipakai untuk logo disabilitas saja gambar wheelchair. Jadi "wajar" kalau masih banyak yang menyamaratakan; special needs = yang duduk di kursi roda. Padahal kenyataannya nggak begitu, ---nggak semua disabilitas terlihat secara fisik. Misalnya saja orang yang mengalami disabilitas mental, kebanyakan dari mereka terlihat "baik-baik saja" lho dari luar. Coba deh kalian lihat foto-foto gue. Do I look normal? ;)

Chinese new year kemarin di China Town, Bandung.

Gue yakin kebanyakan dari kalian belum tahu kalau gue mengidap OCD, atau obsessive-compulsive disorder. Bahasa sederhananya, ini adalah kondisi kelainan psikologis dimana pengidapnya memiliki pikiran yang obsesif dan perilaku yang bersifat kompulsif. Gejala tiap orang tentu berbeda-beda, tapi biasanya pikiran pengidap OCD akan dikuasai oleh rasa takut dan kecemasan. Misalnya saja gue yang jika merasa harus melakukan sesuatu (---baca: "ritual") dan nggak dilakukan, maka gue akan cemas secemas-cemasnya. Bahkan sampai gue merasa depresi (yup, gue juga didiagnosis dengan major depression tahun lalu). Dan kalau pun gue lega biasanya hanya sementara saja. Nah, OCD ini kalau sudah parah bisa dikategorikan sebagai disabilitas mental juga.

Sekarang, saat menulis ini, OCD gue sudah membaik meski terkadang ada hari-hari dimana masih terasa sulit dan menghambat gue untuk beraktivitas. Jadi jangankan untuk keluar rumah, untuk keluar kamar saja gue bisa butuh waktu berjam-jam. Nah, coba bayangkan bagaimana dengan orang-orang yang kondisi OCD nya lebih parah dari gue. Bagaimana rasanya jika untuk beraktivitas saja membutuhkan asisten tapi masih dipersulit dengan fasilitas publik yang sebenarnya dibuat untuk mempermudah mereka?

Gue menulis ini bukan karena ingin diistimewakan. Sejak kecil gue terbiasa diperlakukan sama dengan saudara-saudara yang lain oleh keluarga meski secara fisik gue "berbeda"(---mengidap severe scoliosis dan harus memakai brace 23 jam perhari). Jadi soal itu sama sekali not my case, ya. Dan gue yakin teman-teman dengan disabilitas juga nggak berharap begitu :) Maksud gue hanya ingin mengingatkan untuk jangan pernah men-judge orang dari penampilan luarnya saja. Please look beyond what you see. Jangan dulu marah jika ada yang meminta kalian untuk berdiri saat duduk di bis, karena bisa saja orang itu lebih membutuhkan meski telihat "sehat". Jangan dulu kesal saat kalian menegur seseorang tapi ia terlihat cuek, karena bisa saja ia nggak bisa mendengar kalian, ---dan lain sebagainya.

Such a fun place, tapi akses wheelchair nya terbatas :(

Begitu juga dengan yang bertugas di fasilitas publik, gue harap mereka bisa mendapatkan proper training, ---dan lebih berempati. Jika memang saat ini "jalur khusus penyandang disabilitas" hanya untuk disabilitas fisik saja maka jelaskan dengan baik-baik. Nggak perlu mempermalukan apalagi sampai mengusir. Dari hasil research kecil-kecilan gue sih, rupanya untuk bandara masih berfokus dengan disabilitas yang menggunakan alat bantu fisik saja, misalnya kursi roda, tongkat atau tabung oksigen. Gue harap peraturan ini bisa segera diubah karena apa yang terlihat di luar nggak selalu mencerminkan apa yang di dalam. Contohnya dengan pengidap autistik, haruskan mereka diperiksa dengan teknik "pat down" sementara itu membuat mereka nggak nyaman?

Well, that's just my two cents, hanya opini pribadi gue semata. Mengubah dunia jadi tempat yang nyaman untuk semua orang mungkin mustahil, tapi at least kita bisa mencoba untuk membuatnya lebih baik. Sekali lagi, let's look beyond what we see dan coba untuk lebih berempati. Kalian akan surprise betapa hal-hal sederhana (misalnya memberikan tempat duduk pada seseorang di bis) bisa mengubah hari mereka :) Oh iya, apa kalian tertarik untuk membaca kisah OCD dan depression gue? Kalau iya, silakan tinggalkan komentar di bawah ya, beri tahu apa yang ingin kalian baca supaya gue tahu darimana harus memulai ceritanya. ---Atau mau baca cerita tentang pacar baru gue saja? *eh, hahaha :p

just a normal girl,

Indi

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Dan Akhirnya Kami Saling Memaafkan...

$
0
0
Sejak bertahun-tahun yang lalu gue bersahabat dengan Avri, ---kami satu kelas dan kalau hangout selalu bersama meskipun teman-teman kami silih berganti. Setelah lulus, kesibukan kami pun jadi berbeda; gue fokus di kegiatan menulis dan menetap di Bandung, sementara Avri berpindah-pindah di beberapa pulau dan sekarang menjadi seorang dosen. Lama sekali kami nggak bertemu, sampai tiba-tiba saja ia mengajak janjian karena sebentar lagi akan menikah. Gue senang bukan main dan langsung mengiyakan ajakannya. Sampai-sampai gue lupa bertanya dulu sama si pacar apa gue boleh hangout tanpanya (---sementara ia baru satu minggu tiba di Indonesia) dan juga lupa bilang sama Avri kalau gue punya pacar!

Semakin dekat dengan tanggal janjian, gue malah jadi "lupa-lupa ingat". Bukannya mendadak nggak excited bertemu dengan Avri, tapi karena si pacar baru moving in alias pindah ke rumah orangtua gue, jadi banyak yang harus disesuaikan. Ya, namanya biasa sendirian lalu tinggal seatap otomatis schedule gue jadi berubah, ---termasuk soal mengecek handphone! Bahkan beberapa jam sebelum waktu janjian gue baru tahu kalau Avri mengirim pesan untuk memastikan gue datang, dan itu langsung membuat gue galau maksimal... Sambil deg-degan gue ceritakan situasinya sama si pacar dan meminta pengertiannya untuk ditinggal di rumah sementara gue hangout. Dia rupanya oke-oke saja, tapi setelah dipikir kok gue jadi nggak tega ya? Hehehe :'D Dia masih sangat asing dengan situasi di sini, dan meninggalkannya gue rasa bukan hal bijak. Jadi gue putuskan untuk mengajaknya. ---Soal bagaimana reaksi Avri, itu urusan belakangan.

"Vri, gue sudah di jalan, ya. Sekitar 10 menit lagi gue sampai. Eh, iya tapi gue sama pacar. Nggak apa-apa kan, ya?"
Di mobil gue mengetik pesan untuk Avri, nggak lupa diakhiri dengan emoticon senyum yang super lebar.
"Yah, kalau ada pacar kita jadi canggung, dong."Balas Avri. Gue jadi merasa nggak enak, dan cepat-cepat membalasnya;
"Don't worry, pacar gue nggak keberatan kok. Dan dia juga bisa nunggu di tempat lain sementara kita hangout."

Dan giliran sama si pacar lah gue jadi nggak enak...

***

Akhirnya kami tiba di mall tempat janjian yang saat itu sedang super penuh (---panasnya, ya ampuuuun). Avri katanya menunggu di foodcourt, dekat dengan bioskop. Gue tahu betul dimana tempat yang dimaksud karena kami dulu sering janjian di tempat yang sama. Tapi berhubung sudah lama nggak bertemu dan banyak sekali orang, menemukan Avri bukan jadi hal yang mudah. Gue dan pacar akhirnya malah berdiri linglung di tengah keramaian sambil berharap Avri duluan yang menemukan kami. Lalu,
"Indi!"
Akhirnya, suara yang sangat gue kenal memanggil nama gue! Avri! Dengan cepat gue berlari ke arahnya dan memeluknya erat. Ah, rindu sekali gue padanya sampai-sampai nggak sadar kalau ada orang lain yang menunggu bersama Avri.
Gue melihatnya, perasaan gue campur aduk. Rasanya hati gue akan meledak tapi reaksi yang bisa gue keluarkan hanya menangis...
"Hey, maaf gue nggak bilang sama lo. Tapi ini ada yang mau ketemu sama lo. Sudah ya marahnya... sudah kelamaan..." Avri berkata lirih sementara gue rasanya mau ambruk. 
Sosok di depan gue berdiri dan memeluk gue. ---Gue membalas pelukannya erat. Setengah berbisik dia berkata, "Maafin gue, Indi, maafin, ya."
Dan akhirnya setelah 6 tahun gue menjawab permintaan maafnya sambil terisak, "Gue juga minta maaf... Gue kangen sama lo..."

Manda. Itu namanya. Dulu gue, Avri dan dirinya adalah sahabat yang super dekat. Kemana-mana kami selalu bertiga, saat duduk di kelas pun kami nggak pernah berjauhan. Sampai-sampai teman-teman yang lain memanggil kami dengan sebutan "Ban Becak". Mereka berdua juga seperti bodyguard gue, terutama Manda yang selalu "pasang badan" buat gue. Gue punya masalah sama cowok, dia ada. Gue belum dijemput sama Bapak, dia ada. Bahkan saat gue sibuk di salon sampai berjam-jam, dia ada, ---menunggu gue sambil membaca buku koleksinya yang tebal-tebal. Gue menyayangi mereka berdua, tapi Manda memang punya tempat istimewa, bahkan gue sering bercanda dengan bilang, "Having you is better than having a boyfriend." ---Sampai "sesuatu" terjadi. Ada sebuah kejadian yang membuat gue sangat marah, sakit, kecewa dan (merasa) nggak bisa memaafkan Manda. Nggak peduli seberapa keras pun dia mencoba, hati gue tetap keras. Selama bertahun-tahun pesan permintaan maafnya yang Manda kirim di semua media sosial yang gue punya selalu gue ignore...

***

Si pacar jelas kebingungan karena ini pertama kalinya bertemu dengan sahabat-sahabat gue dan langsung dibuka dengan tangisan. Gue mencoba menjelaskan dengan cepat sambil menenangkan diri.
Lucu. ---Atau aneh. Selama 6 tahun gue marah sejadi-jadinya tapi dengan sebuah pelukan hati gue terasa hangat. Gue luluh. Gue jadi sadar betapa gue merindukan Manda dan "kegilaan" kami ketika dulu sering berkumpul bertiga. Pelan-pelan suasana menjadi nyaman, air mata gue sama sekali hilang digantikan dengan tawa karena kami seru berbicara tentang kenangan-kenangan ajaib yang dulu dilalui. Dan rencana agar pacar gue menunggu di tempat lain pun batal karena rupanya kedua sahabat gue juga ingin hangout dengannya (---itu bagus karena selain restu orangtua, restu sahabat juga penting, hahaha). Kalau gue menyebutkan hari-hari bersejarah selama hidup gue, without a doubt gue akan masukkan hari bertemunya kembali dengan Avri dan Manda ini. Semakin lama kami bicara semakin gue merasa kalau kami sedang berada di kantin saat bubar kelas. Rasanya kemarahan gue selama 6 tahun itu sama sekali nggak pernah terjadi...

Senang bisa belajar untuk memaafkan :)

Dua sahabat kesayangan; Avri dan Manda, juga satu-satunya pacar kesayangan, Shane.

Mereka sama sekali gue berubah, masih Avri yang random dan Manda yang over protective. Gue masih menjadi "baby" di antara mereka. Dengan iseng mereka mengintrogasi pacar gue, memastikan gue happy dan dengan "brutal" menceritakan kenakalan-kenalakan ala ABG gue dulu. Gue juga lega karena si pacar get along dengan mereka meski gue kadang bolak-balik jadi penerjemah atau membiarkan dia pakai 'bahasa tubuh'. Malah sepertinya pacar gue ini siap menjadi anggota ke empat dari "gank" kami karena okay-okay saja saat diisengin. Avri dan Manda meminta dia untuk pesan kopi sendirian, padahal Bahasa Indonesia pacar gue terbatas sekali. Ah, I love these crazy peeps, hahaha :D

Di tengah keseruan kami tiba-tiba saja Manda bertanya, "Kalian masih ingat nggak sama impian kita waktu dulu?"
Gue dan Avri menggeleng, lalu disambut tawa Manda sambil mengejek kami, "Dasar pelupa!" 
"Waktu itu kita lagi ngumpul di kantin, gue bilang suatu hari bakal jadi pengusaha. Dan lo Avri, lo bilang suatu hari bakal ngajar, jadi dosen. ---Nah, kalau lo Indi, lo bilang suatu hari buku lo harus jadi film!"
Gue bengong, kaget. Impian kami sekarang sudah menjadi kenyataan. Padahal dulu, saat menyebutkan impian-impian itu kami hanya goofing around seperti biasa. Bahkan impian "iseng" Manda yang bilang kalau dia hanya mau menonton film gue jika pemerannya Vino Bastian pun menjadi kenyataan! Jadi meski gue berhenti bicara kepadanya, selama bertahun-tahun rupanya Manda tetap "mengikuti" gue. Bukan hanya menonton film gue, tapi dia juga "memeriksa" kabar gue melalui blog ini. Gue jadi terharu karena sahabat-sahabat gue ini benar-benar tanpa syarat. Bahkan di saat gue marah pun mereka tetap peduli dan "ada" meskipun nggak secara fisik.

Terkadang kita harus belajar dengan cara yang "keras", dan saat inilah salah satunya. Tanggal 26 Maret 2018 adalah hari dimana gue belajar bahwa efek dari kemarahan hanya membuat gue berfokus dengan hal-hal buruk dan "lupa" bahwa sebelumnya ada hal-hal baik yang pernah terjadi. Kemarahan juga membuat gue memutuskan sesuatu yang sebenarnya nggak gue inginkan. Jangan, ---JANGAN pernah memutuskan sesuatu saat sedang marah karena itu hanya akan berakhir dengan penyesalan. Gue bersyukur karena Avri berinisiatif untuk mempertemukan gue dengan Manda. Kalau saja gue menolak bertemu, gue akan kehilangan kesempatan untuk belajar memaafkan dan meredam amarah. 


Sebelum kami berpisah untuk pulang Avri membisikkan sesuatu kepada Manda. ---Sejak dulu mereka memang seperti ini, kalau Avri malu-malu pasti Manda yang jadi juru bicaranya.
"Avri penasaran tuh, katanya pacar Indi ngizinin nggak kalau kita hangout lagi kaya dulu?"
Gue melirik si pacar menunggu jawabannya.

"Tentu saja!"jawabnya dengan Bahasa Indonesia yang terdengar canggung.

Ah, gue speechless! :')



yang lagi happy banget,

Indi


_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

"Guruku Berbulu dan Berekor - bag. 2" goes To Pet Fest Bekasi! :D

$
0
0

Sepanjang sejarah ngeblog mungkin ini postingan paling pagi gue. Bukan karena bangun awal sih, tapi karena belum tidur, hihihi. Barusan rasanya mulai mengantuk tapi ingat kalau ada sesuatu yang mau gue share, jadi tidurnya ditunda dulu, deh :p
Sekitar 3 hari yang lalu gue dapat tag dari Mas Wiweko, pendiri grup pecinta hewan yang namanya "Animals Lovers" di Facebook. Katanya akan ada event Pet Festival di Bekasi. Singkat cerita gue diminta untuk mendukung acaranya, dan langsung gue iyakan. Bukan tanpa sebab, selain karena sudah cukup lama mengikuti grup "Animals Lover", 2 tahun yang lalu gue juga pernah diajak mendukung tapi sayangnya gagal :( Makanya gue super excited karena sekarang akhirnya bisa terlibat, ---meski well... keterlibatan gue nggak maksimal! Tepat di hari H nya nanti gue nggak bisa hadir karena ada acara di Jakarta.

