Quantcast
Channel: Dunia Kecil Indi
Viewing all 312 articles
Browse latest View live

Bantu Indi Menghubungi Ukulele Mike! :)

$
0
0
Gue nggak yakin kalau masih ada yang ingat dengan cerita awal mula gue bermain ukulele. Tapi gue pernah menceritakannya di sini, di dunia kecil gue. Singkatnya, tahun lalu gue tiba-tiba saja tertarik dengan alat musik asal Hawaii yang diadaptasi dari Portugis ini. Tanpa menunggu lama gue langsung membeli my very first meskipun sama sekali nggak tahu cara memainkannya. Iya, sama sekali. Kalau anak-anak lain biasanya memilih gitar sebagai alat musik basic yang dipelajari, gue lebih memilih les drum selama 2 grade. Itulah mengapa gue sama sekali nggak punya ide bagaimana cara memainkan senar-senarnya, hehehe.


Bapak bisa bermain gitar, jadi gue pikir akan lebih baik jika beliau saja yang mengajarkan bermain ukulele. Tapi karena gitar dan ukulele nggak persis sama, Bapak pun menyerah. Katanya beliau sudah "malas" untuk mempelajari hal baru dan gue diminta untuk cari guru yang lain saja, huhuhu. Berhubung nggak ada seorang pun teman gue yang bermain ukulele, akhirnya gue memutuskan untuk mencari guru online. Eh, gue maksud dengan "guru online" itu bukan guru yang gue cari secara online, lho. Tapi website-website atau channel-channel yang menyediakan tutorial bermain ukulele. Gue pikir akan lebih praktis seperti ini, ---dan juga lebih mudah karena bisa belajar kapanpun dan kalau lupa bisa diulang :p

Di awal proses belajar rasanya macam-macan. Fun dan penuh excitement, ---tapi juga ada sedikit air mata karena jari-jari di tangan kiri rasanya periiiiiiih, huhuhu. Ini karena kulit gue sensitif dan telapak tangan gue (almost always) berkeringat. Makanya agak sulit untuk "membangun" callous alias kapalan :p Selain itu belajar online juga punya keterbatasan dalam visual. Misalnya ada web tanpa gambar, atau video yang kurang jelas, ---kameranya jauh banget nge-shoot nya :( Tapi setelah satu bulan gue akhirnya lumayan mengerti. Bisa memainkan lagu-lagu sederhana dan menguasai chord-chord dasar. Gue nggak belajar dari hanya 1 web atau channel, tapi ada beberapa "guru" yang cara mengajarnya sangat cocok dengan gue yang sometimes lemot, lol. 

Salah satu guru yang cocok dengan gue adalah Mike Lynch, alias "ukulele Mike". Cara mengajarnya super simple, dengan chords yang terpampang besar-besar di setiap videonya. Selain itu Mike juga bisa bernyanyi. Suaranya enak didengar, bikin belajar semakin betah, hehehe. Tanpa sadar gue rupanya jadi sering sing-along dengan video-videonya. Yang tadinya gue kesulitan bermain ukulele sambil bernyanyi, lama-lama jadi semakin lumayan. Ya, at least nggak bikin yang mendengar sakit telinga :p Apalagi suara Mike lebih rendah dari gue yang ---ehm, cempreng. Jadi saat sing-along gue bisa berpura-pura berduet dengannya, hehehe. 


Dua hari yang lalu, tiba-tiba saja gue teringat kembali dengan video-video Mike. Gue mengunjungi channelnya dan menonton video-videonya dengan excitement yang sama seperti ketika pertama kali menontonnya. Gue juga tertawa geli ketika melihat komentar-komentar lama yang pernah gue tinggalkan di videonya, hihihi :p Well, gue tahu "murid" Mike bukan hanya gue, tapi ada banyaaaaaaaak sekali orang-orang dari berbagai belahan dunia yang terbantu olehnya. Meski begitu gue tetap ingin mengucapkan terima kasih padanya dengan cara yang istimewa. Apa yang ia lakukan untuk viewers nya sangat berarti sekali. It might sounds lebay, tapi tanpa video-videonya mungkin gue butuh waktu lebih lama buat belajar. 

Gue ingin membuat surat ucapan terima kasih untuknya, tapi setelah dipikir-pikir bahasa Inggris gue kurang baik jadi mungkin pesannya nggak tersampaikan. Lalu gue teringat dengan kebiasaan sing-along ketika belajar, ---kenapa "kami" nggak berduet saja? Gue langsung mencari video tutorial yang lagunya cocok untuk dinyanyikan berdua. Aha! Ada lagu "Tonight You Belong to Me" yang sebelumnya pernah gue nyanyikan sendiri saja. Lagu ini aslinya dibawakan oleh kelompok vocal perempuan, jadi gue tinggal 'memilih' suara agar harmonis dengan Mike saja. Selama beberapa jam gue mencobanya, ---pause, ---play, ---pause, ---play, ---sampai akhirnya  merasa (cukup) puas. Dengan kamera jadul andalan, gue merekam part gue dan menggabungkannya dengan video Mike. Believe it or not ini pengalaman pertama gue dalam urusan mengedit video musik. Masih banyak kekurangan, tapi gue benar-benar berusaha agar video tribute ini dibuat dengan sungguh-sungguh dan istimewa :)


Sebelum videonya diupload dan linknya dikirimkan pada Mike, gue minta Bapak untuk menilainya terlebih dahulu. Pendapatnya? ---Ehm, ---katanya sudah harmonis dan beliau cukup terkesan. Hehehe, ini jarang-jarang, lho. Biasanya adaaaaa saja yang beliau "cela" dari gue :D Dengan restu Bapak, di malam yang sama (---gue merekam dan mengedit videonya dari sore sampai malam) gue upload video "thank you" ini ke channel gue. Nggak lupa segera setelahnya gue mengirim pesan pada Mike, tentang rasa terima kasih gue karena telah "diajarkan" bermain ukulele. Sampai hari ini belum ada balasan dari Mike. Sepertinya pesan gue tenggelam oleh jutaan viewers lainnya (Mike punya 2 channel)

Sekali lagi, gue tahu permainan dan kemampuan mengedit video gue masih biasa-biasa saja. Dan pasti banyak murid Mike lain yang lebih hebat. Tapi gue hanya ingin menyampaikan rasa terima kasih dengan membuat video tibute untuknya. Nantinya ia akan suka atau nggak, doesn't matter karena gue sudah berusaha :) In case teman-teman ingin melihat videonya, gue sertakan link nya di sini. Kalau ingin membantu gue untuk menghubungi Mike juga boleh (banget!). Silakan share videonya atau langsung kirim pesan ke inbox nya. Link channel Mike gue sertakan di box deskripsi video tribute. Mudah-mudahan dengan bantuan dari teman-teman, ia bisa melihat video gue. Amen! :D
tonton videonya di sini


muridnya 'ukulele mike',

Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: 081322339469


Nonton UKUiki dan Indi di TV, yuk :)

$
0
0

Selamat pagi, bloggieeeees! Apa kabarnya hari ini, semoga baik-baik saja, ya :D
Kali ini tulisan gue nggak akan panjang-panjang, ---bahkan mungkin pendek daripda tulisan-tulisan gue di status Facebook, hihihi :p
Gue hanya mau memberi kabar kalau siang ini akan ada liputan tentang UKUiki, ukulele lukis asli Indonesia di program NET 12, NET TV. Nah, di sana akan ada gue juga yang berbagi soal passion dalam dunia musik khususnya ukulele dan bernyanyi :)
Kalau kebetulan pukul 12 siang nanti kalian luang (pas jadwal makan siang, kan? Hihihi), jangan lupa nonton, ya. Mudah-mudahan liputan singkat ini memberi manfaat, atau at least menghibur :D
Okay, sekian dulu tulisan gue kali ini (beneran pendek, kan, lol). Have a nice daaaaaay :)