Tadinya gue diminta untuk bernyanyi dan bermain ukulele untuk mengiringi MC (rupanya pihak ISPI, ---property development company yang mendukung event--- melihat video gue di YouTube, hihihi, jadi malu!). Tapi sebagai gantinya buku kelima gue saja yang dikirim ke Bekasi. Agak sedih sih, tapi gue yakin tahun depan akan ada kesempatan lagi :)
Sesuai dengan tema acaranya, buku gue juga berkaitan dengan dunia hewan, judulnya "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua". Iya, "bagian dua" karena bagian yang pertama sudah terbit di tahun 2011 lalu. Buku ini nggak gue tulis sendirian, tapi dibantu juga oleh teman-teman volunteer yang menyumbangkan kisah-kisah inspiratif mereka. Kenapa gue sebut "volunteer" karena mereka (termasuk gue) memang sama sekali nggak mengambil keuntungan dari penjualan buku ini. All proceeds go to a charity! Jadi setiap 50% donasi, sisanya langsung digunakan untuk mencetak ulang bukunya kembali. Termasuk kali ini, hasil dari penjualan buku di event akan diserahkan ke "Animals Lovers" :)

Ups, gue sampai lupa cerita soal acaranya. "Pet Festival" ini goalsnya untuk mengenalkan satwa-satwa Indonesia pada masyarakat, khususnya anak-anak. Jadi nanti akan ada atraksi dan juga edukasi dari komunitas-komunitas pecinta hewan. Pokoknya acaranya bakal family friendly karena bukan hanya tentang "pets", tapi juga ada lomba marching band anak, mewarnai dan kompetisi barista. 
Ah, bayanginnya saja sudah seru... Jadi semakin sedih nggak bisa hadir langsung, huhuhu :'D

Jadi buat teman-teman yang di Bekasi, kalau hari Sabtu ini belum tahu mau kemana, ayok deh ke event "Pet Festival". Alamatnya di South Lake Park, Mutiara Gading City, mulai jam 7 pagi sampai selesai. Kalau mau membantu berdonasi lewat buku "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua", silakan mampir ke booth "Animals Lovers" dan tanyakan tentang bukunya. Yang mau berfoto di sana dan share fotonya juga boleh, pasti sukses bikin gue iri, hahaha.
Sekian informasi yang mau gue share, sekarang gue tidur dulu, ya. Good night! ---Eh, salah, good morning! :p

yang jam setengah tujuh belum bobo,

Indi

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Kehidupan Tidak Pernah Berakhir: Lho kok Vegan Makan Telor Ceplok?! :O

$
0
0
Hi bloggies! How's your weekend? Semoga menyenangkan ya! Ngomong-ngomong soal weekend, apa nih aktivitas favorite kalian? Hangout? Atau di rumah sajakah kaya gue? Hihihi. Jujur, gue hampir selalu milih buat menghabiskan waktu di rumah sih. Nulis, bikin musik, masak, kumpul sama keluarga, main sama Eris anjing gue, or simply snuggling sama si pacar. Gue cuma keluar kalau lagi kepengen banget, misalnya saja lagi craving sesuatu. Kaya kemarin nih, gue kepengeeeen banget makan telor ceplok, rendang sama sate! ---Tunggu! Sebelum protes, iya kok gue masih (dan akan tetap) vegan. Yang gue mau ini bukan menu-menu sungguhan, kok, tapi versi vegannya alias cruelty free! ;)

Sejak beralih dari pesco vegetarian, ke vegetarian lalu ke vegan, selera makan gue nggak berubah. Gue masih tetap suka makanan dengan kaya bumbu dan segar. Dulu gue sering ditakut-takuti sama orang sekitar, katanya kalau jadi vegetarian susah cari makan, hahaha. Tapi ternyata buktinya nggak kok, bahkan setelah jadi vegan pun gue bisa makan enak dan sesuai selera. Caranya ya gampang, tinggal masak sendiri. Kalau menunya hewani ya tinggal "divegankan". Sekarang kan apa-apa mudah dicari di internet, dan layanan pesan-antar via aplikasi juga memudahkan gue untuk membeli bahan-bahannya. Nah, tapi bagaimana kalau gue lagi malas? Ya, beli saja masakan yang sudah jadi. Memang tempatnya nggak sebanyak restoran biasa, tapi restoran vegan itu ADA kok, dan bukan hal "mewah" :)

Gue tinggal di Bandung. Sejak masih jadi pesco vegetarian (vegetarian yang mengkonsumsi ikan) bertahun-tahun lalu, gue sudah punya restoran favorite. Namanya "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir". Gue tahu tempat ini justru dari teman gue yang bukan vegan! Dia cerita sama gue kalau ada restoran dengan harga terjangkau yang makanannya enak-enak. Penasaran, gue pun langsung cari alamatnya dan... gue jatuh cinta pada pandangan pertama, hahaha. Waktu dulu sih gue belum berani pesan yang macam-macam di sana, cuma nasi dan sayuran. Padahal gue tahu kalau tersedia menu meat alternative juga, tapi nggak berani pesan karena takut mahal. Maklum masih bocah :D Kalau sekarang sih sudah berani, bukan karena banyak duit tapi karena tahu kalau harganya terjangkau.

Menurut gue restoran ini seleranya universal banget, nggak hambar. Seandainya almarhum Kakek gue makan di sini gue yakin beliau pasti suka karena dulu harus makan menu vegan Rumah Sakit yang rasanya yucky :( Makanya gue sering rekomendasi tempat ini, bahkan sama yang meat eater sekalipun. Dan sumpah gue nggak diendorse lho, hahaha. Termasuk sama pacar gue, Shane. Well, singkat cerita tentang dia, dulu dia bukan vegan. Tapi semakin lama kenal dia mulai cerita kalau sebenarnya dia nggak suka masakan dari hewani, terutama telur. Tapi kadang merasa nggak ada pilihan dan rasanya "nggak enak" kalau sudah disediakan makan sama ibunya tapi nggak dimakan. Nah di hari pertama dia tiba di Indonesia (sebelumnya tinggal di Amerika), pola makan Shane berubah. Dia plek mengikuti menu makan gue. Awalnya gue pikir hanya karena kami tinggal serumah, tapi rupanya saat makan di luar pun selalu menolak daging. Pernyataan "gue vegan" memang nggak pernah keluar dari mulutnya, tapi after more than a month meat and dairy free, rasanya aman untuk menyebut kalau dia juga vegan :)

Salah satu spot foto di "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir".

Shane baru berkunjung ke "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" dua kali. Sama seperti gue, dia juga rupanya falling in love at the first sight sampai gue jealous, --JK :D Makannya lahaaaap banget, padahal rasa Indonesia pasti baru buat lidah dia. Nah yang mau gue ceritain sekarang itu tentang kunjungan dia yang kedua (dan ke sekian ratus kali buat gue, lol). Jadi ceritanya gue mendadak banget kepengen telor ceplok, rendang dan sate. Kenapa? Gue juga nggak tahu, pokoknya mendadak malas masak (padahal biasanya juga si pacar yang masak, hahaha). Akhirnya menjelang malam kami putuskan ke "Kehidupan" untuk early dinner. Suasana nggak terlalu ramai, kami jadi bisa leluasa memilih tempat. Tanpa ragu gue langsung memilih nasi soto, rendang, terong bumbu cabai dan sayuran. Sedangkan si pacar, dia selalu ragu buat mencoba hal baru. Seperti kunjungan sebelumnya dia memilih nasi goreng ditambah mie keriting setelah gue pelototin karena kelamaan milih :p

Tempat duduk yang kami pilih, dekat sekali dengan display buffet/prasmanannya.

Gue ngiler dengan menu rendang karena sempat mencicipi rendang yang ipar gue pesan beberapa waktu lalu. Rasanya ternyata enak dan pedas. Teksturnya mirip seperti daging sungguhan, meski kalau soal rasa gue lupa-lupa ingat karena sudah lama nggak makan teman, ---eh hewan. Meski kepedesan (karena terong yang gue pesan juga pedas) tapi gue makan sampai ludes termasuk dengan bumbu-bumbunya. Nikmat banget dimakan sama nasi dan sayuran. Kalau soal terongnya sih jangan ditanya. Rasanya setiap makan di sana jadi menu wajib yang gue pesan, hahaha. Alasannya karena gue cukup picky, kalau terongnya benyek biasanya gue nggak suka. Nah, terong "Kehidupan" tuh rasanya fresh dan cabainya juga "nendang". Saking nendangnya gue sampai pesan teh manis plus bonus dapat bibir dower, hahaha.

Rendang, terong cabai, sosin, tahu kecap dan daun pepaya (---atau singkong??).

Nasi soto plus sambal.

Mie keriting dan pangsit punya si pacar. Ah, suka dengan ide sumpit reusable nya :)

Soto, menu lain yang gue incar juga "terinspirasi" dari ipar gue yang pernah memesan menu ini buat Ali, keponakan gue yang masih berusia 2 tahun. Yup, karena tanpa MSG dan santan makanan di sana jadi aman buat anak-anak. Rasanya waktu itu mau nyicip tapi nggak enak kalau nyosor makanan bocah xD Dan akhirnya keinginan gue tercapai! Rasanya hampir sama seperti yang gue bayangkan, cuma menurut lidah gue agak kurang tajam rasanya. Kalau jeruknya ditambah pasti gue kasih nilai 10. Nasi, sayur, terong dan rendang membuat gue kekenyangan. Bahkan buat membuat piring dan mangkuk gue cling bersih pun kepayahan, hahaha. Padahal telor ceplok idaman gue belum tercapai. Akhirnya gue putuskan untuk tetap pesan nasi goreng plus si sunny side up tapi untuk dibawa ke rumah. Oh iya, meski kekenyangan gue masih sempat mencicipi mie keriting si pacar, lho  :p Next time gue juga harus pesan, soalnya rasa mie nya pas banget sama selera gue. Kuahnya juga gurih dan harum. Cuma bagian pangsitnya agak terlalu "enek" buat gue, makan satu saja cukup. Lainnya sih perfect, sampai sambal dan emping pun gue habiskan :D

Jadi lagi-lagi gue dan Shane cukup puas dengan "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir". Kenapa "cukup"? Karena menurut kami masih ada hal-hal yang perlu dibenahi. Dan dari sudut pandang gue yang sudah ke sana sejak zaman bocah, rasanya ada kualitas yang menurun. Misalnya saja menu-menu meat alternative yang hilang juga dekorasi yang berkurang. Dulu gue sempat berfoto di jajaran bunga matahari yang instagramable banget tapi sekarang sudah nggak ada :( Dan yang paling gue soroti masalah kebersihan toiletnya. Rasanya semakin lama semakin nggak terawat. Nah, kemarin itu rasanya paling gawat. Gue sudah kebelet banget dan dari 2 toilet nggak ada satu pun yang mending, banyak tisu di lantai dan berjejalan di lubang toilet (ewww...). Terpaksa gue dan pacar jalan kaki ke resto fast food di ujung jalan buat numpang pipis :( Mudah-mudahan sih tulisan gue ini dibaca sama pihak "Kehidupan", karena gue pernah membuat review di YouTube dan mereka merespon. Tapi kalaupun nggak gue tetap akan berusaha menghubungi mereka karena ini demi kebaikan. Kalau kualitas semakin bagus kan semakin banyak yang berkunjung dan tertarik dengan veganism. So, don't take this as mean comment ya, ini saran :)

Wah, ternyata bertemu teman pembaca. Sayang ya nggak menyapa :(

Take out food packaging nya rapi, suka! :)

Ini foto setelah nasi goreng dan telor ceploknya dihangatkan di microwave. Masih tetap enak!

Apa gue merekomendasikan restoran ini? Tentu, iya! Buat teman-teman yang membaca post ini dan belum pernah ke sana, ayo datang ke "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" di Jl. Pajajaran No. 63 Pasir Kaliki, Cicendo Bandung. Mereka buka dari pagi sampai jam 9 malam. Jika kalian datang untuk mencari makanan enak tempat ini worth it sekali, tapi ya itu dia dari segi kebersihan memang harus dibenahi. Oh iya, satu lagi yang lupa gue sebutkan. Packaging untuk take out foodnya rapi, lho. Nasi goreng gue utuh sampai rumah. Tapi gue nggak yakin apa ini berlaku juga untuk menu sate karena gue pernah pesan via Gofood dan hanya dibungkus plastik :O Well, sekian dulu tulisan gue. Meski ada kekurangan tapi restoran ini salah satu bukti kalau jadi vegan itu nggak ribet dan nggak mahal. Nih gue contohnya, sering bokek tapi selalu bisa makan enak! Hahahaha. Cheers! :)




yang kalau foto pacarnya gak boleh ikutan tapi fotonya ada kok di instagram, lol,

Indi

(*Untuk teman-teman vegan di Tangerang, gue juga punya rekomendasi tempat makan enak yang terjangkau lho, klik di sini. Juga yang mau dengar kolaborasi musik baru gue dengan si pacar, klik di sini)

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Lagu untuk Mika: Kado untuk Cinta Pertamaku.

$
0
0
Gue menulis ini di hari ulang tahun gue. Iya, biasanya gue memang langsung bikin postingan selebrasi kecil-kecilan bersama keluarga dan teman-teman, ---juga pacar kalau ada, lol--- tapi nggak kali ini. Bukan karena nggak excited. Of course gue selalu excited dan bersyukur masih diberikan usia untuk berkarya dan berbuat kebaikan. Tapi karena ada hal lain yang mau gue ceritakan. Well, sebenarnya bisa dibilang ada hubungannya dengan ultah gue juga sih. Soalnya kejadiannya tepat satu malam sebelum hari lahir gue.

Mungkin orang-orang sudah mulai lupa dengan novel "Waktu Aku sama Mika", atau bahkan film layar "Mika" yang tayang 5 tahun yang lalu. Tapi buat gue alm. Mika mustahil untuk dilupakan, dan gue pun nggak pernah berharap melupakannya meski hidup gue terus berjalan. Dia terlalu berharga untuk hidup gue, he always be my hero, yang telah memunculkan warna asli gue yang tadinya abu-abu dan "seragam". Meski mungkin nggak akan ada lagi novel dan film tentang Mika tapi gue masih sering membuat sesuatu untuknya. Kenapa? Karena "membicarakannya" justru membuat gue semakin kuat dan meneginagtkan gue bahwa seberat apapun hidup selalu ada alasan untuk bersyukur. Juga, sebagai ungkapan rasa terima kasih gue padanya.

Gue lupa bagaimana awalnya, kira-kira pertengahan tahun lalu gue membuat lagu untuk Mika. Gue nggak bisa-bisa amat main ukulele tapi tahu-tahu nada dan liriknya mengalir begitu saja. Setelah beberapa lama disimpan sendiri gue akhirnya tunjukan lagu itu pada seseorang. Teman gue, namanya Shane, yang tinggalnya 10,000 miles dari gue, yang belum pernah bertemu dan kalau ngobrol kadang pakai bahasa isyarat karena dia sama sekali nggak mengerti Bahasa Indonesia. Diluar dugaan ternyata dia suka dengan lagunya dan setuju untuk menambahkan musik dan aransemen karena kebetulan dia seorang musisi. Gue pun merekam permainan gue dengan menggunakan kamera saku dan mengirimnya via email. Sayang pertemanan kami goyah (---well, sampai saat ini pun gue nggak tahu kenapa) dan Shane nampaknya lupa dengan lagu itu. Begitu juga gue, yang nggak pernah membuka filenya lagi di komputer, terkubur dengan lagu-lagu cover yang gue rekam juga tulisan-tulisan iseng gue.

Somehow pertemanan gue dan Shane kembali, ---dan rencana tentang menggarap lagu untuk Mika pun kembali. Gue masih ingat, waktu itu kami berbaikan dan mulai mengeluarkan ide-ide yang sepertinya nggak ada habisnya, selalu ada yang baru setiap hari. Gue bilang, ingin sekali merilis lagu itu di bulan Desember 2017 karena di bulan yang sama diperingati sebagai hari AIDS sedunia dan juga... bulan yang sama ketika Mika berpulang. Shane setuju dan kami mulai mengerjakan dengan penuh semangat, sampai-sampai telepon bisa menyambung belasan jam agar cepat selesai. Di waktu yang bersamaan perteman kami berubah menjadi persahabatan. Tapi rupanya proses pengerjaan lagu nggak selancar persahabatan kami, entah kenapa adaaaa saja yang kejadian yang nggak bisa gue cerna dengan akal sehat.

Pertama, setengah file original lagu mengilang dan nggak bisa direstore. Meski kesal tapi kami tetap mengusahakan untuk mengakalinya dan hasilnya gue sangat suka. Tapi lalu kami notice sesuatu yang mengganggu! Suara ukulele gue out of sync dengan bagian vocal, terlalu lambat satu detik saja tapi semakin didengar semakin janggal. Gawatnya file sudah terlanjur disimpan dan instrumen musik sudah nggak bisa "digeser". Pilihannya hanya 2; mengulang dari awal atau menerima apa adanya meskipun mengganggu di telinga. Shane nggak yakin bisa membuat efek yang sama dengan yang sudah dia lakukan sebelumnya, tapi kami putuskan untuk ambil resiko. Anehnya sekeras apapun usaha kami untuk melakukan yang terbaik hasilnya selalu "nggak okay". Tapi yang paling aneh ada satu part backing vocal yang sebenarnya diambil dari suara gue sendiri (diputar secara terbalik) yang menghilang. Kami sudah menelusuri dari awal sampai akhir tetap nggak ketemu. Nggak masuk akal, padahal file yang digunakan sama!

Kami putuskan untuk break sampai dengan waktu yang nggak ditentukan (hahaha). Rencana untuk merilis lagu di bulan Desember sudah dilupakan karena tahu-tahu sudah dekat Natal saja. Pokoknya gue semakin pesimis dan bilang sama diri sendiri kalau mungkin lagunya memang baiknya disimpan sendiri saja. Yang kami bicarakan hanya musim salju di sana dan musim hujan di sini, no music talk! Shane mengirimi gue kado Natal sebuah ukulele berukuran tenor dan alat rekam digital (Tascam) yang baru tiba satu bulan kemudian karena alasan yang malas gue bahas (kalau ingat lagi rasanya ingin cakar tuh wajah oknumnya! Lol). Iya, kado Natal yang berasa kado tahun baru karena tiba di bulan Januari (akhir, bukan awal) 2018. Gue pun keasyikan dengan "mainan" baru, sibuk utak-atik sana-sini karena biasanya pakai ukulele soprano dan nggak pernah punya alat rekam yang proper.

Di tengah utak-atik itulah kami kembali ingat dengan lagu untuk Mika. Shane pikir lagunya akan terdengar lebih bagus kalau direkam dengan Tascam. Gue setuju, dan dengan arahan Shane (---yang ehm, sudah menjadi pacar gue) lewat video call, gue pun belajar menggunakan Tascam. Setelah dirasa bisa gue pun langsung mencobanya. Lagunya sederhana, menyanyikannya pun nggak sulit. What could be wrong? Begitu pikir gue. Tapi rupanya gue salah... Sampai jam 4 pagi semua percobaan rekaman yang gue lakukan terus-terusan hilang. Sampai akhirnya gue menelepon Shane sambil menangis, memintanya membimbing gue (lagi), step by step sampai berhasil merekam. Hanya 1 kali take, karena gue sudah kelelahan. Gue sempat becanda bilang bahwa mungkin ini cara Mika untuk bilang karena dia nggak suka dengan lagunya. Tapi segera Shane tepis, dan bilang kalau gue cuma over thinking.

Setelah part gue selesai giliran Shane yang melengkapi lagunya. Kalau gue ceritakan keseluruhan prosesnya nggak bakal cukup seharian karena terlalu banyak yang terjadi. Yang paling berbekas di kepala gue soal drum part yang diambil sampai 15 kali take, dan sampai hari dimana Shane putuskan untuk pindah ke Indonesia (Maret 2018) kami tetap belum bisa memutuskan take mana yang akan dipakai! Mungkin ada yang membaca tulisan ini dan menganggap cerita gue mengada-ada. Tapi percaya deh, nggak ada yang gue lebih-lebihkan. Malah yang ada dikurangi karena terlalu panjang, hehehe. Bisa dibilang lagu buat Mika jadi hal pertama yang gue dan Shane lakukan bersama segera setelah dia pindah ke rumah orangtua gue. Rasanya lebih puas, karena dengan bertatap muka kami bisa lebih saling mengerti dengan apa yang diinginkan. Tapi apa semuanya jadi lancar? Well... not really. Setelah fix bahwa take pertama dari drum part adalah yang terbaik, kami juga harus bikin videonya. Gue nggak akan bohong, meski dengan pacar sendiri awalnya canggung karena baru pertama kali bertemu dan biasanya Bapak yang jadi cameraman gue, hahaha. Setelah semua dirasa okay langsung videonya diupload ke channel YouTube gue. Dan... videonya menghilang, dong!

Ah, perasaan gue jadi semakin galau. Kalau ada error atau kesalahan waktu proses upload, meski akan kesal tapi gue bisa menerimanya. Tapi nggak ada alasan logis untuk ini. Videonya menghilang begitu saja, *poof! Selalu berusaha gue tepis tapi pikiran "jangan-jangan Mika nggak suka"memang jadi semakin sering mampir :( Gue cuma bisa pasrah, kalau setelah dicoba sekali lagi tetap gagal, fix lagunya akan gue simpan sendiri saja. Singkat cerita somehow videonya kembali appear di channel gue dan mendapat komentar yang positif. Gue dan Shane happy dengan itu, tapi lalu oops, kami sadar kalau volumenya terlalu rendah. Bingung, mau dihapus sudah terlanjur ada yang menonton, dan kalau harus mengulang semua proses yang sudah dilalui gue khawatir akan ada "apa-apa" lagi. Jadi untuk sementara videonya kami biarkan dulu sebelum akhirnya kami set menjadi "private" agar hanya kami yang bisa melihatnya. Oh, Mika... We just want to give something special for you :(


Bulan Juni tiba, gue berulang tahun di tanggal 8 dan Shane 10 hari sebelumnya. Tahun lalu kami membuat lagu yang berjudul "One Day" sebagai kado persahabatan. Tahun ini, tentu saja kami ingin membuat hal sama, ---apalagi dengan perubahan status kami. "Kalau kita coba lagi lagu Mika bagaimana?"Tanya gue yang langsung dijawab dengan anggukan kepala Shane. Di malam ulang tahun, Shane memperbaiki audionya dan merekam videonya. Prosesnya kami jalani dengan santai dan penuh tawa. Nggak tahu kenapa rasanya lebih hangat dari sebelumnya, padahal semuanya serba sederhana. Ibu dan Bapak sedang nggak di rumah, jadi kami bisa pakai ruang tamu setelah berbuka puasa. Tahu berapa lama kami mengerjakan semuanya? Dua jam saja! Iya, proses berbulan-bulan yang kami lakukan sebelumnya ternyata bisa kami redo hanya dalam waktu 2 jam saja. Ini miracle, ini keajaiban... Proses terakhir adalah mengupload videonya ke YouTube. Setelah berhasil kami set "private" dulu videonya agar bisa dicek kembali sebelum nanti dipublish. Gue pakai handphone Shane dan setelah itu log out untuk memeriksanya di laptop gue. Lalu... gue bingung dengan apa yang gue lihat. Ada "like" atau jempol di video "Mika's Song". Itu mustahil karena selain masih private, akan muncul warna biru di tombol "lika" jika saja gue yang nggak sengaja melakukannya. Gue coba refresh video itu berkali-kali tapi "like"nya tetap ada. Meski nggak yakin dan kebingungan, gue bilang pada Shane kalau mungkin saja ada glitch dari YouTube. Tapi rupanya Shane nggak setuju, dia punya jawaban lain,

"Itu pasti Mika!"

Betul atau nggak, selamanya kami akan menganggapnya sebagai persetujuan dari Mika. ---Akhirnya :)

peluk,

Indi


_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Ngobrol-Ngobrol Tentang Vegan ;)

$
0
0
Wah, masih suasana Lebaran, nih! Maaf lahir batin ya, teman-teman :) Gimana nih, apakah ada yang masih menikmati liburan Lebaran? Atau sudah mulai beraktivitas normal lagi? Gue sendiri sih sudah terasa perubahannya, kue-kue sudah pada habis dan sudah nggak ada "excuse" lagi kalau mau bangun siang, hahaha :p Meski ada sisi senangnya karena toko-toko sudah nggak libur (kemarin-kemarin gue susah cari cemilan tengah malam, doooongs!) tapi gue sudah kembali rindu dengan suasana Lebaran. Soalnya hari-hari biasa susah banget buat bertemu dengan saudara-saudara yang tinggal di luar kota, dan... susah buat makan di luar soalnya nggak bisa pakai alasan "bosan menunya itu-itu lagi", hahaha.

Ngomong-ngomong soal makan di luar, gue ada kenang-kenangan dari bulan puasa kemarin, tepatnya tanggal 4 Juni 2018 yang lalu. Masih ada yang ingatkah dengan post gue tentang restoran vegan "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir"? Nah, tulisan gue rupanya dibaca oleh pihak mereka dan mendapat respon yang positif. Mereka bahkan menghubungi dan mengajak gue untuk berbagi pengalaman sebagai seorang vegan. Karena gue (dan juga pacar gue, Shane) betulan suka dengan makanan di sana, gue pun mengiyakan. Ditambah karena peningkatan kualitas mereka juga terlihat nyata (---terutama toilet yang sekarang sudah jauh lebih bersih), semakin semangatlah gue untuk diwawancarai.

Meski waktu wawancara dilakukan setelah gue dan Shane memesan makanan, tapi itu sama sekali nggak mengganggu karena kami sedang menunggu waktu berbuka, ---jadi sekalian ngabuburit. Prosesnya juga cepat dan semuanya sopan (nilai plus, gue paling nggak nyaman sama yang grasak-grusuk, lol). Oh iya, wawancara ini untuk ditayangkan di channel dan juga restoran mereka juga, lho. Kalau sudah pernah ke "Kehidupan Tidak Pernah Berakhir" pasti tahu apa yang gue maksud, di sana banyak monitor besar yang menayangkan wawancara, testimoni atau video edukatif tentang vegan lainnya. Waktu tulisan ini dibuat sih videonya sudah bisa ditonton, tapi in case ada yang ingin tahu tapi belum bisa mampir ke Bandung di sini gue copy-kan wawancaranya, ya. Semoga bermanfaat! :)

Q: Sejak kapan jadi vegan?
A: Waktu usia 15, saya mulai menjadi pesco-vegetarian atau masih makan ikan tapi tidak makan daging-dagingan. Saya mulai menjadi vegan sebenarnya masih baru, ---baru Desember 2016 kemarin.

Q: Mengapa menjadi vegan?
A: Waktu itu saya pikir, "Hmm, kenapa saya harus mengorbankan nyawa mahluk hidup lain sementara itu hanya untuk rasa kenyang yang sesaat?" Dan saya berpikir kira-kira ada alternatif apa ya agar saya bisa makan kenyang, happy, tanpa mengkonsumsi hewani. Karena saya ragu, kalau saya makan daging, saya tidak tahu dagingnya berasal dari mana. 'Apa hewan-hewan itu happy sebelum mereka disembelih?', 'Apa manusia memperlakukan mereka dengan baik?' Jadi ya sudah, saya decide saat itu juga untuk stop (makan produk hewani sama sekali) begitu saja.

Q: Apa yang kamu rasakan setelah menjadi vegan?
A: Saya merasa lebih sehat, saya merasa lebih bahagia. Dan yang paling penting hilang perasaan guilty, ---hilang perasaan bersalah karena "tidak harus" worry dengan apa yang terjadi dengan hewan-hewan sebelum saya makan. Karena dengan mengkonsumsi makanan non hewani saya bisa lebih yakin (dengan apa yang masuk ke tubuh saya) karena lebih mudah untuk dimasak di rumah. Jika kita diberi choice antara hewan dan tumbuhan, pasti secara naluriah kita akan memilih tumbuhan dibandingkan harus berburu (menangkap hewan dan memasaknya sendiri). Menurut saya mengkonsumsi sayur-sayuran (menjadi vegan) lebih masuk akal.



***

Gue sih nothing against non-vegan, ya. Orangtua gue juga makan daging kok, bahkan pacar gue saja baru jadi vegan sekitar 4 bulan kemarin, setelah pindah ke rumah ortu gue (---dulunya sih dia fans berat keju, hahaha). Pernyataan gue 100% menurut pengalaman pribadi saja dan nggak menganggap vegan lebih baik dari non vegan apalagi sampai against suatu kepercayaan. Karena gue percaya manusia dan hewan ditakdirkan hidup berdampingan. Jadi selama pemanfaatannya masuk akal dan nggak berlebihan, ya why not? Gue jadi vegan karena simply gue punya pilihan. Ini zaman modern, makan enak nggak harus daging dan kebutuhan gizi gue juga terpenuhi ;) Jadi silakan wawancara gue ini kalau ada diambil manfaatnya, dan kalau nggak ada lumayan lah buat baca-baca :p

Buat yang nggak bisa lihat langsung juga gue sudah upload videonya di channel gue, ---tapi versi edit berhubung si pacar nongol di sebelah dan nggak ngeh kalau dia in frame (---nguap dua kali dong dia, ya ampun, hahaha). Kalau kalian, ada kenang-kenangan apa libur bulan Puasa dan Lebaran? Adakah yang mampir ke resto favorit juga? ;)



yang suka makan enak,

Indi

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Catatan Operasi Angkat Rahim Eris: It's a Miracle! :)

$
0
0
Gue memang bukan orang paling positif sedunia, tapi gue selalu berusaha mencari sisi baik dari setiap kejadian. Tapi apa yang terjadi sama gue beberapa hari lalu susaaaah sekali membuat gue tegar. Saking takutnya gue sampai mikir yang “nggak-nggak”. Not my character, tapi ini beneran terjadi! Baru sekaranglah saat gue menulis ini hati sudah tenang kembali. Dan gue bisa belajar kalau hal yang gue pikir “terburuk” pun kalau dijalani dengan kepala dingin, ---at least gue berusaha begitu, akan bisa dilalui.
Kejadian ini menimpa Eris, anjing golden retriever kesayangan gue. Tanpa harus disebut, mungkin sudah banyak yang tahu betapa berartinya dia untuk gue. Dia pelipur lara gue di masa-masa sulit, juga literally pernah menyelamatkan nyawa gue dari tumor payudara di tahun 2013 lalu. She’s my baby, dan saat tahu ada yang salah dengannya gue ketakutan setengah mati. 