---SIANG INI, 27 Juli 2016. Pukul 12 siang di NET TV---


ukulele girl,

Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: 081322339469

Cerita Launching "Indi Sugar's Sweets" di Bazaar Pesona Ramadhan :)

$
0
0

O my God... O my God... darimana saja gue? *pura-pura amnesia, hehehe* Tahu-tahu saja sudah masuk bulan Agustus sekarang. Selamat memasuki bulan baru ya, teman-teman. Semoga bulan ini lebih baik dari sebelumnya. Amen... :)
Hmm, sebenarnya gue nggak kemana-mana, sih. Tapi gue punya penyakit "anak kecil", ---terlalu excited mau cerita banyak hal yang dialami tapi malah bingung mau yang mana dulu. Persis kaya anak kecil disuruh milih mainan baru, hihihi. Untuk menulis yang sekarang saja gue sampai tutup semua tab di komputer, mencoba nggak melihat foto-foto pengalaman gue sebulan ke belakang karena bisa-bisa ganti tema di tengah tulisan :p Tulisan itu memang lebih tricky daripada foto, sih. Kalau foto bisa langsung upload sesegera mungkin karena paling keren gue cuma crop sama resize saja, sedangkan tulisan prosesnya lebih panjang, ---terkadang harus membangun mood. Tapi repotnya kalau kaya gue, mood baru mulai on, eh sudah pengen cerita hal lain. Ah, sudah cukup dengan blabbingnya, sekarang gue mau mulai cerita :D

Seperti yang pernah diceritakan di sini, 2 bulan lalu gue meluncurkan sebuah label sweets alias camilan yang bernama "Indi Sugar's Sweets". Sebenarnya ini nggak pure ide gue, tapi atas dukungan orangtua juga, khususnya Ibu. Kebetulan beliau dan dua orang temannya (---yang sudah gue anggap sebagai tante) juga mempunyai usaha kue kering yang bernama Mawarsari, jadi produk mereka bisa meramaikan booth gue ketika launching. Sengaja gue mengambil waktu di bulan Juni karena sudah dekat dengan Lebaran, biasanya banyak yang mencari camilan untuk jamuan silaturahmi. Ya, sambil menyelam minum air lah ceritanya. Gue mau belajar jadi pengusaha, dan kalau ada untungnya bisa buat bekal liburan, hehehe. Bapak bilang sih jangan jadi beban. Yang penting gue fun dan untuk menambah pengalaman. Makanya waktu ditawari untuk ikut bazar, gue langsung setuju. Sepertinya itu tempat yang tepat untuk launching "Indi's Sugar's Sweets".

Bazar yang gue dan Ibu ikuti, ---eh plus Bapak karena beliau ikut mengantar--- diadakan di Gedung Direktorat Pajak Jakarta Selatan dari tanggal 16-17 Juni 2016. Namanya "Semarak Bazaar Ramadhan"dan meskipun diadakan di lantai 2 tapi bazar ini terbuka untuk umum. Kami pergi dari Bandung waktu matahari belum terbit, kira-kira pukul 4 subuh karena loading barang hanya boleh dilakukan sampai sebelum pukul 9 pagi (buseeeeet). Gue sempat agak pengen menangis, soalnya belum tidur semalaman dan kondisi juga sedang nggak fit. Gue baru saja dapat "surat cinta" dari dokter, katanya gue kena hernia dan kista, jadi buat duduk di mobil berjam-jam rasanya.... (coba tebak, lol). Let alone soal scoliosis lah yang sudah pasti menambah kemeriahan suasana. Tapi mau gimana lagi, rencana ini sudah ada sebelum gue sakit dan semangat gue juga sebenarnya lagi oke-oke nya. Untuk menyiasati agar gue nggak terlalu menderita (lol), cushion kesayangan pun sengaja ikut diboyong dan menemani sepanjang perjalanan. Thank God kami tiba tepat waktu dan bisa mendekor booth dulu sebelum pengunjung mulai berdatangan.



Karena sekalian launching, ---yang artinya pengunjung sama sekali belum tahu belum tahu tentang produk gue, jadi kami berusaha supaya booth terlihat se-catchy mungkin. Sejak 1 minggu sebelumnya gue dan Ibu memikirkan tentang temanya. Akhirnya kami putuskan untuk memakai nuansa pink dan girly supaya nggak cukup memakai benda-benda yang sudah gue punya. Untuk logonya pun gue yang desain, lho. Biar hemat yang penting meriah, hehehe. Oh iya, sebenarnya kami juga sudah mencetak backdrop, lho. Tapi rupanya posisi booth kami pas di depan jendela, jadi nggak boleh ditempel apa-apa :( Untung saja banner kami warnanya cukup terang, jadi masih terlihat stand out diantara keramaian :p


Agak nervous karena ini adalah my very first bazaar. Waktu sudah menunjukan pukul 10 tapi suasananya masih sepi, hanya ada beberapa orang kantor saja yang berlalu-lalang. Bisa dimengerti sih karena selain di hari kerja, posisi kami yang di lantai 2 pun membuat pengunjung agak sulit untuk mencapainya. Eh, jangankan pengunjung sih, kami saja harus diantar security ke lokasi karena kurangnya petunjuk, hihihi. Syukurlah satu jam kemudian pengunjung mulai ramai, ---meski sebagian besar hanya melihat-lihat saja. Gue dan Ibu juga masih bingung dengan cara memperkenalkan produk kami karena masih malu-malu :p Akhirnya gue memberanikan diri untuk melangkah keluar dari booth dan mulai berseru, "Silakan mampir. Kami punya coklat, kue kering, permen. Mbak, Bu, Kakak, Pak..." Rupanya cara itu berhasil! Pengunjung mulai melirik booth kami dan kami pun mendapat pembeli pertama! Hore! :D


Jam-jam berikutnya terasa lebih mengalir dan cepat. Booth kami hampir selalu ada pembeli dan akhirnya jajaran toples "Indi Sugar's Sweets" yang dipajang di rak pun harus gue isi ulang."Sedikit-sedikit tapi pasti,"begitu kata Ibu waktu melihat sisa dagangan kami. Rasa sakit gue pun jadi nggak terlalu terasa karena sibuk melayani dan beramah-tamah dengan pengunjung. Dan tahu apa best part nya? Kalau ada waktu luang gue bisa berkeliling dan mencicipi makanan yang dijual di sana. Favorit gue adalah booth masakan Bali yang letaknya ada di sebrang sebelah kanan booth gue. Ya, ampun gue sampai nambah 2 kali saking enaknya :p Lucunya abang yang menjaga booth gantian berkunjung dan membeli 1 toples bola-bola cokelat gue, hehehe, ya ampuuuun :D



Semakin sore kejutan pun berdatangan. Yang pertama kami dikunjungi oleh keluarga "lama" nya Eris, anjing kami. Mungkin masih ada yang ingat kalau 6 tahun yang lalu Eris diberikan oleh seorang Ibu baik hati untuk mengobati hati gue setelah ditinggal Veggie, anjing gue yang mati karena epilepsi. Nah, beliau datang bersama anaknya ke booth gue. Surprise sekali, selain memborong sweets dan kue kering, mereka juga membawa kado untuk Eris yang berulang tahun di bulan Mei lalu. Ya, ampun kalau nggak malu rasanya gue mau menangis :'D Dan kejutan kedua adalah gue kedatangan beberapa pembaca gue. Katanya mereka tahu tentang bazar ini dari instagram dan memutuskan untuk datang. Waaa, jadi terharu, rasanya kaya meet and greet dadakan, hihihi.