14-15 Juli 2018
Awalnya, 2018 Eris mendadak nggak nafsu makan. Pupnya cair dan badannya juga lemas. Memang sejak beberapa waktu sebelumnya Eris nggak seenergik biasanya, tapi gue nggak anggap serius. She’s an older dog, dan dokter bilang itu normal. Untuk pertolongan pertama gue beri dia Norit, obat diare dan keracunan untuk manusia yang relatif aman untuk hewan, juga kaldu ayam yang gue campur dengan makanannya. Rasanya khawatir, tapi hanya sebentar karena malamnya nafsu makan Eris kembali dan dia bertingkah normal.

Keesokan harinya, pagi-pagi, Eris kembali terlihat lemas. Malah menurut gue terlihat lebih lemas dari kemarin. Nafsu makannya kembali hilang, pupnya cair dan vaginanya mengeluarkan darah. Seperti darah loop (menstruasi), tapi gue yakin itu bukan karena Eris baru selesai loop 2 bulan yang lalu. Karena khawatir, gue, Bapak dan Shane langsung membawanya ke klinik 24 jam. Di sana Eris di USG, diberi suntikan untuk menghentikan pendarahan, tes lab untuk pup dan darah vaginanya juga diresepkan obat. Hasil sementara kemungkinan terkena infeksi rahim atau Pyometra karena dari hasil USG terlihat ada kantung besar di perutnya. Kenapa hanya kemungkinan? Karena untuk memastikan masih harus tes darah dan ronsen. Gue agak heran dan sempat ngotot juga, nggak terima! Di bulan Mei Eris sudah cek darah dan hasilnya NORMAL. Gue pikir mana mungkin bisa mendadak sakit? Akhirnya kami pulang dan memutuskan akan kembali keesokan harinya untuk cek darah dan rawat inap untuk persiapan operasi angkat rahim, ---jika memang betul ternyata Eris terkena infeksi.


Tiba di rumah Eris ternyata semakin lemas dan darah yang keluar semakin banyak, padahal waktu di klinik dia masih lari-lari sambil sesekali mengganggu pasien lain. Panik! Gue langsung minta nasehat dokter langganan yang kebetulan sedang di luar kota. Gue disarankan untuk menelepon ke klinik dan bilang bahwa ini EMERGENCY. Thank God, pihak klinik sangat tanggap dan langsung menangani Eris ketika kami membawanya kembali ke sana. Padahal kabarnya ruang rawat inap penuh. Tapi yang terpenting Eris memang ditangani dulu, soal tidur di lantai biarlah, yang penting nggak terlantar. Perasaan gue sudah nggak karuan. Sempat nangis sesenggukan di pelukan Shane, lalu marah dan kecewa sama diri sendiri. Pokoknya kacau... Hasilnya Eris positif terkena infeksi rahim dan harus segera dioperasi. Waktu sudah malam, dan rencananya operasi akan dilakukan jam 9. Rasanya waktu untuk mengucapkan "See you" saja belum cukup saking cepatnya. Tapi gue harus tegar, nggak boleh bikin Eris jadi ketakutan karena malah memperburuk keadaan. Setelah Eris dipasangi infus, gue Shane dan Bapak yang mengantar kami ke sana pamit pulang. Gue sempat ngobrol dulu dengan dokter yang akan mengoperasinya. Katanya kemungkinan keberhasilannya 50-50 karena Eris sudah masuk usia tua. Tapi gue percaya Tuhan, gue berdoa, ---dan yang terpenting gue berusaha untuk kesembuhan Eris…

16 Juli 2018
Pagi-pagi gue dapat kabar kalau Eris sudah sadar dan mau disuapi dog food favoritnya! Perasaan gue legaaaaa sekali. Semalaman yang gue pikir hanya Eris dan kabar baik ini rasanya bikin hati gue meledak, hehehe. Gue, Bapak dan Shane menjenguknya di siang hari. Kondisi Eris meski masih kesakitan tapi terlihat jauh lebih alert dibandingkan dengan sebelum operasi yang sempat nabrak-nabrak saking lemasnya. Matanya awas dan yang bikin pangling perutnya kempes karena rahimnya sudah diangkat. Kardus yang dijadikan alas kering sama sekali, nggak ada lagi darah yang keluar dari vaginanya. Praise the Lord… operasinya berhasil! :)


Kami nggak banyak melakukan apa-apa. Eris hanya dibelai-belai karena masih lemas belum bisa berdiri terlalu lama. Menurut dokternya operasi Eris cukup memakan waktu dan menghabiskan banyak benang karena jahitannya panjang. Gue nggak bisa benar-benar melihatnya karena tertutup perban, tapi melihat foto-foto pasien sebelumnya gue tahu kalau ini operasi besar. Karena belum bisa makan sendiri Eris disuapi dan diinfus. Gue sama sekali nggak berharap banyak, melihat Eris terbangun dari tidurnya saja membuat gue senang, sesenang senangnya! :)

17 Juli 2018
Waktu kami menjenguknya, Eris lagi tiduran. Masih pakai infus dan kabarnya makan pun masih harus disuapi. Begitu gue panggil namanya dia langsung bangun dan excited sekali. Iseng-iseng gue dekatkan mangkuk makanannya, eh rupanya langsung dimakan habis! Dokter dan staff di klinik pun langsung kaget. Katanya Eris mungkin maunya makan sama gue, hahaha.


Dari hasil tanya-tanya sama dokternya katanya perkembangan Eris baik. Pee dan pup normal, makan pun porsinya cukup despite of belum mau sendiri (bisa juga gara-gara manja sih, lol). Oh iya Eris akhirnya nggak diinapkan di ruang inap karena size dia yang cukup besar, jadi di ruang operasinya saja sampai cukup kuat untuk dibawa pulang. Gue sih malah lega, karena kelihatannya staff rajin bersih-bersih setiap ada hewan yang buang kotoran (---di sana hanya ada Eris dan seekor kucing yang baru melahirnya plus baby-baby lucunya).
Soal makanan untuk Eris dokter membebaskan, pilihannya ada dua: dog food yang sudah disediakan klinik atau gue bawa sendiri. Gue pilih yang kedua karena khawatir Eris bosan (kaya gue yang ogah makan makanan RS, hahaha). Kecuali kalau dog food yang gue bawakan habis, gue sudah titip agar Eris dibelikan dog food favoritnya dari pet shop di lantai dasar. 

18 Juli 2018
Begitu gue dan Shane datang untuk menjenguk kami langsung dipersilakan masuk ke ruang operasi. Sepertinya staff di sana sudah hapal dengan kami karena datang setiap hari :D Berhubung kemarin Eris masih tiduran waktu kami datang, jadi kami buka pintu pelan-pelan. Eh, tapi ternyata sama sekali di luar dugaan! Di balik pintu Eris sedang berdiri tegang dengan wajah badung! Di sekelilingnya ada serpihan kemasan makanan kucing. Ya ampun… Eris makan jatah pasien lain :O *TEPOK JIDAT*

Gue jadi serba salah, antara marah tapi pengen ketawa juga. Eris is back! Kalau nggak bandel bukan Eris namanya. Gue langsung minta maaf sama dokternya, tapi dokter dan staff di sana memang baik-baik, katanya memang salah mereka yang "lupa" kalau Eris bisa jangkau makanan kemasan. Syukurlah Eris makan sedikit saja, karena jika kebanyakan makanan kucing nggak baik untuk anjing.


Eris memang jauh lebih aktif, jalan kesana-kemari dan sangat waspada. Infusnya sudah dilepas, luka bekas jahitan kering dan rapi! Gue bawa sisir dari rumah untuk merapikan bulu Eris biar makin kece, siapa tahu ada pasien anjing jantan yang ganteng di sana, hehehe. Nggak lupa gue juga bawakan makanan kesukaannya yang langsung habis dilahap padahal belum sempat dipindahkan ke mangkuk :’D Melihat Eris “kembali” rasanya semakin berat buat bilang "see you”. Maunya gue menginap saja atau bawa Eris pulang. Tapi dokternya meyakinkan gue kalau Eris dirawat dengan baik dan memang sebaiknya nggak gak pulang dulu meski sudah aktif (baca: bandel). Perkiraan Eris harus dirawat selama satu minggu, tapi my gut telling me dia akan lebih cepat pulih dari waktu yang diperkirakan ;)

19 Juli 2018
Pagi-pagi gue ditelepon sama klinik. Tumben, biasanya mereka hanya mengabari gue via WhatsApp. Agak khawatir, takutnya ada sesuatu yang nggak diinginkan gue langsung menjawab teleponnya. Eh, rupanya mereka hanya mau minta izin untuk memberi Eris dog food dengan jenis lain karena dog food yang gue bawakan habis! Hahaha, Eris rupanya kelaparan. Tanpa pikir panjang gue langsung iyakan. Perasaan gue bilang, nafsu makan Eris sudah kembali. Jadi diberi dog food dalam bentuk kibbles pun rasanya dia akan mau meski biasanya dia makan yang kalengan.

Sekitar dua jam kemudian gue ditelepon lagi. Sumpah, rasanya seram banget, “ada apa ya sampai ditelepon dua kali dalam satu pagi?” begitu pikir gue. Tapi rupanya mereka mau menyampaikan kabar super baik. Dokter menyatakan Eris sudah aman untuk dibawa pulang! Ya ampun, bahagia sekali! Sampai-sampai gue nggak bisa kembali tidur padahal semalaman begadang :D

Malamnya, gue, Shane, dengan diantar Bapak menjemput Eris di klinik. Maunya sih memang langsung di pagi harinya. But honestly waktu pulang Eris yang lebih cepat membuat gue nggak siap dalam segi finansial. Biaya yang dihabiskan sejak awal Eris sakit sekitar empat juta rupiah, jumlah yang nggak sedikit buat gue. Bersyukur akhirnya ada solusi meskipun masih harus gue selesaikan di kemudian hari. Yang terpenting kan Eris sudah sehat dan bisa pulang ke rumah :)
Waktu kami datang Eris sedang main dengan pasien lain. Gue sampai cekikikan, ajaib saja rasanya melihat Eris bisa ramah sama anjing lain, hahaha. Dan Eris sama sekali nggak seperti anjing sakit. Bandelnya sudah 100% kembali dan pakai drama gak mau pulang segala, lol.

Sebelum pulang gue diajari untuk mengganti perban oleh dokter dan diingatkan untuk memberi Eris obat 2 kali sehari. Obat olesnya sih sama seperti obat manusia pasca operasi. Tapi untuk obat oralnya gue kurang paham, sepertinya antibiotik dan vitamin penambah nafsu makan. Terharu sama Eris yang kooperatif, nggak grusak-grusuk waktu diganti perban. Mungkin karena dokter dan staffnya sabar-sabar. Terlihat banget mereka kerjanya pakai hati. Jujur awalnya gue ragu untuk ke klinik ini karena review di Google banyak yang negatif. Tapi ternyata ini klinik yang super helpful, selain buka 24 jam, dokter pun selalu stand by karena yang bertugas di sana nggak satu dokter saja, tapi tujuh. Sekedar share, nama kliniknya “MUTIARA”. Bertempat di ruko (lantai 2) Metro Trade Center, Jl. Soekarno Hatta Bandung. 


Meski sudah kembali ke rumah bukan berarti Eris sudah bisa kembali beraksi secara full. Bandelnya harus direm sedikit karena khawatir akan merusak jahitannya. Dia sepertinya kangen rumah, excitednya super sekali sampai seluruh sudut dijelajahi, hahaha. Meski dokter bilang Eris pee dan pupnya sudah normal, tapi gue tetap mengawasi dan bersiap memberikan obat jika memang diare kembali. Tapi sejauh ini baik-baik saja. Nafsu makan pun sudah setara dengan seekor kuda aka rakus sekali :D Mengganti perban Eris agak tricky karena plesternya susah sekali melekat, tapi jika diganti dengan plester biasa malah terlalu susah dilepas dan bikin dia kesakitan. Sekarang gue sudah semakin lihai sih, mudah-mudahan saja gue bisa merawatnya dengan benar dan nggak terjadi infeksi, amen…

Well, gue harap teman-teman, terutama yang memelihara anjing bisa belajar dari pengalaman gue. Kondisi kesehatan, terutama pada older dog bisa berubah dengan cepat. Jadi jika sudah mendapat pertolongan pertama belum membaik, segera larikan ke dokter hewan! Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati, tapi kesiapan juga penting. Susah untuk bilang sama diri sendiri untuk nggak panik, but trust me, it’s worth it. Dengan ketenangan kita, anjing juga bisa merasakan. Melepas Eris untuk rawat inap itu nggak mudah karena dia nggak mengerti. Salah-salah dia bisa mengira kalau gue menelantarkannya. Jadi gue berusaha acting kalau ini cuma vacation, ---no sad face dan tunjukan kalau gue juga excited dia bakal ada yang jagain dan bisa makan enak (padahal dalam hati sih tetap, nangis).

Gue bersyukur mendapat banyak dukungan untuk melalui ini. Terutama dari followers Instagram gue yang komentar-komentarnya menenangkan. Juga dari Tante dan dokter hewan langganan Eris yang sebenarnya nggak terlibat dalam operasi Eris (karena dari klinik berbeda) tapi tetap rajin bertanya tentang kondisi Eris. Dokter-dokter dan para staff di klinik “Mutiara” yang merawat Eris (plus direpotin), terima kasih banyak, tanpa mereka mungkin Eris sudah nggak bersama gue lagi sekarang karena infeksi rahim itu harus ditangani segera. Dan tentu, untuk keluarga gue, terutama Bapak yang selalu setia mengantar. Termasuk Shane, you’re such an angel to me! Terima kasih sudah membantu dari awal sampai sekarang, dari mulai cuci mobil setelah terkena darah Eris yang baunya minta ampun sampai menenangkan gue secara mental setiap malam.



Tulisan panjang lebar gue ini mungkin ada yang menganggap lebay. But trust me guys, family is a family, mau apapun bentuknya. Dan Eris, dia telah menjadi anggota keluarga gue sejak pertama kami bertemu dengannya! :)

kisses,

Indi


_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


Bermain Ukulele dan Menjadi MC di Pet Festival :)

$
0
0
Kalau ada tawaran untuk dapat pengalaman baru rasanya selalu campur aduk, antara semangat pangen coba sama ragu takut nggak bisa, hehehe. Jujur, meski gue hobi banget nyemangatin orang buat mencoba hal baru tapi sebenarnya gue sendiri nggak sepemberani itu :p Kadang gue takut duluan dan menolak, dan kadang (---nah ini nih yang parah banget) gue malah "menggantung jawaban", nggak nolak tapi pas hari H langsung kabur, hahaha. Belakangan gue sedang berusaha mengurangi sifat tak terpuji itu (lol), sebisa mungkin gue mencoba tantangan baru dan kalau nggak sanggup gue harus tegas. Sehabis Lebaran kemarin gue dapat tawaran mengisi acara di Pet Festival Bekasi. Lucunya gue sudah menanti-nanti tawaran ini, tapi pas beneran dapat ternyata deg-degan juga, haha. Maklum tawarannya benar-benar "ajaib", gue diminta menjadi MC sekaligus membawakan beberapa lagu. Padahal tahu sendiri kan kalau gue ini penulis...