Bazar selesai pukul 3 sore. Karena lokasinya di dalam kantor jadi cukup menguntungkan, kami nggak harus membawa barang-barang lagi karena ada security 24 jam. Dan itu sangat membantu karena tanpa beres-beres pun tenaga gue sudah terkuras, hehehe. Sebisa mungkin gue berusaha agar "nggak semakin sakit" karena bazar masih 1 hari lagi. Supaya nggak "cape di jalan" kami putuskan untuk nggak pulang ke Bandung, tapi menginap di villa keluarga di Purwakarta. Rasanya lucu juga, menginap di villa tapi hampir nggak menikmati apa-apa. Hanya numpang mandi air hangat, exercise ringan dan tahu-tahu ketiduran. Paginya sudah wuzzz lagi ke Jakarta. Hihihi, nggak apa deh, buat pengalaman :D

Hari kedua rupanya benar-benar puncaknya. Jumlah pengunjung jauuuuh lebih banyak dari hari sebelumnya dan lebih antusias! Sampai-sampai gue susah pegang kamera untuk mengabadikan moment. Agak sayang juga, sih, tapi yang penting tetap terekam dalam hati (---apaan coba? Lol). Rupanya ada beberapa pembeli kemarin yang mengajak teman-temannya untuk mampir :) Kue-kue Ibu laris manis, produk Manies dan camilan Bandung yang juga ikut meramaikan jauh lebih laris dibanding hari sebelumnya. Begitu juga dengan produk "Indi Sugar's Sweets" yang kalaupun ada yang nggak jadi beli tapi tetap diambil fotonya karena packagingnya imut, hehehe *boleh dong bangga?*






Gue, Ibu dan Bapak sudah super lelah ketika bazar berakhir, tapi kami juga super senang. Pengalaman launching sekaligus bazar pertama ini sangat berharga untuk kami. Secara kasar Bapak menghitung kalau produk "Indi Sugar's Sweets" laku 70% yang artinya lebih baik dari yang diperkirakan (---dan sisanya terjual hanya beberapa hari setelah bazar). Mungkin setelah ini gue akan ikut bazar lagi, ---mungkin jika mendekati hari Natal atau tahun baru nanti ;) Gue nggak bohong, bekerja ditemani scoliosis, hernia dan kista memang nggak mudah. Kadang gue bahkan nggak bisa bedakan sakit yang sedang gue alami itu sumbernya dari mana, lol :p Tapi gue berhasil melewatinya, gue belajar, gue dapat pengalaman dan teman baru. It's awesome. Gue jadi nggak sabar untuk mencoba hal-hal baru lagi. Karena buat gue nggak ada istilah "mumpung masih muda" atau "mumpung masih sehat". Usia berapapun nggak ada kata terlambat untuk belajar. Dan (gue harap) dalam keadaan sakit atau sehat, semangat gue nggak akan berubah :) Amen!



yang kemarin nyanyi, nulis buku, eh sekarang jualan kue, lol,

Indi

Btw, karena di post sebelumnya banyak yang bilang nggak tahu gue tampil di NET TV (karena gue kasih kabar mendadak, ---sorry, gue juga baru tahu, hehehe). Nih, gue kasih link untuk nonton in case ada yang penasaran, hihihi. Klik di sini.

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: 081322339469

Review Jafra Mud Mask: Benarkah Bagus? :)

$
0
0
Meski Bapak berkulit gelap dan Ibu nggak putih-putih amat tapi gue justru terlahir dengan kulit putih. Di saat orang lain khawatir kulitnya menjadi gelap saat bermandi matahari, gue malah khawatir dengan munculnya bekas-bekas merah di kulit. Entah kenapa kulit gue susah menjadi gelap, padahal saudara-saudara gue yang lain nggak begitu. Nah, karena warna kulit inilah gue sering dikira nggak punya masalah kulit. Konon katanya putih = sehat. Padahal belum tentu, karena sehat itu bukan ditentukan dari warna. You could be white, black, brown, atau lainnya tapi masalah kulit itu tetap ada. Termasuk gue. Dan gue sudah sadar itu sejak kecil.


Gue itu alergian! Uh, bahkan sama makanan pokok yang khas Indonesia banget saja gue bisa alergi. Awalnya sih gue nggak percaya, tapi setelah cek di Lab ternyata gue alergi nasi, huhuhu. Kalau sudah kambuh kulit gue bisa gatal dan merah, ---menganggu sekali apalagi kalau lagi kangen nasi padang :p Begitu juga dengan bahan-bahan yang ada di kosmetik dan skin care, salah sedikit saja gue bisa alergi. Itulah mengapa gue jaraaaaang sekali memakai makeup. Pakai pelembab, bedak dan lip gloss sudah jadi yang paling maksimal deh kalau keluar rumah. Kalau ke kondangan juga gue sebisa mungkin kabur dari tukang riasnya daripada ambil resiko, hihihi. Tapi kalau soal skin care tentu saja jadi hal wajib. Gue harus mencari yang pas dengan kulit gue. Karena agar tetap sehat kulit harus dijaga, ---apalagi gue kan nggak pakai makeup jadi kalau ada jerawat satu saja pasti langsung terlihat.

Beberapa waktu yang lalu gue dapat kesempatan mengobrol dengan Pifin, owner dari Atmaja Corner. Gue cerita tentang kondisi kulit gue yang super sensitif dan cenderung kusam. Dia lalu menyarankan gue untuk memakai Jafra Mud Mask. Katanya sih ini masker lumpur yang ampuh mengangkat minyak berlebih. Waduh, nempelin lumpur di wajah gimana tuh rasanya? :O Hehehe. Tapi setelah diberitahu kalau Jafra ini no animal testing, no mercury dan no hyroquinon alias aman, gue jadi tertarik coba. Apalagi gue memang sedang sedikit-sedikit membuang skin care yang belum ada label "cruelty free" nya. Kan rasanya konyol saja, soalnya gue pesco vegetarian, hihihi. 


Waktu maskernya gue terima rupanya ukurannya cukup besar, ---250g, dengan desain kemasan yang super simple tapi cantik. Di sana tertulis "JAFRA spa" yang membuat gue penasaran, jangan-jangan maskernya bersensasi spa, nih. Nggak menunggu lama gue langsung mencobanya sembari mandi. Karena menurut aturannya masker harus dibiarkan 15-20 menit jadi sekalian saja gue sambil berendam. Dan ternyata... wah, benar-benar terasa seperti sedang spa! Aroma maskernya bikin gue relax, sama sekali nggak tajam dan chemically. Waktu menunggu pun jadi nggak terasa karena maskerannya bikin betah, hihihi. Waktu dibilas pun rasanya tetap relax karena sisa-sisa maskernya sangat mudah larut dengan air. Gue sampai mengaca berkali-kali untuk make sure kalau di wajah gue sudah nggak ada sisanya :p


Yang terpenting adalah kulit yang sehat. Karena semua warna itu cantik :)

Sampai hari ini gue sudah 2 kali memakai Jafra Mud Mask dan sejauh ini sangat cocok. Nggak ada reaksi alergi yang timbul dan kulit gue terasa halus. Gue punya luka parut di pelipis dan sekarang semakin memudar. Rencananya sih kalau sedang agak santai gue mau day spa lagi dengan masker ini. Tapi gue akan pakaikan juga di lengan dan bagian tubuh yang lain karena rupanya Jafra Mud Mask bisa dipakai di seluruh tubuh. Boleh dong gue memanjakan tubuh sesekali karena masker ini cukup dipakai 1 atau 2 kali saja seminggu ;)

Kalau teman-teman punya kulit sensitif dan kusam juga seperti gue, Jafra Mud Mask boleh banget dicoba. Dengan rutin dipakai bisa membebaskan pori-pori tersumbat, minyak berlebih dan sel-sel kulit mati, lho. Mau konsultasi sekaligus tanya-tanya dulu tentang produk Jafra yang cocok dengan kulit kalian dulu juga boleh. Hubungi saja Pifin di akun instagram @pifins_. Orangnya ramah, kok. Gue saja tanya-tanya selalu dibalas dan fast respond, hihihi. Gimana, tertarik juga untuk mencoba? Atau malah sudah ada yang pernah pakai? Share dong pengalamannya di kolom komentar ;)

Kontak Atmaja Corner:
~ Instagram: @atmajacorner
~ SMS/whatsapp: 085200555046 
~ BBM: 5D9BA771

yang pengen maskeran terus,

Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: 081322339469

Sudah Lihat di Ujung Jalan Ada Apa?