Yang paling semangat mendukung gue buat mengambil tawaran ini Bapak, padahal jarak Bandung-Bekasi cukup jauh dan beliau lah yang akan menyetir. Katanya kalau ditolak gue nggak akan tahu rasanya bernyanyi dan bermain ukulele di atas panggung sungguhan. Iya, "sungguhan" karena pengalaman gue nyanyi di panggung cuma di acara preschool yang ditonton bocah-bocah, dan di panggung audisi acara bakat yang baru masuk 100 besar gue langsung gugur, hahaha. Alasan lain mengapa PD gue jadi meningkat adalah adanya Shane, pacar gue. Masih dari idenya Bapak, katanya kalau gue "macet" di panggung Shane bisa nutupin dengan gitarnya. Well, ide bagus karena permainan ukulele gue masih terbatas. Dan gue pikir bakal fun kalau kami melakukan sesuatu bersama-sama. 

Acaranya diadakan di South Lake Park, Mutiara Gading City Bekasi dari tanggal 23 sampai 24 Juni 2018. Pas macet-macetnya karena masih libur Lebaran. Sempat dilema juga sih karena kalau bolak-balik kasihan Bapak yang menyetir. Dan lagi acaranya sampai sore, kalau pulang dulu bisa-bisa keburu pagi dan kami kapan tidurnya dong, hahaha. Untung akhirnya Mas Wiweko dari Animals Lovers yang mengundang gue bersedia menyediakan hotel. Soal gimana caranya 1 kamar muat 3 orang biarlah kami pikir belakangan. Yang penting gue sudah tahu gambaran acaranya dan apa saja yang harus dilakukan di sana. Less deg-degan, ---dan berhubung susah mencari waktu untuk latihan berdua Shane di rumah, kami putuskan untuk berlatih di mobil saja, di perjalanan nanti.

Lokasi acaranya di tepi danau. Asyik, ya? Jadi pengen nyebur, hehehe.

23 Juni 2018
Meski tahu harus bangun sangat awal tapi gue dan Shane masih saja nekad bergadang yang berakhir naas karena kami nyaris nggak tidur semalaman (lol). Suasana libur Lebaran masih masih sangat kuat, rasanya nggak rela kalau harus dilewatkan. Gue pikir biar nanti saja tidur di mobil, berhubung perjalanan cukup memakan waktu. Jadi rencananya setengah perjalanan untuk tidur dan setengah lagi untuk berlatih. Tapi rupanya rencana tinggal rencana. Kami nyasar sampai berkali-kali dan sempat hampir menyerah karena meski dibantu Google map tetap saja berputar di tempat yang sama :( Syukurlah titik cerah akhirnya justru datang dari Alfamart, hahaha. Bukan dari Alfamart nya sih, tapi kami punya ide konyol untuk berhenti di setiap cabang yang ditemui dan bertanya dengan siapapun yang kami temui di sana. Hasilnya rupanya lebih akurat dari Google map. Bahkan ibu-ibu yang terakhir kami temui memberi arahannya detaiiiiiiil sekali, sampai kami takjub! :D

Kami tiba tepat waktu dan langsung disambut oleh matahari yang sangat terik meskipun masih pagi. Lokasinya di area terbuka, di tepi danau buatan yang dikelilingi wisata outdoor semacam outbound dan trampolin. Dari pintu masuk ke lokasi cukup jauh tapi bisa terdengar sayup-sayup suara MC dan musik. Oh iya, gue bukan MC utama di sana, tapi mendampingi seorang MC bernama Sandi. Awalnya gue dipasangkan dengan Gaung, tapi di detik-detik terakhir diganti karena dia harus mengurus komunitas reptilnya. Meski gue diberitahu apa-apa saja yang harus dilakukan tapi Mas Wiweko bilang sebagian besar gue harus improvisasi. Lagu yang dibawakan pun nggak bisa dipastikan harus berapa banyak karena tergantung berapa lama jeda dari satu segmen ke lainnya. Dan di sana juga sebenarnya ada home band, tapi gue diundang sebagai tamu. Gue sudah bilang sama Shane jika lagu yang kami siapkan kurang, langsung "hajar" saja dengan lagu apapun yang kami tahu. Yang penting nggak sepi, hahaha.

Dan terbukti, belum juga mulai cuap-suap sebagai MC, gue langsung diminta membawakan lagu. Gue dan Shane pun naik panggung lalu langsung diperkenalkan oleh Sandi sambil sedikit diwawancara. Sudah gue duga sih bakal ada sedikit kendala, Shane mau ditanya apapun nggak akan menjawab. Bukan karena dia jutek, tapi memang belum bisa berbahasa Indonesia, hahaha :D Untung saja Sandi sangat kocak dan luwes, suasana jadi santai. Setelah dipersilakan kami bawakan 3 buah lagu; "And I Love" nya The Beatles, "If I" nya Indi Sugar (lol) alias lagu ciptaan gue, dan "One Day" yang juga ciptaan gue. Eh, gue agak-agak terharu lho waktu bawakan "One Day". Pasalnya, ehm, tahun lalu di bulan yang sama gue dan Shane rekam lagu itu jauh-jauhan. Gue di Indonesia dan dia di Amerika. Siapa sangka satu tahun kemudian kami bawakan lagunya berdekatan, ---sebelahan, dan dia jadi pacar gue pula :'p

Gue nggak selalu main ukulele. Ada beberapa lagu yang hanya dibawakan dengan iringan gitar Shane.



Momen bersejarah tertangkap video. Pertama kalinya gue dan Shane membawakan lagu "One Day" berdekatan, lol.

***


Konsep Pet Festival ini mengenalkan dan mengedukasi masyarakat tentang hewan. Jadi sebenarnya nggak berpusat pada hewan peliharaan saja. Di sini juga ada burung-burung yang dilindungi dari Taman Mini Indonesia Indah agar bisa dilihat lebih dekat oleh pengunjung. Komunitas yang terlibat antara lain; Animals Lovers, Expose, Paspamres, Koi, PSGB, ACI, Ahay Bird Sanctuary dan IBA. Mereka membawa hewan kesayangan dan koleksi masing-masing agar bisa berinteraksi. Pokoknya di area yang luas ini mereka tersebar, termasuk di "taman sentuh" alias di mini petting zoo. Tugas gue sebagai MC (---yang masih ngos-ngosan habis nyanyi karena bukan penyanyi betulan, lol) adalah menggiring pengunjung agar nggak malu-malu. Maklum, banyak yang mengira kalau harus membeli tiket lagi untuk masuk ke area ini. Padahal gratis, cukup membeli tiket masuk South Lake Park saja dan mereka bebas berada di Pet Festival sampai acara selesai.

Burung Julang Emas. Oh my! Ain't it gorgeous! :D

Kebanyakan pengunjung yang hadir adalah keluarga dengan anak yang masih kecil-kecil. Mereka-mereka inilah yang paling kelihatan antusias. Agar semakin menarik gue dan Sandi juga membuat kuis yang pertanyaannya gampang-gampang. Seperti nama-nama hewan dan karakternya. Yang bisa menjawab benar tentu dapat hadiah, yaitu goodie bag berisi snacks. Anak-anak sangat bersemangat, malah ada yang sampai nangis karena ingin hadiah tapi malu menjawab, hahaha. Meski kesannya sepele tapi cara ini efektif untuk mengenal karakter berbagai hewan. Jadi jika lain kali bertemu akan paham bagaimana cara menghadapinya. Terutama untuk hewan berbahaya seperti ular dan biawak. By the way, "bahaya" yang dimaksud adalah kalau kita nggak tahu cara menghandlenya, ya. Karena pada dasarnya hewan itu mempunyai insting dan meski sudah jinak kita tetap harus berhati-hati.

Di area Taman Sentuh atau Petting Zoo.


Gue, Sandi dan Gaung (yang awalnya akan menjadi partner gue).


Sandi sangat membantu gue, tanpa dia mungkin suasana nggak akan ramai. Kalau gue blank dengan cepat dia mengisi kekosongan dengan jokesnya. Gue bersyukur baik Mas Wiweko maupun Sandi memaklumi karena ini adalah pengalaman pertama gue. Bahkan mereka berbaik hati mengizinkan gue untuk "watch and learn", jadi nggak perlu menggintil Sandi kemana-mana tapi cukup melihat dan mempelajari untuk lain kesempatan. Cara ini cukup efektif sih, semakin lama gue jadi semakin PD dan mulai berani mengeluarkan inisiatif jokes. Nggak lucu juga nggak apa-apa deh, yang penting usaha, hahaha :p 

Sebelum acara selesai gue dan Shane membawakan 2 lagu lagi; "Here, There and Everywhere" nya The Beatles dan "The Will to Death" nya John Frusciante. Duh, akhirnya kesampaian juga impian gue bawain lagunya John sang idola di depan umum, hahaha. 
Biar badan rasanya capek maksimal (---efek cuaca panas sepertinya) tapi gue lega karena saat meeting akhir penyelenggara puas dengan kesuksesan acara di hari pertama ini. Tentu gue juga menyadari belum ada apa-apanya dibanding Sandi, tapi gue janji di hari kedua akan lebih maksimal lagi :) Berhubung gue satu-satunya pengisi acara yang berasal dari luar kota jadi diizinkan untuk ke hotel duluan. Gue, Shane dan Bapak pun pamit. Hotel sudah dibooking oleh penyelenggara jadi kami (harusnya) sudah tinggal istirahat saja. Asyik! :D

Tapi Tuhan rupanya ingin kami berpetualang dulu. Lagi-lagi Google map nggak banyak membantu dan malah bikin kami berputar di tempat yang sama sampai 4 kali! Jarak South Lake Park ke Hotel Amaris cukup jauh dan ternyata di daerah sini banyak hotel dengan nama yang mirip. Jadi kalau nanya sama orang mereka kebanyakan bingung dan malah memberi arahan ke hotel yang lain :'D Waktu akhirnya tiba gue sudah nggak berbentuk, deh. Semua tas dan ukulele Shane yang gotong (padahal dia sendiri bawaannya banyak) karena buat jalan saja rasanya berat untuk menyeret kaki, hahaha. Kami langsung pesan extra bed karena di kamar hanya ada 2 tempat tidur. Tapi... ehm... ternyata mereka nggak punya extra bed, saudara-saudara!!! :')

Akhirnya diputuskan Bapak tidur di satu tempat tidur sementara gue dan Shane berjejalan di tempat tidur yang lain. Gimana caranya? Nah, ini yang bikin gue takjub sama Shane karena bisa tidur dengan posisi nggak biasa. Dia berbaring melintang dengan kaki ditekuk, hahaha (---iyes, kaki gue nindihin perut dia). Kebayang nggak sih ukuran tempat tidur yang harusnya buat sendiri itu ditempati berdua? Shane bahkan sesekali tiduran di lantai untuk sekedar meluruskan kaki. Pokoknya kalau ditotal kami berdua hanya tidur 2 jam karena selain posisi nggak nyaman, kami juga kelaparan dan harus menunggu abang Gojek sampai jam 3 pagi karena restoran hotel sudah tutup. Kalau Bapak? Well, beliau sih nyenyak. Ngoroknya saja terasa getarannya sampai tempat tidur kami :D

24 Juni 2018
Meski bangun pas-pasan tapi gue dan Shane nggak ribet ataupun terburu-buru karena sudah mandi sebelum tidur. Jadi kami langsung ganti baju, sarapan dan berangkat. Latihannya sama seperti kemarin kami lakukan di perjalanan saja. Ada 2 lagu lain yang kami siapkan dan keduanya dari John Frusciante (---mimpi apa gue bisa bawain lagu idola 2 hari berturut-turut, uhuhu...). "Chances" dan "Interior Two" adalah lagu-lagu yang pernah gue bawakan sebelumnya di channel YouTube gue, jadi perfect untuk dijadikan back up songs kalau-kalau mendadak diminta. Gue merasa lebih relax sih, mungkin karena sudah lebih mengenal rutenya jadi nggak perlu ribet dengan Google map lagi. Sepanjang jalan gue, Shane dan Bapak banyak tertawa dan ini sangat gue syukuri :)

Bapak yang setia menemani dan mengabadikan momen.


Si pacar siaga, hahaha.


Kami tiba tepat waktu, susunan acara hampir sama seperti kemarin. Bedanya gue dan Shane tampil di tengah acara, bukan di awal. Ada beberapa kejutan menyenangkan yang hadir di hari kedua ini. Pertama, pengunjungnya lebih ramai dibanding sebelumnya. Kedua, sepupu dan dua keponakan gue datang untuk melihat gue tampil (hahaha, malu!). Dan ketiga, gue bertemu dengan beberapa teman pembaca. Gue senang sekali bisa menyapa dan berfoto bersama dengan mereka. Cuma sayangnya ada beberapa orang yang memperlakukan Shane seperti "objek wisata". Mereka mengajak berfoto bahkan tanpa bertanya siapa dia dan langsung pergi setelahnya. Gue sampai malu :( Out of topic, nih. Indonesia kan dikenal ramah, gue jadi sedih kalau ada yang asal jawil dan cekrak-cekrek saja... (maaf curhat, hiks).

Tapi di luar itu semuanya menyenangkan. Gue juga mulai berani memulai duluan untuk berbicara di depan pengunjung meski dagi dig dug, hahaha. Mungkin karena sudah lebih relax, gue juga jadi bisa lebih menikmati isi acara. Jadi nggak cuma sekedar mengenalkan komunitas yang akan tampil lalu langsung cari-cari bahan nge-MC lagi. Bagian favorit gue adalah waktu ada komunitas yang menjelaskan bagaimana apa yang harus dilakukan jika berhadapan dengan ular. Dari mulai cara membedakan mana yang berbisa dan mana yang nggak, sampai cara menangani jika sampai tergigit ular berbisa. Sayang baik Bapak ataupun Shane nggak ada yang merekam part ini jadi gue nggak bisa share banyak. Tapi gue ingat jelas bahwa selama ini banyak yang salah kaprah dengan penanganan pertama saat terkena gigitan ular. Instead dihisap atau malah diikat lebih baik perlakukan seperti korban patah tulang. Misalnya bagian lengan yang tergigit, maka usahakan agar bagian itu nggak banyak digerakan (bisa disangga dengan kayu, etc) lalu segera bawa ke Rumah Sakit. 

Sini Dek, ikut naik panggung :D


Di hari kedua foto lebih sedikit karena kamera mati. Untung saja saat turun panggung Shane sempat ambil video dengan handphone nya :)


Selain itu gue juga melihat aksi burung-burung cerdas. Sumpah kocak banget, kalau nggak ingat lagi "tugas" mungkin gue bakal konsen menonton bersama parah bocah yang memenuhi sekitar panggung, hahaha. Pokoknya gue merasa di hari kedua ini lebih maksimal segala-galanya. Microphone yang sempat mati dan gue yang sempat lupa lirik (lol) rasanya nggak terlalu penting. Antusias pengunjung dan pengisi acara bikin mood gue super baik :) Dan rupanya bukan hanya gue yang merasa bahwa hari kedua ini sangat maksimal. Di meeting sebelum kami pulang pihak penyelenggara pun sangat puas, bahkan rencananya akan diadakan rutin setiap bulan! Wah, meski keterlibatan gue di acara ini cuma secuil, tapi gue ikut senang! Mas Wiweko bilang kepada gue dan Shane agar kami jangan kapok untuk diundang kembali. Karena rencananya di akhir bulan Agustus mereka ingin kami hadir kembali.

Di perjalanan pulang kebahagiaan kami masih terbawa. Apaaaa saja dibahas, termasuk sedikit memberi "catatan" tentang apa saja yang harus diperbaiki jika ada kesempatan di lain waktu. Selebihnya... gue dan Shane terlelap! Kami lelah bukan main karena sehabis acara sama sekali nggak kembali ke hotel dan langsung menuju Bandung. Tubuh gue rasanya rindu dengan tempat tidur di kamar yang meski sempit tapi nggak harus dibagi dengan Shane, hihihi. Meski begitu gue merasa lelah ini sangat sepadan. Banyak yang bilang Indonesia kurang peduli dengan keberadaan hewan, baik pets ataupun hewan dilindungi. Tapi Pet Festival ini membuktikan sebaliknya, banyak orang-orang yang peduli dan benar-benar "do something" untuk menyebarkan awareness. Gue bangga menjadi bagian mereka :)
Yang gue harapkan sekarang semoga acara seperti ini bukan hanya di Bekasi, tapi diseluruh wilayah Indonesia! Boleh gue dapat "amin" nya, teman-teman? ;)

Vlog. Yang mudah-mudahan bisa menangkap keseruan Pet Festival :)


yang main ukulele tapi suka malu-malu kucing,

Indi


______________________________________________________________________________

Flash news:


Teman-teman, gue dibantu oleh para relawan menulis sebuah buku yang berjudul "Guruku Berbulu dan Berekor" (bagian dua). Buku ini berisi kumpulan kisah nyata mengenai manusia dan hewan peliharaannya. Hasil penjualan dari buku digunakan untuk membantu hewan-hewan di penampungan (royalti cetakan pertama sudah disalurkan ke Shelter Pak Johan). Jika teman-teman ingin memiliki bukunya sekaligus berdonasi, silakan kontak gue. Harga buku Rp. 60.000 dan bisa dikirim ke seluruh wilayah Indonesia. Trims! :)


_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Guruku Berbulu dan Berekor: Donasi Sudah Mulai Berjalan :)

$
0
0
Gue menulis ini di pagi buta sambil nunggu sarapan. Menikmati sekali awal musim hujan ini, bikin makan dan istirahat makin nikmat, hihihi. Kalau kalian sendiri gimana kabarnya? Semoga baik-baik saja dan sama "nikmat"nya seperti gue, ya :) 
Beberapa waktu yang lalu gue share kabar tentang buku terbaru gue yang judulnya "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua"(yang belum tahu silakan klik di sini). Nah gue punya dua kabar sekaligus tentang buku ini, nih! Yang pertama, gue memutuskan untuk mengubah tampilan sampulnya. Dan yang kedua, keuntungan dari penjualan buku sudah didonasikan! (Yay!).

Guruku Berbulu dan Berekor :)

Kenapa sampulnya diganti? Alasannya sebenarnya murni spontanitas gue saja. Sampul awal memang cute, tapi gue merasa kurang personal. Jadi dengan dibantu Shane, pacar gue, kami mendesain ulang sampulnya. Sesuai dengan isi buku yang berisi kumpulan kisah nyata manusia dengan hewan peliharaannya, gue pakai foto Eris, ---anjing peliharaan gue yang telah memberikan banyak pelajaran berharga untuk gue dan keluarga :) Prosesnya lumayan cepat, satu malam saja dan dengan mood yang super positif. Buat gue itu penting karena gue percaya saat mengerjakan sesuatu mood kita akan terpancar dari hasilnya. Gue puas dengan hasilnya. Bukannya ke-PD-an, tapi kepuasan ini datang karena proses pengerjaan benar-benar hanya dilakukan berdua, dan foto yang digunakan pun sangat personal, diambil oleh Bapak beberapa waktu lalu. Goal untuk menerbitkan buku ini dengan cara se"indie" mungkin pun rasanya sudah cukup tercapai karena budget yang gue keluarkan minim. Setelah 4 buku gue sebelumnya diterbitkan oleh penerbit major, ini adalah kali pertama karya gue diterbitkan secara mandiri. Bukan tanpa alasan, karena setelah dihitung-hitung keuntungannya akan lebih "terasa" dibandingkan jika diterbitkan secara konvensional. Itu artinya jumlah uang yang donasikan dari penjualan perbuku kali ini lebih besar dibandingkan "Guruku Berbulu dan Berekor" bagian yang pertama! :D

Sampul baru, bersama Gift yang berenang di akuariumnya, hihihi.

Kendala tentu saja ada, terutama soal promosi yang hanya mengandalkan sosial media gue yang followernya masih jauh dari kata banyak. Berbeda dengan buku-buku gue dulu orang bisa temukan di website penerbit dan toko buku :') Meski begitu gue percaya usaha akan membuahkan hasil. ---Sekecil apapun hasil tetap saja hasil. Gue bersyukur sekali semenjak diterbitkan donasi "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua" sudah disalurkan ke dua penampungan hewan. Yang pertama adalah "Shelter Pak Johan" di libur Lebaran lalu. Pak Johan ini awalnya pengusaha limbah plastik, dan berawal dari rasa iba tempat usahanya itu lambat laun berubah menjadi penampungan hewan! Sekarang beliau sedang memerlukan biaya untuk membeli lahan dan biaya untuk membangun. Lokasinya di Tanjung Kait, Tangerang. Gue salut sekali dengan beliau dan sangat mendukung langkahnya ini. Sekarang jumlah donasi untuk Shelter Pak Johan dari buku gue ini hanya sedikit, tapi gue berharap akan terus bertambah dan akan bisa di kemudian hari :)

Donasi untuk Shelter Pak Johan.

Donasi yang kedua disampaikan ke "Cat Life for 16 Cats, street cats rescue". Gue menemukan akun penggagasnya di Instagram dan salut dengan usahanya menyelamatkan kucing-kucing jalanan. Bukan hanya yang sehat, banyak juga diantaranya yang dalam keadaan sakit berat :( Yang paling dibutuhkan oleh mereka adalah pakan kucing, baik untuk kucing dewasa atau kitten. Nah, setelah gue cek ternyata alamatnya nggak terlalu jauh dari gue, sama-sama di Bandung! Gue putuskan untuk membeli cat food dari keuntungan buku. Lagi-lagi, gue tahu jumlahnya nggak banyak. Tapi gue harap ini jadi pengingat bahwa masih ada orang yang peduli dengan hewan, sekalipun hewan yang "tak bertuan". Salut :)

Donasi untuk Street Cats Rescue.

Sesedikit apapun keuntungan yang gue dapat dari buku ini gue bertekad untuk terus mendonasikannya pada hewan-hewan yang membutuhkan. Gue ingin "Guruku Berbulu dan Berekor" ini bukan sekedar buku, tapi juga gerakan atau movement. Teman-teman yang ingin membantu bisa hubungi gue untuk membeli bukunya. Bisa kirim pesan pribadi di media sosial gue (Facebook: Indi Sugar atau Instagram @indisugarmika) atau email namaku_indikecil@yahoo.com. Harga perbukunya Rp. 60.000, ---iya, naik sedikit dari sebelumnya karena harga kenaikan kertas. Dan jika membeli buku belum memungkinkan gue harap kalian meluangkan waktu untuk membagi kabar tentang buku ini ke orang-orang yang kalian kenal. Dan jika itu belum memungkinkan juga, setidaknya doakan agar gerakan ini terus berjalan, ya, hehehe. Sekian dulu kabar gue tentang "Guruku Berbulu dan Berekor - bagian dua". Semoga di tulisan selanjutnya akan ada kabar baik lagi. Selamat menikmati musim hujan, see ya! ;)

Video book trailer untuk Guruku Berbulu dan Berekor 2


yang menulis karena ingin berbagi,

Indi 

 _____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Indi Kembali saat Halloween! :)

$
0
0
Ini beneran bulan November? Ya, ampun tahun 2018 sudah mau lewat tapi tulisan gue di sini cuma berapa biji? :') Hahaha. Dulu, waktu pertama kali bikin blog tujuan gue buat menyimpan kenangan atau pengalaman. Iya sih foto dan video bagus buat menyimpan memory, tapi buat gue tulisan punya keistimewaan tersendiri karena yang tersimpan bakal dari sudut pandang gue :) Nah, berhubung belakangan gue jadi jarang menulis, hati kecil gue sebenarnya menyesal... Ada beberapa moment berharga yang rasanya lewat begitu saja, sniff... Tapi daripada sedih berlarut lebih baik gue menulis satu-persatu kejadian apa saja yang gue ingat di sini. Biar tulisannya delay yang penting kalau nanti-nanti dibaca kembali kan bisa bikin gue bernostalgia. Apalagi suami gue sudah janji untuk mengingatkan gue menulis minimal satu minggu sekali supaya nggak menyesal lagi. ---Rrrr, iya kalian nggak salah baca, kok. Suami. Gue sudah menikah (tuh kan banyak cerita yang terlewat...) dan kapan-kapan pasti gue ceritakan di sini. Sekarang mumpung Oktober baru lewat gue akan cerita tentang Halloween saja dulu, deh ;)


Sebelum cerita, nggak bosan-bosan dari tahun ke tahun gue bilang kalau Halloween di keluarga gue nggak sama dengan originnya. Kami hanya meminjam nama tanpa bermaksud being disrespectful. Mungkin untuk teman-teman yang baru mampir ke blog ini bisa buka label "Halloween" supaya mengerti apa yang gue maksud :) 
Well, selain adanya Shane alias suami, tahun ini juga ada hal lain yang berbeda. Kalau biasanya gue pakai kostum suatu tokoh (supaya nantinya bisa difoto side by side sama aslinya, hehehe), tahun ini gue pakai kostum sangat amat seadanya banget! Bukan tanpa alasan, Ibu yang biasanya membuatkan gue kostum sedang sibuk dan gue masih belum juga bisa memutuskan akan jadi apa sampai mendekati malam Halloween. Justru Ali, keponakan gue yang baru berusia hampir 3 tahun lah yang sudah mantap akan jadi apa sejak jauh-jauh hari :D Ditambah lagi Shane bukan tipe orang yang senang berkostum meski sangat antusias dengan Halloween, jadi gue pikir nggak apa-apa lah karena kreatif kan nggak harus melulu soal kostum *wink* Karena nggak memikirkan kostum gue jadi bisa lebih bisa konsentrasi dengan dekorasi. Nggak ribet-ribet sih, gue hanya meminta Shane untuk memilih template bunting (bendera gantung) yang lucu-lucu. Lalu setelah itu kami bawa ke tempat fotokopi untuk dilaminating supaya kelihatan lebih bagus dan durable (jadi tahun depan nggak usah bikin lagi, lol). Shane juga sudah beli banyak sekali laba-laba mainan untuk disebarkan di seluruh ruangan. Gue suka ide itu, sederhana tapi efektif. Dan berhubung Halloween identik labu, gue juga sudah membuat lilin berwarna orange yang dibuat dari crayon dan menggambar jarnya (bekas selai) dengan wajah Jack O'Lantern. Sisanya sih kami hanya pakai apa yang sudah ada di kamar gue.


Waktu gue pikir semuanya sudah siap, tepat di hari H baru sadar kalau gue salah menulis tanggal undangan ke teman-teman! Seharusnya tanggal 30 Oktober, tapi gue tulis tanggal 31! Untung saja gue sadarnya pagi-pagi jadi mereka tetap bisa datang meski mendadak dan gue dibanjiri protes karena mereka nggak sempat menyiapkan kostum, hehehe (^-^ ')v 
Habisnya mau bagaimana lagi, di tanggal 31 gue dan Shane sudah berencana untuk ke rumah hantu, dan ditambah, Ali pasti akan kecewa berat kalau Halloweennya ditunda. Gimana nggak, dia sudah menunggu Halloween sepanjang tahun. Bahkan sudah latihan bilang "Happy Halloween" untuk video gue sejak Halloween lalu, ---yang mana waktu itu dia masih gue gendong dan belum terlalu lancar bicara. ---Aww, time flies :') 
Gue nggak mengundang banyak orang, seperti biasa acara seperti ini biasanya hanya kumpul di rumah bersama keluarga. Jadi kalaupun ada teman hanya beberapa saja. Apalagi gue pikir nggak fair buat Shane yang nggak bisa mengundang teman-temannya ke sini. Kampung halamannya jauh, di Amerika. Dan di sini dia belum punya teman selain orang-orang yang gue kenalkan, jadi gue ingin membuat suasana sehangat mungkin alias nggak asing. 


Beberapa saat sebelum teman-teman gue datang, Ali sudah mandi sore dan bersemangat sekali. Sebenarnya sih sudah dari pagi, tapi Ibu sempat membawanya ke rumah Nenek supaya nggak mengganggu gue dan Shane yang sedang siap-siap xD Ali pakai kostum Superman, sedangkan gue memakai dress lama berbunga-bunga dan juga mahkota bunga. Ceritanya jadi putri bunga, hehehe. Kalau Shane malah super spontan alias tanpa rencana. Karena kehabisan baju bersih jadi gue minta dia pakai kaus yang Ibu belikan buat gue. Gue nggak begitu perhatikan gambarnya, pokoknya asal nggak ambil baju dari keranjang cucian, titik. Tapi rupanya "kostum" Shane malah yang paling keren karena setelah diperhatikan motif kausnya mirip percikan darah! Hahaha, kami sampai nggak bisa berhenti ketawa waktu sadar soal ini, lucky him! :D Dan rupanya keberuntungan Shane nggak habis sampai di situ saja. Kami sempat berselisih kecil karena Shane salah perhitungan waktu membuat graveyard cake. Akibatnya cakenya hancur! Gue sampai hampir menangis karena teman-teman gue sudah di depan rumah. Tanpa pikir panjang gue minta dia masukkan cake hancur itu ke dalam beberapa gelas dan atasnya diberi permen cacing. Dirt cake darurat! Kalau teman-teman suka ya syukur, kalau nggak pun nggak apa-apa asalkan kue gagal ini jangan dibuang. Gue sudah siap-siap malu dan bikin tameng dengan bilang"ini buatan Shane"sebelum ada yang protes. Tapi ternyata hasilnya nggak jelek, "Halloween banget" dan rasanya enak! Beruntung sekali, kan! :D Selain dirt cake darurat kami juga memakaikan kostum seram ke kotak susu soya dan jus mangga. Ibu juga menyumbangkan rujak Malaysianya yang rasanya segar. Lainnya gue memesan pizza (iya, karena ingin praktis, maafkan ya nggak bikin, hehehe), soda dan chips. Treatsnya cukup bisa dinikmati sama segala usia. Karena selain Ali, ada dua orang teman gue yang juga membawa anak-anak mereka :)



Meski tahun 2018 belum berakhir, tapi gue sudah bisa bilang kalau Halloween salah satu hari terbaik di tahun ini. Gue sangat bahagia dan merasa sangat dicintai di tengah orang-orang terfavorit gue di dunia. Ketika semua terlibat, ketika semua menikmati, ketika semua tersenyum... rasanya nggak ada yang bisa membuat gue down. Tahun lalu adalah masa yang sulit untuk gue. Kesehatan gue drop, kehilangan seorang sahabat dan keluarga gue membuatkan pesta Halloween untuk membantu gue merasa lebih baik. Dan tahun ini kesehatan gue kembali, juga sahabat gue kembali, ---sebagai seorang suami :) Jadi bertambah lagi alasan mengapa Halloween sangat berarti untuk gue. Ini bukan hanya hari dimana kami berpesta kostum, menghias rumah atau meminjam budaya Irlandia. Tapi Halloween adalah pengingat betapa keluarga begitu mencintai gue. Dan pengingat bahwa seburuk apapun keadaan selalu ada harapan untuk menjadi lebih baik. 