$
0
0
Almarhum kakek gue sering bilang kalau gue orangnya "mager" alias malas bergerak. Setiap beliau mampir ke rumah seringnya gue sedang nggak kemana-mana, atau kalau pun pergi hanya ke tempat-tempat yang dekat. "Kamu nggak bosan?", "Memang ngapain saja seharian?", "Nggak mau kaya saudara-saudaramu yang lain ngumpul bareng teman-teman?" ---pertanyaan-pertanyaan seperti itu akrab di telinga gue, bukan hanya dari Kakek tapi juga dari beberapa orang di sekitar gue. Contohnya saja gue dapat julukan "si kasur" dari salah satu tante gue. Alasannya karena (menurutnya) sejak balita gue hobi mojok sendirian, lol. Tapi apakah benar gue begitu? Well, bisa jadi, ---tapi nggak sepenuhnya benar.


Gue sering bilang ini berkali-kali, kalau bukan karena profesi mungkin gue nggak akan mengunjungi tempat-tempat yang jauh; ke luar kota, ke luar pulau, bahkan ke luar negeri. I'm a simple girl, asal bisa berkumpul sama keluarga (termasuk pets) dan kebutuhan terpenuhi, gue bahagia. Bukan berarti gue nggak suka ke tempat baru, ya. Gue suka dan bersyukur banget malah, tapi seperti yang gue bilang barusan, dengan hal-hal sederhana sekalipun gue happy :) Mungkin karena kesannya "nggak kemana-mana" inilah yang membuat orang-orang sekitar malah menilai gue nggak suka bepergian. Padahal itu karena mereka nggak cukup mengenal gue. Sebenarnya gue adalah petualang, ---gue bertaruh, pasti banyak orang yang belum pernah mengunjungi tempat-tempat yang pernah gue jelajahi!

Gunung mana yang sudah pernah gue daki? Lautan mana yang sudah pernah gue sebrangi? Sejauh ini belum ada. Tapi sudah berapa banyak sudut di sepanjang lingkungan rumah yang gue kunjungi? Atau berapa banyak taman tersembunyi yang gue temukan? Banyak! ---Banyak sekali malah :) Waktu SD gue punya kebiasaan "kabur" kalau sedang jam istirahat atau pelajaran olahraga. Saat anak-anak lain bergerombol untuk bermain di lapangan, gue lebih suka menyelinap ke gerbang samping yang langsung tembus ke sebuah gang kecil. Di sana gue serasa menemukan dunia baru, ---gue melihat banyak orang asing, detail-detail kecil yang nggak gue temukan di tempat lain, bahkan aroma baru yang rasanya seperti harta karun buat gue.



Gue sudah dewasa sekarang, tapi bagian dari "Indi kecil yang petualang" itu nggak pernah hilang. Hampir setiap sore gue berjalan-jalan dengan Eris, anjing gue di sekitar rumah. Begitu kaki gue melewati halaman rumah di kepala gue langsung terdengar lagu "Road Trippin'" dari Red Hot Chili Peppers;"Let's go get lost, let's go get lost,"hahaha. Sesering apapun melewati rute yang sama, gue selalu bisa menemukan sesuatu yang baru. Gundukan pasir yang di hari sebelumnya tampak menjulang tinggi jadi hampir rata dengan tanah di hari berikutnya, ---berubah menjadi tempat sampah permanen di halaman salah satu rumah. Gue juga sering menemukan hal-hal indah yang lucunya orangtua atau kerabat gue nggak pernah lihat sebelumnya meskipun melewatinya hampir setiap hari. Rumput hijau di tanah yang akan dibangun rumah, bunga-bunga liar yang tumbuh di sela paving block. Oh, I'm in heaven :)

Pernah suatu kali gue mengirim sebuah foto dari salah satu petualangan gue ke grup chatting keluarga. Seketika handphone gue ramai, ---om dan tante membanjiri dengan pujian tentang betapa indahnya lokasi dimana gue berfoto. Dan ketika gue mengatakan dimana foto itu diambil, mereka sangat terkejut karena jaraknya hanya beberapa meter saja dari rumah om gue! Iya, foto itu diambil sepulang gue menghadiri acara keluarga di rumah beliau dan sebenarnya hanya dengan berjalan kaki sedikit saja siapapun bisa menemukan tempat itu. "Wah, ternyata di dekat rumah saya pemandangannya nggak kalah ya dengan di luar negeri," begitu komentar beliau. Hahaha, menurut gue itu awesome karena keluar dari mulut seseorang yang memang cukup lama tinggal di luar negeri :p

Nggak ada yang salah dengan bepergian jauh, ---gue kagum dengan orang-orang yang pernah atau ingin mengelilingi dunia. Menurut gue dengan mengunjungi banyak tempat makan akan membuat kita menjadi pribadi yang open minded dan nggak judgmental. Tapi jangan sampai kita melihat terlalu jauh hingga menghalangi penglihatan kita dari yang dekat. Yes, James Joyce bridge Dublin is reallyyyyyy beautiful, tapi begitu juga dengan jembatan Pasupati di Bandung. Terkadang kita terlalu mengagumi tempat-tempat yang jauh, ---yang bahkan hanya baru kita lihat di TV atau internet dan membuat lupa bahwa di sekitar kita pun banyak hal yang keren. ---Ini juga merupakan pengingat bagi diri gue sendiri, bahwa yang terlihat diam bukan berarti nggak punya 'travelling mind' :)
Hari ini gue akan berpetualang ke ujung jalan, di samping masjid. Gue excited sekali dengan apa yang akan ditemukan nanti. Bagaimana dengan kalian? Sudah merencakan untuk berpetualang kemana hari ini? :)


yang jiwa dan potongan rambutnya sama kaya dora, lol,

Indi

ps: Beberapa hari belakangan ini gue sedang sakit, that's why tulisan kali ini sangat singkat. Sebenarnya gue nggak sabar untuk cerita banyak hal, tapi doakan saja gue pulih dulu ya, hehe. Dan karena gue juga belum bisa share cerita behind the scene interview gue di NET TV, in case ada yang penasaran boleh nonton programnya di sini: KLIK ;)

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: 081322339469

Halloween Party and Pocky Deco: Waktu Halloween Datang Lebih Awal! Yay! :D

$
0
0
Haiiiii bloggies! O, my God! Ini jam setengah 4 pagi dan gue terbangun dari mimpi yang super absurd! Hahaha. Setelah celingak-celinguk bingung mau ngapain, gue putuskan saja untuk menulis di sini. No, ---nggak kok, bukan, gue nggak akan menulis tentang mimpi barusan yang absurd, lol. Tapi gue akan bercerita tentang event fun yang gue hadiri 3 September 2016 yang lalu. Mungkin akan membantu gue melupakan mimpi yang cocoknya jadi naskah komedi Scary Movie terbaru (---eh, tapi boleh juga tuh asal gue diperankan sama Anna Faris, hahaha).

Gue selalu mengecek email secara berkala dan sebisa mungkin segera membalasnya. Maklumlah gue mengurus segala macam pekerjaan dari sana, dan email juga jadi salah satu sarana gue berkomunikasi dengan Indi's Friends, ---sebutan untuk pembaca novel dan penikmat film gue. Seringnya gue melakukannya dari handphone karena lebih praktis. Tapi handphone juga ada kekurangannya, terkadang ada email yang nggak muncul di notifikasi meskipun nggak masuk ke list spam atau bulk. Nah, ini juga yang terjadi sama gue di akhir bulan lalu. Waktu membuka email via PC gue kaget karena ada email dari Pocky Indonesia

Gue memang sudah lama menjadi fans nya Pocky dan pernah memenangkan kontes fotonya di twitter. Tapi rasanya gue nggak sedang mengikuti kontes lagi, jadi agak bingung juga mendapat email dari mereka. Waktu dibuka rupanya berisi undangan untuk mengikuti Pocky Halloween Party! Surprise sekali, ---dan lebih surprise lagi waktu tahu kalau rupanya mereka sudah mencoba menghubungi gue via Indi's Official. Hmm, kenapa nggak disampaikan ke gue, ya?... Ah, sudahlah, yang penting akhirnya undangannya sampai ke tangan gue meskipun mepet banget. Saking mepetnya gue sampai nggak yakin akan datang. Apalagi ada dress code nya juga; hitam dan orange. Padahal biasanya gue selalu excited dengan Halloween, tapi karena ini super early (---biasanya at least paling cepat akhir September gue baru menyiapkan kostum), gue jadi bingung harus pakai apa, huhuhu.

Syukurlah di detik-detik terakhir, ---(atau bahasa non lebay-nya 2 hari sebelumnya, lol) Ibu datang dengan ide untuk kostum gue. Kami punya kain stripes hitam-putih yang sudah lumayan lama disimpan dan kalau dijahit sepertinya akan mirip dengan kostumnya Beetlejuice, hehehe. Supaya bisa dipakai sehari-hari kami membuatnya dengan model sailor, bukan suit seperti originalnya. Tapi kami nggak meninggalkan dasi hitam ala Beetlejuice, bedanya punya gue modelnya kupu-kupu :) Gue cukup puas dengan hasilnya, meskipun kostumnya nggak "seakurat" tahun-tahun sebelumnya, tapi cukup miriplah, hehehe.



Halloween party ini diadakan oleh Pocky yang bekerjasama dengan Cosmopolitan Indonesia(yay, akhirnya dapat juga acara yang segmennya bukan teenagers, lol). Katanya sih Cosmpolitan memilih beberapa pembacanya yang tergabung dengan "Cosmo Club" untuk mengikuti acara ini. Gue sih belum tahu banyak soal majalah ini, soalnya jujur, ---ehm, gue masih membaca majalah remaja, hahaha. Tapi mungkin gue akan membaca edisi bulan Oktober karena dari web nya sepertinya menarik ;) 
Seperti biasa, karena dipisahkan oleh jarak (hiks), gue dengan diantar Bapak harus pergi pagi-pagi sekali dari Bandung menuju Jakarta. Acaranya dimulai pukul 12 siang di Kaffeine, the Foundry 8 SCBD. Tempatnya masih asing bagi kami jadi mudah-mudahan nggak datang terlambat karena harus putar-putar dulu, hehehe.


Kerennya, perjalanan ternyata super lancar. Kami bahkan sempat berhenti beberapa kali untuk sekedar peregangan (---travelling with severe scoliosis, hehe) dan minum kopi. Padahal biasanya siang sedikit saja Jakarta sudah macet. Baru setelah keluar tol kami agak kebingungan karena mendengar nama SCBD saja belum pernah. Berbekal google map dan GPS kami mencari lokasinya, tapi sayang antara GPS dan kenyataan suka nggak singkron! Mobil sudah jalan kemana, eh lokasi yang tertulis sudah terlewat beberapa meter, hahaha. Untung saja gue ingat teman gue, Habibie Afsyah (---harus ditulis nama lengkapnya, hehehe) yang nggak begitu jauh dari SCBD. Ternyata dia lebih akurat dan cepat daripada GPS! Dengan tuntunannya kurang dari 10 menit kami sudah tiba di lokasi. Hore! :D Thank you, ya Bie. Sebagai ucapan terima kasih tadinya gue mau kasih 1 truck Pocky, tapi nggak jadi soalnya kan katanya nggak mau ditengokin :p

Di Kaffeine suasana sudah cukup ramai dengan dekor yang Halloween-ish, lengkap dengan Jack O'lantern nya :D Awalnya gue bingung mau duduk dimana dan dengan siapa, soalnya nggak mengenal seorangpun, huhuhu. Yang lain sih sepertinya datang dengan satu atau dua orang temannya karena sama-sama dari Cosmo Club. Untung saja moment canggungnya hanya berlangsung beberapa menit karena gue menemukan 1 grup girls dan kami langsung mengobrol seru :) Meskipun di undangannya tertulis jam 11 pagi, tapi sampai jam 1 siang acara belum juga dimulai. Molornya lumayan lama :( Untung saja suasananya super akrab dan kami menikmati lunch dulu. Karena gue nggak makan daging dan menu yang disediakan kebanyakan bebek dan ayam, gue pun makan salad dan BANYAAAAK sekali Pocky untuk makan siang, hahaha. Begini nih asyiknya event Pocky, pasti produk Glico everywhere. Sampai-sampai sebelum acara dimulai gue sudah menghabiskan 1 gelas Pocky yang disediakan untuk berdua. *Maaf :p



Nggak lama setelah kami selesai makan, acara dimulai dengan sambutan dari MC lalu perwakilan dari Pocky dan Cosmopolitan. Mereka menjelaskan apa saja yang akan kami lakukan nanti. Meski gue bukan orang yang terampil di dapur (kecuali urusan microwave, lol) tapi gue excited waktu diberitahu akan mendekor camilan Halloween, ---atau istilahnya Pocky Deco. Gue pikir, well... at least bisa colek sana-sini dan memuaskan sweet tooth gue meskipun hasilnya hancur :p Eh, tapi gue nggak perlu takut hancur-hancur amat sih, soalnya sudah diundang chef untuk memberikan tutorialnya. Namanya Chef Nova yang super ramah dan helful. Dia memberi tahu apa saja yang bisa kita lakukan dengan macaron, brownies dan cupcakes. Untuk dekornya sudah disediakan garnish, melted chocolate, sprinkles dan of course  a lotsa lotsa lotsaaaa Pocky! Meski temanya Halloween tapi dekornya imut-imut, lho. Nggak seram sama sekali, dan yang pasti edible, hihihi.




Bisa ditebak, gue memang banyakan ngemilnya daripada ngedekornya. Sementara yang lain sudah membuat spider, makam dan lain-lain, gue masih stuck dengan Pocky Deco monsternya Dr. Frankenstein, hehehe. Hasilnya pun nggak bagus-bagus amat tapi lumayan miriplah :p *menghibur diri sendiri
Setelah selesai selesai mendekor diadakan mini contest. Jadi yang karyanya mendapat tepuk tangan paling meriah akan diberi hadiah. Gue mah sudah pasti kalah, tapi beruntungnya masih dapat hadiah dari kontes yang lain. Agak malu-maluin, sih gue dapat hadiah mini pouch lucu karena membawa uang paling sedikit di dompet, hahahaha :'D Dan itu bukan hadiah satu-satunya yang gue terima, gue juga mendapatkan movie card sebagai undangan yang asalnya paling jauh. Ya ampun, "prestasi" gue kok aneh-aneh ya? :D



Acara ditutup dengan moment yang paling ditunggu-tunggu yaitu: memukul pinata! Yay! :D Terakhir kali gue mukul pinata berapa tahun lalu ya? Itu juga karena diundang bocah ke pesta ulang tahun, hehehe. Ternyata pinata pumpkin yang nampak menggemaskan itu bandel juga. Kami bergiliran memukulnya dan baru pecah waktu percobaan ke seratus kali (---lol, saking banyaknya dan gue lupa). Berbagai macam sweets pun segera berhamburan! Gue dapat banyak, lho, hampir 100 permen yang gue tampung di dalam topi kertas. Tapi ada juga yang dapat lebih banyak karena ditampung di rok! Hahaha, OMG, cerdas banget :D Yang berhasil mengumpulkan permen terbanyak juga mendapatkan hadiah. Pokoknya Pocky generous banget deh bagi-bagi hadiah terus. Malah saking baiknya Pocky, Pejoy, permen yang tersisa dan dekornya boleh dibawa pulang. Gue sama Dara, ---teman baru, sampai bawa sedotan dan sisa-sisa Pocky di dalam gelas saking "nggak tahu malunya", hahaha :p