---

Ah, rasanya gue masih belum seluwes biasanya karena terlalu lama berhenti menulis. Tapi nggak apa, karena yang terpenting gue senang bisa kembali menyimpan memory di sini. Dan menulis tentang Halloween adalah cara yang menyenangkan untuk memulai kembali ;)


boo,

Indi

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


(Tiba-Tiba) Menikah.

$
0
0
Waktu bilang kalau gue sudah menikah banyak yang nggak percaya. Teman-teman dan saudara-saudara gue bertanya-tanya; kapan? Sama siapa? Kok nggak bilang-bilang? Lho, pacarannya kapan? ---dan lain sebagainya.
Sebetulnya jangankan mereka, gue juga masih nggak percaya kalau sekarang sudah menikah, hahaha.


Pernah punya hubungan jangka panjang yang (tujuannya sih) serius membuat gue malas untuk terlalu berbagi kehidupan pribadi gue lagi. Alasannya karena batas care dan kepo teman-teman dunia maya gue sudah makin tipis. Bukannya memberi selamat ketika tahu gue punya pacar, eh malah nanyain kemana mantan gue *palm face* Entah mereka murni nggak punya manner, polos atau karena mereka pikir pacar gue buta huruf, yang pasti itu membuat gue nggak nyaman. Padahal siapa yang tahu dengan masa depan, kan? Rencana gue (dan pasangan gue kala itu) pasti baik, tapi kalau Tuhan berkehendak lain ya pasti itulah yang terbaik. 
Tapi sekarang setelah satu bulan kami menikah, gue pikir ini adalah saat yang tepat untuk membagi cerita kami. Nggak ada yang salah sama hubungan kami. Shane itu orang baik, dan gue punya hak to tell the world. Kalau ada yang menduga-duga dan membandingkan dengan mantan itu juga hak mereka, gue nggak bisa cegah. Tapi what's matter itu siapa yang menikahi gue pada akhirnya, kan ;)

Cerita mundur ke sekitar 6 tahun yang lalu. Gue yang waktu itu baru di dunia YouTube benar-benar nggak tahu gimana cara website itu berfungsi. Akun gue kosong, nggak ada foto atau videonya. Karena waktu itu tujuan gue hanya untuk berkomentar di video-video musik idola. Dengan bantuan Bapak (as always) gue membuat 2 video pertama; video Eris, anjing gue yang sedang melakukan trik ala ala Air Bud (lol) dan video gue nyanyi di kamar sambil megang buku karena nggak hapal liriknya (---I know right, norak banget, namanya juga bocah, huahaha...). Nah, gue itu ngefans banget sama yang namanya John Frusciante, setiap ada yang cover lagunya pasti gue tonton dengan seksama. Sampai suatu hari gue nemu satu video cover di daftar rekomendasi gue, iseng-iseng gue klik. Yang di video itu cowok, namanya Shane Combs. Dia main gitar sambil nyanyi. Videonya keren, nggak dibuat-buat tapi sukses bikin gue amaze. Lalu dengan PD nya gue komentar di video itu nyuruh dia buat nonton video gue yang lagi nyanyi sambil bawa buku (---ampun dah Indi malu-maluin...). Nggak disangka cowok itu balas, katanya dia sudah nonton video gue dan dia suka. Lalu kami pun menikah lalu hidup bahagia selamanya.
Hahaha, just kidding. Sehabis komentar itu gue nggak pernah ada kontak apa-apa lagi sama dia. Murni komentar iseng, hanya menyampaikan kekaguman dan gue memang pengen pamer video :")

Di pertengahan tahun 2016 suatu kebetulan mempertemukan gue dengan dia lagi. Waktu lagi iseng baca kolom komentar video clipnya Princess Chelsea, gue nemu komentar dia dong! Dengan sok akrabnya gue sapa dia dan bilang kalau gue kaget kami dengar musik yang sama. Mungkin karena kebetulan sedang sama-sama online, dia langsung balas. Katanya dia tahu Princess Chelsea karena nonton salah satu cover gue. Agak kaget juga sih karena gue pikir dia nggak pernah mampir ke channel gue lagi setelah gue "paksa" nonton video gue, hahaha. Dan lagi-lagi, setelah itu nggak ada obrolan lebih lanjut. Nggak tahu deh dengan kalian, gue biasanya selalu ada firasat alias hint kalau ketemu orang. Misalnya langsung tahu kalau nantinya bakal jadi teman akrab, atau sebaliknya. Nah, sama Shane ini justru nggak ada sama sekali. Pokoknya tiap ngobrol rasanya hanya sekali lewat doang. Bahkan sampai beberapa bulan kemudian waktu kami memutuskan untuk bikin lagu bareng pun nggak pakai basa-basi dulu. Dia tinggal dimana, tampangnya gimana, umurnya berapa, gue nggak tahu. Pokoknya habis lagunya selesai, ya sudah, kami kembali ke alam masing-masing, hahaha.

Jadi kapan kami mulai berteman dan naksir-naksiran? Nggak tahu. Seingat gue kami mulai mengobrol di pertengahan tahun 2017, dekat-dekat ulang tahun kami yang beda 10 hari saja. Awalnya sih seperti sebelumnya, kami membuat musik. Lalu tiba-tiba saja jadi akrab dan obrolan kami nggak lagi melulu soal musik. Setiap video call bisa berjam-jam, bahkan nggak jarang kami nggak tidur seharian dan ngobrol sampai belasan jam! Rekor yang gue ingat kami ngobrol 13 jam, sampai Ibu nanya kenapa gue nggak keluar kamar selama 2 hari, hahaha. Tapi jangan dikira kami saling naksir. Hubungan kami memang istimewa, tapi kami murni bersahabat. Shane sering bercerita tentang perempuan yang dia taksir. Begitu juga gue yang sering bercerita tentang kecengan-kecengan khayalan gue yang jumlahnya segudang. Hubungan kami tanpa beban, nggak pernah sekalipun ada keingingan untuk bertemu karena sudah tahu bahwa kami ternyata tinggal di 2 negara yang dari ujung ke ujung; Amerika dan Indonesia. Bagi kami video call lebih dari cukup, kami sama-sama senang itu yang terpenting :)

Akhir Januari 2018 kami berpacaran. Lagi-lagi jangan tanya bagaimana awalnya karena kami nggak ingat. Tahu-tahu seminggu sebelumnya kami saling mengakui kalau ada perasaan memiliki dan mulai ada keinginan kuat untuk bertemu. Jadi nggak ada acara "tembak-tembakkan". Waktu itu Shane bilang kalau dia akan datang ke Indonesia agar kami bisa tinggal bersama. Orangtua gue kaget, karena nggak pernah sekalipun gue menyebut tentang punya pacar. Padahal memang itulah kenyataannya, di hari pertama kami berpacaran Shane langsung memutuskan untuk ke sini. Begitu juga orangtua Shane, mereka kaget karena anaknya belum pernah ke luar negeri atau bahkan mengenal sedikit pun tentang Indonesia, ---tapi langsung memutuskan untuk tinggal menetap! 
Gue pernah bertanya apa dia nervous akan meninggalkan segala kenyamanan di negaranya dan harus belajar bahasa yang sama sekali baru. Dia bilang "nggak", dia malah excited karena artinya nggak harus lewat video call lagi untuk "bertemu" dengan gue. Katanya, kalau di telepon saja kami sudah bahagia, apalagi di dunia nyata nanti. Dan gue setuju dengannya :)

Jika pasangan yang berasal dari beda negara identik dengan LDR alias long distance relationship, itu nggak berlaku buat kami. Dan gue sangat bersyukur dengan itu! Shane segera mengurus passport, visa dan barang-barang apa saja yang akan dibawa. Maret 2018 dia sudah siap terbang ke Indonesia dan selama menunggu yang kami bicarakan adalah betapa nggak sabarnya kami untuk bertemu, ---juga rencana untuk menikah. Iya, menikah. Awalnya gue pikir Shane hanya becanda karena kami memang sering bergurau dan gue memang belum menemukan "sisi romantis" darinya. Tapi semakin lama gue jadi yakin kalau dia bersungguh-sungguh karena nada bicaranya selalu terdengar lebih serius setiap dia berbicara tentang hubungan kami. Gue pikir, kalau pun nanti dia berubah pikiran karena belum pernah bertemu gue sebelumnya, ya sudah. Gua akan minta dia pulang lagi ke negaranya, hahaha.

And here we are now, kami menikah di bulan Oktober 2018 dengan dihadiri oleh beberapa anggota keluarga saja. Alasannya karena gue ingin pernikahan kami khidmat dan sakral. Gue pernah bermimpi bagaimana rasanya menikah, tapi ternyata yang gue alami ini lebih indah daripada impian. Gue menikahi sahabat gue! :) Setiap detik yang gue alami rasanya seperti mimpi, sepanjang prosesi pernikahan gue nggak bisa berhenti tersenyum. Jalan Tuhan memang misterius, video konyol di YouTube itu ternyata jalan kami untuk saling menemukan belahan jiwa. Gue nggak akan pernah menganggap sepele lagi setiap hal kecil yang terjadi di hidup gue, karena siapa tahu itu clue Tuhan untuk sesuatu yang lebih besar.


Dan soal hint, atau firasat. Saat menulis ini gue jadi sadar kalau sebenarnya "tanda-tanda" itu sudah ada tapi guenya saja yang cuek, ---mungkin karena terlalu menganggap kalau Shane itu nggak akan pernah lebih dari sahabat. Pernah suatu hari Shane memberi gue batu yang dia ambil dari depan rumah John Frusciante, idola gue. Gue bilang, jika suatu hari nanti gue menikah, gue akan meminta calon suami gue melamar dengan batu itu. Dan yang kedua, tahun lalu gue menulis lagu yang berjudul "If I". Liriknya seperti ini; "If I get married today, I will wear white dress and flower crown."Satu hari sebelum menikah Shane membelikan gue gaun putih bermotif batik dan mahkota bunga. Coba tebak?! Gue benar-benar memakainya di hari pernihakan kami! :)
Jadi rupanya dia sudah di sini bersama gue the whole time, my best friend is my husband.

Ah, rasanya gue ingin bercerita lebih banyak lagi tentang kami. Tapi mungkin lain kali karena sebentar lagi Shane akan selesai cuci piring sehabis memasak untuk kami, hihi. Sekarang gue mau siap-siap istirahat dulu. See you, teman-teman! :)


xx,

Indi







----------------------------------------------------------------------------------------------

Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Glamorous Camping? Indi Happy atau Nelangsa? :p

$
0
0
Kayanya bukan lagi rahasia bagi orang-orang dekat gue, kalau gue itu lebih suka aktivitas indoor daripada outdoor! :p Eh, bukan berarti gue nggak suka alam atau nature, lho. Gue suka, ---bahkan paling hobi lihat pemandangan. Tapi kalau boleh memilih gue pasti akan lebih prefer menghabiskan waktu di dalam ruangan setelah berjalan-jalan di alam. Bisa menginap di hotel, villa, atau di rumah teman. Pokoknya asalkan nggak tidur di luar gue nggak masalah. Well, IDK, menurut gue tidur di bawah bintang hanya terdengar indah di film atau di novel saja. Gue terlalu "takut" dengan udara dingin dan gigitan nyamuk. Jadi jalan-jalannya cukup siang sampai sore saja deh, sisanya di kamar, hehehe. Nah, beruntungnya gue punya suami yang (hampir) sepemikiran. Dia juga suka alam, tapi kalau istirahat pilihnya ya di ruangan meski dia suka kegiatan outdoor macam mengendarai dirt bike, main skateboard dan lain sebagainya (---gue mah nggak, lol).

Makanya waktu Om gue menawari kami untuk menginap, gue nggak pakai ragu bilang kalau kami pengen tempat yang damai (jauh dari hiruk pikuk kota, bosan gue sebagai orang Bandung, hehehe) dan nyaman. Mau di gunung pun nggak masalah, tapi kalau bisa ---ehm, menginapnya di hotel. Biar sehabis lelah jalan-jalan gue bisa nonton film, berendam air panas atau malah dipijitin. Itulah kenapa gue selalu menolak kalau jalan-jalannya bareng orang lain alias grup, karena gue pasti (dianggap) ngerepotin minta ini-itu. Tapi ya mau gimana lagi gue itu orangnya seimbang, suka alam tapi juga suka moderenisasi :p *ngeles*
Om gue bilang dia minta tolong temannya buat cari hotel yang lokasinya di alam buat kami. Setelah dapat gue langsung dapat kiriman video lewat whatsapp yang isinya kondisi tempat menginap dan pemandangan sekitarnya. Waktu menonton gue dan Shane langsung curiga, kok nggak seperti hotel. Tapi pemandangannya sih bagus, menghadap danau dan sunyiiiii banget. Ternyata benar saja, setelah googling tempat yang dicarikan temannya Om gue itu ternyata villa. Tadinya gue mau nawar, minta menginap di hotel saja. Tapi setelah dipikir berkali-kali plus diskusi mondar-mandir sama ortu dan suami, akhirnya gue deal. Di video pemandangannya bagus, nggak apalah tanpa room service yang penting sepadan dengan apa yang kami lihat nanti :)

Lokasinya di Pangalengan-Jawa Barat. Gue nggak akan bilang dimana tepatnya (kalian akan tahu alasannya nanti), tapi yang pasti cukup populer dan reviewnya banyak di Google. Karena sudah tahu bakal menginap di villa, gue dan Shane bawa perlengkapan lengkap. Dari mulai makanan (instan dan sayuran, dasar vegan! Lol), selimut, losion anti nyamuk, gitar dan ukulele untuk anti bosan, sampai obat-obatan. Perjalanan cukup jauh dari rumah kami di Bandung Selatan. Berkelok-keloknya bikin pusing tapi pemandangannya memanjakan mata, hijau di mana-mana! Shane sampai sering ambil video dari dalam mobil karena kagum. Mood kami juga bagus, bawaannya cekikikan terus, mungkin karena excited :) Sayangnya ketika tiba tempatnya ternyata nggak seindah yang video... Begitu turun kami langsung mencium bau amis dan banyaaaak sekali lalat. Gue nggak lebay, ini lalat banyaknya sampai masuk ke dalam villa dan nempel-nempel di jendela DALAM kamar! Speechless, waktu barang-barang diturunkan dari mobil gue nggak rela. Tapi mau gimana lagi, kami sudah deal dan akhirnya ditinggal berdua saja di sana. Then the nightmare begin... Waktu kami mulai beres-beres gue mulai notice kalau dapurnya kotor banget. Di peralatan makannya masih ada kecap ---or whatever lah nempel-nempel. Gue dan Shane langsung berinisiatif cuci semuanya dan begitu rak diangkat... ADA KECOA, SAUDARA-SAUDARA! Gue coba nggak panik dan minta Shane lap meja, dll dengan tisu basah antiseptik (lap yang di sana sudah compang-camping dan bau, hiks), sementara gue hidupkan anti nyamuk elektrik yang rupanya nggak mempan untuk mengusir lalat. 