Gue langsung pulang setelah acara selesai karena Bapak sudah menjemput (---entahlah beliau habis jalan-jalan kemana, hehehe). Senang sekali bisa mengikuti Halloween party yang super early ini. Selain belajar mendekor (gagal tapi, huahahaha) gue juga mendapatkan pengalaman dan banyak teman baru. Mereka sih janji kalau bikin acara di Bandung akan menghubungi gue. Mudah-mudahan saja betul ya karena gue akan dengan senang hati terlibat dengan acara yang bisa memuaskan sweet tooth gue :p Okay, thank you so much Pocky dan Cosmopolitan! Ditunggu acara selanjutnya, ya! :)



yang selalu happy kalau halloween,

Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


Indi Sugar di NET 12 NET TV (bersama UKUiki)

$
0
0

Hi bloggies, apa kabar? Semoga semuanya dalam keadaan baik, ya. Gue juga baik kok, meski saat menulis ini hujan sedang super deras dengan petir yang kencang, hihihi. 
Karena sudah awal November hati masih suasana Halloween, nih. Rasanya nggak sabar mau cerita kostum gue tahun ini dan camilan apa saja yang sudah gue buat kemarin. Tapi, ups!... Gue baru ingat kalau berjanji untuk bercerita tentang pengalaman gue menjadi bintang tamu di Net TV bulan Juli lalu, hihihi. I know, I know... gue cukup lama menunda untuk bercerita. Alasan pertamanya sih karena belakangan sedang banyak yang harus gue kerjakan, dan alasan keduanya adalah... malas! Jangan ditiru ya, gue punya bad habit untuk break cukup lama setelah melakukan sesuatu :'D *jewer diri sendiri.

Jadi ceritanya dimulai di bulan Mei lalu ketika gue dihubungi oleh UKUiki, ---company yang melayani jasa lukis untuk ukulele dan alat musik lainnya. Mereka bertanya apakah gue mau bergabung di liputan program NET 12 NET TV sebagai penggemar ukulele dan pengguna dari ukulele lukis. Meski excited tapi gue nggak langsung menjawab karena (lagi-lagi) shooting akan diadakan di Jakarta sementara gue tinggal di Bandung. Kesehatan gue juga sebenarnya lagi kurang okay karena di bulan yang sama baru saja didiagnosis kista dan hernia (wow, dapat paket cantik, hahaha). Tapi setelah bertanya pada Ibu dan Bapak, akhirnya diputuskan untuk ikut bergabung di liputan bersama UKUiki. Karena rupanya di hari yang sama orangtua gue ada keperluan di Jakarta dan lokasinya cukup dekat dengan lokasi shooting, jadi gue bisa sekalian ikut. By the way sebelum mereka menghubungi, ---dan gue punya ukulele dari UKUiki, ---sebenarnya gue sudah lumayan kenal dengan art work mereka, lho. Mila, salah satu blogger di sini (---"Yuhuuuuu Milaaa, angkat tangannya!") juga pernah cerita kalau ia dapat hadiah ukulele dari UKUiki. Dan sejak itu gue langsung in love dengan desainnya yang dibuat hand painted sesuai pesanan *bayangkan ada love emoji di sini, lol.

Karena shooting akan dilakukan pukul 10 pagi, jadi gue, Ibu dan Bapak berangkat ke Jakarta waktu matahari masih mengintip malu-malu. Sebenarnya jam segitu seharusnya gue lagi mengantuk-mengantuknya, apalagi karena hanya tidur sebentar. Tapi sayang di perjalanan gue nggak bisa tidur, padahal sudah berbekal selimut dan bantal segala, huhuhu. Syukurlah lalu lintas lumayan lancar, jadi gue nggak harus berpegal-pegal karena macet. Tiba di Jakarta gue nggak langsung ke lokasi shooting, ---karena apa daya gue ini cuma nebeng, hehehe. Jadi gue ikut turun di kantor direktorat pajak bersama Ibu dan Bapak, lalu menghubungi kru NET TV untuk minta dijemput dari sana. Butuh waktu sekitar 40 menit sebelum kru menjemput gue. Rupanya ada perubahan lokasi shooting jadi mereka harus survey dulu ke lokasi baru sebelum menjemput gue. By the way, ini adalah kali pertama gue shooting tanpa ditemani Ibu atau Bapak karena biasanya ada salah satu dari mereka yang ikut ke lokasi untuk menjadi "fotografer" gue. Waktu berpamitan gue jadi sedikit emosional, soalnya Bapak sebenarnya ingin sekali ikut tapi Ibu nggak bisa jika harus mengurus pekerjaannya sendirian. Huhuhu, sniff :'D

Di perjalanan, gue baru diberi script dan konsep untuk shooting nanti. Sebelumnya gue hanya diberitahu untuk menyiapkan sebuah lagu yang nantinya akan gue mainkan. Well, sebenarnya mereka sudah request lagu dari Shakira sih, tapi karena gue nggak akrab dengan lagunya jadi gue ajukan lagu yang lain. Dari 2 pilihan, "The Show" nya Lenka dan"Soul to Squeeze" nya Red Hot Chili Peppers mereka memilih yang pertama (---kok TV-TV suka banget lagu ini, ya? Hahaha). Mereka ingin konsepnya nanti dibuat seperti video clip dan diakhiri dengan wawancara. Gue juga diperlihatkan sebuah video yang menjadi inspirasi konsep mereka ini. Pretty cool, ---nggak girly seperti biasanya, apalagi pilihan lokasinya yang extraordinary. Bukan "gue banget", tapi nggak ada salahnya kan melakukan sesuatu yang baru? :)

Kami tiba di Kemang waktu cuaca lagi asyik-asyiknya alias terik banget, hehehe. Lokasi ini rupanya bekas gedung futsal yang reruntuhannya sekarang dipakai untuk coretan-coretan keren a.k.a grafiti. Gue lumayan aww-ing juga untuk beberapa detik, soalnya belum pernah ke tempat yang seperti ini :p Nggak menunggu lama, sehabis lap-lap wajah pakai tisu plus pakai lipstick sedikit (---gimana atuh, gue memang nggak nyaman kalau pakai makeup, huhuhu) kami langsung mulai shooting. Yang pertama adalah adegan mendengarkan musik di atas tembok berkusen (kayaknya sih bekas jendela). Karena temboknya lumayan tinggi dan setelah 5 kali percobaan masih gagal juga untuk manjat, akhirnya gue punya ide untuk pakai ban bekas sebagai pijakan. Kocaknya, lokasi ban dan tembok itu jaraknya dari ujung ke ujung, jadi gue dibantu dengan 2 kru cantik NET 12 menggelindingkan (---word? Lol) ban sampai selamat ke tempat tujuan, hahaha. Scene ini diambil dari beberapa angle, jadi artinya gue harus melakukan gerakan yang sama berulang-ulang; ambil earphone, putar video di HP (pinjam punya kru, punya gue mati, lol), goyang-goyang sedikit, lepas earphone dan turun dan tembok, ---yang mana cukup menantang, ---sampai semua sudut yang diperlukan dapat. 


Adegan yang kedua lebih tricky karena gue harus berjalan melintasi reruntuhan gedung sementara kamera mengelilingi gue. Soal jalan sih gampang, yang gue takutkan itu kalau sampai nabrak kamera. Syukurlah nggak terjadi kecelakaan meskipun harus diulang berkali-kali sampai kaki gue kesemutan, hahaha. Nggak terasa tahu-tahu sudah lewat tengah hari dan masih cukup banyak scene yang harus diambil. Mungkin teman-teman ada yang bertanya-tanya,"Memang buat tayang berapa jam sih, kok lama sekali shootingnya?". Lol, ---gue hanya muncul sekitar 2 menit, tapi trust me, gue sudah beberapa kali mengalami yang lebih lama dari ini. Kalau shooting diadakan di rumah biasanya berlangsung dari pagi sampai malam, ---dan tayangnya cuma 5 menit, huahaha... Tapi meski bikin energi terkuras gue tetap mencoba cooperative, soalnya mereka pasti ingin hasil liputannya semaksimal mungkin :)) Selanjutnya diambil adegan-adegan "random" seperti gue sedang berdiri dan menyetel ukulele yang hanya memakan waktu beberapa menit saja.



Karena suara bernyanyi dan permainan ukulele gue sudah pre-recorded, jadi gue pikir untuk scene bernyanyi cukup cuap-cuap saja. Tapi ternyata mereka ingin gue untuk sambil berpose. Kalau pose nyender tembok atau goyang kiri-kanan sih gampil, yang menantang itu kalau lip sync sambil jalan-jalan. Ya, ampun selain ukulele yang terus-terusan melorot (nggak punya strap, hahaha), suara sama mulut gue juga kadang nggak singkron. Maklum saja, gue nggak bisa dengar suara yang sudah direkam sebelumnya karena lalu-lintas cukup ramai. Makanya gue legaaaa sekali waktu mereka merasa sudah cukup dengan footage yang didapat dan puas dengan hasilnya. Scene yang terakhir yang perlu diambil tinggal interview. Sengaja diambil belakangan karena (seharusnya jadi) yang paling mudah dan (seharusnya) hanya memakan waktu singkat. Gue pun kembali ke tembok berkusen dan menjejerkan koleksi ukulele gue, ---termasuk yang dari UKUiki untuk dijadikan background saat interview nanti. Tapi tiba-tiba saja... Uh-oh, hujan turun dan langsung super deras! :O

Setengah panik gue langsung memboyong ukulele-ukulele gue ke mobil, ---dua sekaligus di satu tangan, hahaha. Semuanya selamat, ---well, kinda, karena si smiley kesayangan agak retak karena tergelincir di tembok yang licin... Tapi gue nggak boleh BT, jangan sampai hal kecil merusak hari yang baik. Ini kecelakaan, bukan salah siapa-siapa :) 
Dan, jadilah kami menunggu hujan reda di dalam mobil. Saking lamanya gue sampai malas lihat jam dan lebih memilih mencari cara untuk melewati waktu. Mumpung sedang membawa koleksi ukulele, gue pinjamkan saja kepada kru dan gue membuka 'kelas ukulele' dadakan, hahaha. Ternyata cukup berhasil, suasanya menunggu jadi lebih fun dan akrab. Malah jadi berlanjut mengobrol kesana-kemari, termasuk tentang scoliosis gue (---mereka awalnya nggak tahu dan cukup surprise karena gue masih bisa dorong-dorong ban berat dan lompat dari tembok, haha).

Sekitar jam 2 siang akhirnya hujan reda juga. Lokasi langsung basah kuyup, termasuk tembok tempat untuk menaruh ukulele-ukulele gue. Waktu semakin mepet, ---kru NET 12 masih harus ke bengkel UKUiki dan matahari sudah semakin redup, ---jadi gue lap-lap saja tembok dengan tisu supaya nggak terlalu basah. I love my ukuleles so much (of course!), tapi gue juga harus bertanggung-jawab dengan 'peran gue'. Biarlah ukulele-ukulele ini harus diopname ketika tiba di Bandung nanti, yang terpenting gue sudah berusaha maksimal :) Interview hanya berlangsung sekitar 5 menit dan pada jam 3 sore semuanya sudah selesai. Ah, thank God! Gue pun diantarkan kembali ke Ibu dan Bapak yang sudah menunggu di depan sebuah hotel karena kami mencari jalan tengah. Setelah saling berpamitan, gue dan orangtua langsung pulang ke Bandung. Perjalanan nggak selancar ketika pergi, malah bisa dibilang super macet. Untung saja gue ketiduran jadi tahu-tahu saja sudah sampai di rumah ketika tengah malam, hehehe.



Gue selalu senang dan bersyukur sekali setiap diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berharga. ---Karena menurut gue "pengalaman baru" itu bukan berarti mengalami sesuatu yang sama sekali asing. Gue bisa saja sudah sudah mengalaminya berkali-kali, tapi tiap moment itu tentu memberi pelajaran yang berbeda. "Every moment is first", begitu kalau meminjam istilah John Frusciante :p Itulah kenapa gue selalu berusaha maksimal di setiap kesempatan, ---nggak peduli seberapa besar peran gue di sana. Gue percaya yang ada hanya "peran", bukan kecil atau besar, ---dan semuanya penting. Lagipula nggak ada ruginya untuk memberikan yang terbaik, karena apa yang kita lakukan adalah apa yang orang lain lihat. Just live your life like you meant it. So, kalau kalian mau melihat penampilan 5 jam gue yang diringkas menjadi 2 menit dan ukulele baru gue dari UKUiki yang super cute di NET TV (lol), klik di sini, ya. See you soon, dan semoga November kalian menyenangkan! ;)

ukulele girl,

Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Indi's Scoliosis Life: Kulit Sehat dan Tetap Bersih saat pakai Brace? Bisa, dong! ;)

$
0
0
*Scroll ke atas*
*Scroll ke bawah*

Rupanya sudah 5 bulan ya sejak gue menulis tentang scoliosis di sini :O Padahal tujuan membuat series "Indi's Scoliosis Life" di YouTube sebenarnya untuk melengkapi post gue blog"Dunia Kecil Indi", bukan untuk menggantikan. Jadi kalau di sini versi tulisannya, di series ISL versi videonya karena terkadang kata-kata atau foto saja nggak cukup untuk menjelaskan apa ingin gue sampaikan, terutama kalau berkaitan soal brace. Eh, tapi pada kenyataannya gue malah lupa untuk share di sini, huhuhu. Maaf ya, terutama untuk teman-teman scolioser (---pengidap scoliosis; kondisi tulang belakang yang melengkung ke arah samping) yang tetap rajin untuk mampir ke sini dan meninggalkan komentar :) Mulai sekarang gue akan berusaha untuk lebih konsisten dan berusaha untuk membagi apa saja yang sudah gue share di YouTube, ---mumpung belum ketinggalan banyak, hihihi. Kalau gue mangkir lagi, tolong jewer ya :p


Kali ini gue akan membahas sesuatu yang relatable banget dengan para scolioser, ---tapi ajaibnya justru jarang sekali dibahas (serius, gue sampai research dengan googling sana-sini)
Tentang masalah kulit! 
Yup, banyak sekali scolioser yang mengalaminya, terutama jika harus menggunakan brace dalam jangka waktu yang lama. Masalah kulit yang dihadapi biasanya gatal-gatal, kemerahan atau berbagai macam alergi kulit lainnya. Meski kesannya seram tapi sebenarnya itu wajar, kok. Karena sekeren-kerennya teknologi brace terbaru, tetap saja mengurangi space kulit kita untuk bernapas, hehehe. Problem lain yang biasa dihadapi juga soal kurang maksimalnya saat kita membersihkan tubuh. Scoliosis jika sudah severe (berat) biasanya kelenturan tubuhnya berkurang dan membuat kita kesulitan menjangkau beberapa bagian tubuh. Tapi no worry, gue akan share solusinya. Meskipun nggak 100% menghilangkan masalah (---maaf, gue bukan si Jinny, hihihi), mudah-mudahan cara di bawah ini bisa mengatasi ;)