Waktu dicek, kamar mandi rupanya nggak ada air. Pusing tujuh keliling lah kami, sudah datang jauh-jauh maunya istirahat malah "harus" beres-beres. Kami sampai nggak berani menginjakan kaki di kamar karena selain jendela, tempat tidur juga dilalerin. Gue sampai pengen nangis mikir gimana cara lewatin malem kalau kondisinya kaya gini. Shane lalu ajak gue melihat-lihat keluar villa sambil mencari orang yang bisa dimintai tolong. Bad idea! Lalat semakin banyak, bahkan beberapa langkah saja dari villa kami gue baru ngeh kalau ada seonggok (maaf) pup. Ya Tuhaaaan, fix gue mau minta pulang saja *cry emoji* 
Tapi ternyata nggak semudah itu. Handphone gue nggak ada sinyalnya dan wifi juga mati. Petugas villa entah dimana dan hari juga sudah mulai gelap. Sumpah dah gue lebih baik diserang zombie daripada diserang lalat, hahaha. Kami pun jalan ke luar wilayah villa dengan harapan dapat sinyal. Lumayan jauh, tapi akhirnya dapat. Saking leganya gue sampai nggak mau balik lagi ke villa, biar deh gue berdiri di sana dilalerin asal bisa telepon. Dan akhirnya, setelah 2 jam kami dijemput!

Di mobil kami sudah siap-siap terlelap, ---lelah fisik dan batin :p Tapi malah ditawari untuk menginap di tempat lain. Langsung saja kami tolak, waktu semakin larut dan yang gue pengen waktu itu cuma mandi terus salin pakai piyama :( Om gue yang lagi OTW ke luar kota whatsapp  bilang supaya minta dicarikan hotel. Dia bersikeras agar gue dan Shane tetap jadi menginap di tempat yang nyaman. Bimbang deh gue, hati sebenarnya pengen pulang tapi nggak enak kalau menolak permintaan Om yang notabene cuma ingin menyenangkan gue. Akhirnya setelah diskusi sedikit dengan Shane yang mulai tampak seperti zombie, kami setuju untuk menginap di tempat lain dengan syarat harus BERSIH dan gue bisa mandi. Orang travelnya setuju, dan dia merekomendasikan resort yang katanya nyaman dan pasti gue suka. Waktu dia tunjukan fotonya gue dan Shane lihat-lihatan. Not again... Lagi-lagi bukan hotel. Bahkan tempatnya semi outdoor karena konsepnya glamping, alias camping yang "glamour". Di kepala gue langsung keluar naskah panjang kesewotan gue tentang kenapa ini travel nggak mau kasih kami hotel saja. Terserah deh mau hotel bintang satu juga asalkan kami bisa tidur di dalam kamar. Tapi di kenyataan gue cuma ngangguk saja. ---Akika lelah, bo :(

Tentang Glamping

Malam, lupa jam berapa, akhirnya kami tiba di lokasi resort glamping. Kata orang travelnya begini, "Lihat saja dulu, kalau nggak suka boleh pulang." Gue nggak becanda, gue masuk ke lobby pakai sarung di kepala, sudah kaya ninja saja. Kesan gue dan Shane waktu menginjakan kaki di sana; look nice (waaaaay nicer daripada tempat sebelumnya), mirip lobby hotel "normal" dan kekinian. Gue sih cuma bisa membatin saja kenapa kami nggak dibawa ke sini dari awal. Memang belum lihat bagaimana suasana area glampingnya sih, tapi at least dari lobbynya saja sudah terlihat bersih. Herannya waktu gue setuju buat menginap di sini, pihak resort butuh waktu cukup lama untuk mengantarkan kami ke "kamar"(---pakai tanda kutip karena bukan kamar konvensional ya, hehehe). Lobbynya semi outdoor dan Lembang sedang hujan, jadi terbayang dong gimana dinginnya kami. Untung saja di sini sepi banget, jadi nggak banyak orang yang lihat gue jadi Lutung Kasarung. Well, sebenernya sih bodo amat, yang penting anti masuk angin :p

Pemandangan malam hari, waktu kami tiba.


Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba. Kami diantarkan ke "kamar" yang (gue pikir) berupa tenda camping. Tapi ternyata itu hanya dari luarnya saja. Begitu petugas membuka resleting tenda terlihatlah isinya yang terlihat seperti kamar pada umumnya. Tempat tidur luas, kotak penyimpanan, kamar mandi lengkap dengan air panasnya, juga termos elektrik untuk memaskan air! Waktu gue perhatikan ternyata rangkanya permanen dan lantainya juga terbuat dari semen, bukan tanah. Langsung lah gue membuang nafas lega *fiuh* Dibandingkan tempat yang sebelumnya, yang ngakunya villa ternyata malah lebih hommy di sini (lebih dekat dengan rumah gue juga. Asyem, buang-buang waktu saja di jalan). Petugasnya nanya apa gue dan Shane mau pindah lokasi atau tetap di kamar yang ditawarkan saja. Kami langsung sepakat kalau nggak mau lihat-lihat lagi meskipun kiri-kanan-bawah kamar kami kosong. Setelah itu kami diberi kunci dan gemboknya, juga diingatkan kalau sampai jam 10 malam ada bonfire yang bisa dinikmati bersama pengunjung resort lainnya.

Meski ngarepnya ada bathup buat berendam, tapi adanya shower dengan air panas juga good enough. Sementara Shane beres-beres barang bawaan kami, gue mandi lalu berganti dengan piyama. Padahal paginya gue sudah mandi, tapi mungkin karena di mobil berjam-jam plus dilalerin rasanya badan gue kotor banget, ---banget! Eh, gue surprise lho dengan kamar mandinya, selain air panasnya stabil, perlengkapannya juga lengkap. Ada shower cap segala yang biasanya cuma gue temui di hotel yang "bagus". Kesannya memang sepele, tapi dengan mandi rupanya bisa mereset mood gue, hehehe :p Kami sempat kepikiran mau ikutan bonfire, tapi setelah dipikir-pikir rasanya lebih nyaman di kamar saja. Tawaran genjrang-genjreng gitar sambil membakar marshmallow pun nggak terlalu menggiurkan bagi kami. Alasannya karena kami vegan (masa mau bakar kapas? Lol), juga karena kami membawa gitar dan ukulele sendiri dari rumah. Di dalam kamar kami merasa lebih bebas bermain musik sekeras apapun karena kebetulan kami satu-satunya yang mengisi kamar di jajaran atas. Kalau di depan orang lain kan gawat, kami suka nggak kira-kira kalau nyanyi :p

Tenda alias kamar kami tampak depan. Kiri-kanan sama bawah nggak berpenghuni, hehehe.


Kamar mandinya tanpa bathup, tapi air panasnya stabil, bikin betah. Dari sabun sampai losion juga sudah tersedia.


Itu selimut Shane yang bawa sendiri dari rumah, soalnya kami suka agak "gimanaaa" gitu pakai selimut orang lain :'D Oh, btw itu si Onci, boneka kelinci gue juga ikut.


Nggak ada TV di kamar kami karena katanya sih konsepnya less gadget. Wifi tetap ada yang fungsinya untuk memanggil butler kalau lapar tengah malam. Tapi bukan Indi namanya kalau nggak segala dibawa, hahaha. Dengan menggunakan wifi gue dan Shane menonton film horror di laptop! Untung saja wifinya cukup kencang, jadi hanya 2 kali buffer dan sisanya aman. Sengaja pilih horror (Creep 2, karena sudah nonton yang pertama) karena itulah satu-satunya genre film yang kami nggak pernah bosan. Herannya setelah filmnya habis kami nggak ngantuk sama sekali, padahal sebelumnya kami terkantuk-kantuk di mobil. Pilihan aktivitas di tengah malam juga nggak banyak (ya kali, lol), kalau nggak makan ya lagi-lagi main musik. Oh iya, kami masak mie instan dan bubur kacang di termos elektrik, lho. Karena tadinya sudah berencana buat masak-masak di villa jadi kami bawa sekantung besar makanan. Kan sayang kalau dibuang. Cukup menantang juga, tapi hasilnya enak. Apalagi gue juga sudah iris-iris sayur dari rumah, jadi kami nggak kekurangan gizi. Istri idaman banget kan gue :D *wek!*

Semenjak menikah kalau gue insomnia Shane juga ketularan. Padahal dulu dia sih cuek saja kalau gue melek, ---atau sebaliknya. Jadilah kami zombie berdua. By the way, mungkin sih ini karena suasana di sini kurang cocok dengan "style" kami beristirahat. Tendanya sih nyaman dan cukup bersih (debu-debu di sudut atap mah wajar lah, rumah gue juga gitu, hehe), tapi polusi suaranya kencang bangeeet. Gue pikir karena kami di gunung jadi bakal sunyi gitu, tapi ternyata suara jalan raya terdengar banget. Apalagi suara motor yang ngebut-ngebut ngepot, bikin elus dada :'( Belum lagi karena di kamar nggak ada AC atau heater (hanya kipas di langit-langit) bikin malam yang dingin semakin terasa. Tenda pun jadi sedikit berkibar-kibar dan bikin kami rebutan selimut. Akhirnya gue dan Shane memutuskan untuk berjalan-jalan di luar saja. Biarlah kalau badan kami jadi berpeluh lagi setelah mandi, lebih baik daripada menahan dingin. Lagipula kami memang berjiwa horror, sudah lama memimpikan untuk bisa jalan-jalan tengah malam tapi di daerah kami terlalu ramai, hehehe. Ternyata seru juga, kami jadi bisa melihat suasana di sekitar resort termasuk tempat bonfire yang kami lewatkan. Tapi yang paling seru sih waktu kami sembunyi-sembunyi dari penjaga malam. Setiap cahaya senternya diarahkan ke dekat kami, kami langsung jongkok. Nggak apalah mengkhayal jadi buronan daripada bosan :p

Setelah jadi "buronan" pun kami tetap belum mengantuk. Sekitar jam 3 pagi (pokoknya menjelang subuh gitu) kami masuk kembali ke kamar dengan sepatu yang penuh lumpur karena hujan gerimis. Rasanya antara perasaan sama badan gue nggak singkron. Badan sudah lelah selelah-lelahnya, tapi setiap dengar suara bising dari jalan raya gue otomatis melek dan siap siaga. Syukurlah gue masih diberi tidur sama Tuhan, menjelang pagi gue akhirnya tidur sebentar (dan katanya Shane menyusul terlelap nggak lama setelah gue) dan bangun sekitar jam 8. Gue agak-agak pusing gimana gitu, sebelum tidur Shane bungkus badan gue pakai selimut ala-ala kepompong supaya gue merasa aman. Iya sih ampuh, tapi kan nggak bisa gerak, hahaha. Lagi-lagi bersyukur karena kami sudah siap obat-obatan, jadi begitu waktunya sarapan gue sudah segar kembali. Sarapannya di cafe dekat lobby yang cukup okay, tapi sayang banyak lalat. Jangan-jangan lalat dari villa sebelumnya ngikut, nih, lol. Tapi rasa makanannya cukup mengobati. Kami pesan nasi goreng (iya, sarapannya perpaket gitu, nggak all you can eat, huhu), buah-buahan, kopi dan jus mangga. Nilai plusnya mereka memasak ketika ada yang memesan, alias fresh. Terbukti karena waktu kami request nasi goreng vegan mereka menyanggupi padahal nggak ada di menu :)

Pemandangan ketika kami bangun. Indah ya, meski agak gelap karena musim hujan :)

Bangun tidur ku terus nongkrong, tidak lupa minta difoto :p

Waktu nggak bisa tidur kami jalan-jalan sampai ke bawah, lho (lihat di belakang gue).


Karena masih pagi kami jadi bisa lihat pemandangan resort dengan lebih jelas. Dan ternyata indaaaaaah sekali. Sampai hampir lupa kalau semalam bisingnya sudah kaya nonton balap liar :') Karena lagi musim hujan langit jadi nggak terlalu cerah, tapi tetap saja rasanya sayang kalau nggak diabadikan. Shane langsung punya inisiatif untuk merekam gue bernyanyi dan bermain ukulele sambil memperlihatkan suasana resort. Kocak juga sih, karena lagu yang gue mainkan "Twoday" belum pernah direkam. Jadi gue cuma sok-sok lipsync gitu. Terbukti waktu videonya dicocokan dengan lagunya ternyata nggak match. Untung saja kemampuan mengedit Shane lumayan. Baru kali ini videonya duluan yang direkam baru lagu, hahaha :D Gue nggak tahu dengan hari-hari lain, tapi waktu gue dan Shane stay kayanya nggak banyak yang menginap. Waktu sarapan kami hanya bertemu dengan 2 tamu lainnya. Juga waktu merekam video kami cuma bertemu dengan beberapa petugas yang berjaga. Bagus juga sih, jadi berasa shooting video clip beneran :D *boom cess!*

Ini ayunan buat anak-anak sebenarnya. Tapi gue bebas pakai sepagian, soalnya sepi, hehehe.


Nggak ada yang ambil foto kami, ya sudah selfie :p


Nah, ini malah aneh. Gue lagi selfie eh Shane ambil foto gue, hahaha.


Ada musik = bikin lebih happy :))



Jadi apakah pengalaman glamping kami menyenangkan? Shorta! Karena sebenarnya bisa lebih baik kalau saja suasana nggak bising dan di kamar ada heather. Please jangan ada yang nanya kenapa suami gue orang Amerika yang biasa kena salju masih juga kedinginan padahal cuma hujan. Ya atuh, kan mereka juga pakai heater, saudara-saudara :') Kami sih menikmati sekali pemandangannya, juga fasilitas kamarnya. Tapi kalau bisa memilih ya lebih pilih hotel yang dekat dengan alam saja. Atau seenggaknya motel, yang penting kamar berdinding sungguhan. Apa gue merekomendasikan para pembaca yang budiman untuk mencoba glamping? IYA! Saran gue carilah tempat yang jauuuuuuh sejauh-jauhnya dari jalan raya supaya terasa menyatu dengan alam, bukan dengan knalpot :( Menurut gue glamping ini cocok banget buat yang rindu camping tapi keadaan kurang memungkinkan. Misalnya terkendala kesehatan (nggak bisa melewati jalan terjal berliku) atau sudah berkeluarga dan ada balita (eh tapi banyak juga sih balita yang naik gunung, pokoknya you know what I mean lah ya). Mudah-mudahan sih tulisan gue ini bisa memberi ide untuk kemana kalian mengisi liburan akhir tahun nanti. Dan juga untuk yang penasaran semoga pengalaman gue memberi gambaran. Terakhir, jangan lupa kalau setiap orang punya kesukaan yang berbeda. Kalau kami nggak betah karena dingin, siapa tahu kalian malah suka. So give it a try! :)

"TWODAY". Lagu baru gue dan Shane yang videonya dishoot waktu kami glamping :)


yang kemana-mana bawa sayur dan ukulele,

Indi

----------------------------------------------------------------------------------------------

Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com
Viewing all 312 articles
Browse latest View live