1. Relaxing bath every once in awhile!
Meski gue exercise dan stretching secara rutin tapi tetap kurva scoliosis yang besar membuat kelenturan tubuh gue terbatas. Mandi bisa menjadi kegiatan yang cukup menantang, terutama untuk menjangkau punggung dan sela-sela jari kaki. Supaya urusan membersihkah tubuh tetap maksimal, gue biasanya berendam dengan air hangat sebanyak satu kali seminggu. Selain bermanfaat untuk membersihkan seluruh anggota tubuh, ini juga membantu mengurangi back pain dan pegal-pegal. Kalau perlu gunakan bubble bath atau aroma therapy supaya tubuh semakin relax :)


2. Kurangi "brace mark" dengan scrub buatan sendiri
Banyak scolioser yang harus memakai brace dalam waktu yang lama setiap harinya. Atau... bisa dibilang sepanjang hari, karena biasanya brace harus dipakai 23 jam per hari, hihihi. Baik itu brace dengan tipe hard atau brace dengan tipe soft, keduanya berpotensi meninggalkan bekas di kulit kita. Gue sendiri selalu memakai tank top di baliknya, tapi tetap saja si "special mark" ini tetap ada terutama di daerah bawah lengan, dada dan perut. Meski kita nggak perlu malu with those marks, tapi jika bisa dikurangi kan kenapa nggak ;) Gue biasanya membuat simple scrub dari minyak zaitun (atau bisa diganti dengan minyak kelapa), gula dan sedikit perasan lemon. Campurkan ketiga bahan tersebut, lalu gue gosok memutar ke tempat-tempat yang memiliki brace mark. Hasilnya memang nggak instan, tapi pelan-pelan warna kehitamannya akan memudar, kok.



3. Mousturize is a MUST!
Kulit tubuh gue sangat kering dan sensitif. Jangankan brace, kaus yang ketat saja bisa meninggalkan bekas di kulit. Dari mulai bekas kemerahan, kehitaman karena dibiarkan terlalu lama, sampai yang paling parah lecet! Huhuhu. Untuk mencegahnya gue selalu mengoleskan pelembab kulit dulu sebelum memakai brace. Seringnya gue memakai body lotion, tapi kalau sedang membutuhkan perlindungan ekstra gue menggantinya dengan minyak kelapa (coconut oil). Bahan alami ini bagus sekali untuk melembabkan kulit, termasuk membantu menghaluskan kembali luka parut/lecet akibat brace. Supaya praktis dan nggak tumpah-tumpah, gue masukan minyak kelapa ke dalam jar lalu disimpan di dalam kulkas selama 30 menit. Suhu yang dingin mengubah minyak menjadi solid dan kalau dibiarkan akan lembut seperti Vaseline. Kalau nggak mau cepat mencair campurkan minyak kelapa dengan bahan lain, misalnya essential oil (gue pakai lavender). Tapi setelah memakai pelembab jangan langsung pakai brace, ya. Biarkan dulu sampai meresap, and... you're ready to go! :)


Simple banget ya tips nya? Hehehe. Meski begitu mudah-mudahan tetap bermanfaat. Dan buat yang masih speechless karena baru dapat vonis dan merasa scoliosis itu kaya kiamat mini terutama karena harus pakai brace, please ingat kalau fungsi brace itu untuk membantu kita, ---bukan menyiksa :) Jadi sedihnya sebentar saja dan jangan lupa senyum kembali. Seperti kata Stephen Hawking (sok kenal, hehe), pasti akan selalu ada jalan dan kalau buntu cari jalan yang lain, hihi. Gue juga sempat merasa nggak sanggup dengan urusan bracing ini. Tapi lihat, 7 years with my BFF brace and keep going! Hambatan-hambatan yang gue hadapi dulu pelan-pelan ada solusinya, termasuk soal kesehatan kulit :)

Untuk teman-teman non scolioser, thank you so much ya sudah menyempatkan membaca. Meski mungkin ini nggak practical buat kalian, tapi mudah-mudahan bisa meningkatkan scoliosis awareness. Atau kalau mengenal teman atau kerabat yang mengidap scoliosis, boleh banget lho di share :) Dan oh, by the way untuk episode "Indi's Scoliosis Life" selanjutnya gue akan membahas tentang "Scoliosis Stereotype". Menurut kalian stereotype apa sih yang sering melekat sama scolioser? Coba tulis dalam 1 atau 2 kalimat stereotype atau image apa yang ingin kalian patahkan. Nanti akan gue bacakan satu persatu di video ;) Okay, sampai bertemu lagi. Ingat ya, kalau gue mangkir lagi tolong jewer, ---tapi pelan-pelan saja, hihihi :)



yang pernah mimpi menang catur sama stephen hawking,

Indi

Get your own SpineCor (soft brace)
Indo Sehat Utama
Ruko Garden Shopping Arcade, Blok B-09 BB Kawasan Podomoro City, Jl. Podomoro Avenue - Tanjung Duren Selatan jakarta Barat 11470. 
Phone: 021 2940 8696

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


Malang! Gue Akan Hadir Di Sana untuk Hari AIDS Sedunia :)

$
0
0


Hai bloggies! Nggak terasa ya sekarang sudah memasuki akhir bulan November (---dan gue masih juga belum menulis tentang acara Halloween gue di rumah, hehe). Kalau sudah masuk tanggal-tanggal segini biasanya gue jadi (semakin sering) teringat dengan Mika. Kenapa? Tentu saja karena tanggal 1 Desember yang diperingati sebagai hari AIDS sedunia sudah semakin dekat. Mungkin ada di antara kalian yang masih asing dengan Mika. Siapa ia? Mika adalah laki-laki berusia 22 tahun yang gue kenal ketika baru saja lulus SMP. Kami lalu mengalami masa berpacaran yang sangaaat menyenangkan dan penuh kenangan sampai akhirnya Mika meninggal 3 tahun kemudian. Mika adalah pacar pertama gue, ---dan ia juga seorang AIDS fighter. Hari AIDS sedunia selalu mengingatkan gue padanya. Bukan hanya karena ia meninggal di bulan yang sama, tapi juga karena 'perjuangannya' melawan stigma dan diskiminasi... Mika sekarang memang sudah di surga, tapi gue nggak ingin perjuangannya berhenti, ---gue ingin melanjutkannya.

Gue lakukan sebisanya. Awalnya gue menulis kisah Mika di blog agar bisa berbagi apa yang gue tahu tentangnya. ---Iya, tentang Mika, bukan tentang HIV/AIDS, karena gue ingin Mika "dinilai" dari kepribadiannya, bukan dari apa yang ia idap. Nggak disangka tulisan-tulisan gue tentang Mika pun diangkat menjadi buku dengan judul "Waktu Aku sama Mika" pada tahun 2009 oleh Homerian Pustaka, dan pada tahun 2013 lalu difilmkan dengan judul "MIKA" oleh Investasi Film Indonesia. Jalan gue untuk menyebarkan awareness lewat kisah Mika pun semakin terbuka. Meski pelan tapi pasti. Semakin banyak pembaca atau penonton film yang menghubungi gue untuk sekedar berbagi kisah karena merasa terwakili atau malah mengucapkan terima kasih karena sebelumnya selalu "berprasangka buruk" terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Itu membuat gue senang dan lega, karena artinya Mika tetap 'hidup' untuk terus berjuang :)

Selain melalui tulisan dan film gue juga melanjutkan perjuangan Mika melalui suara. Dengan senang hati gue selalu berusaha bisa untuk menghadiri undangan sebagai pembicara atau narasumber jika ada yang meminta. Media tulisan dan visual memang bagus, tapi kehadiran secara langsung tentu lebih memudahkan gue untuk menyampaikan secara lebih personal. Dan tahun ini kesempatan gue untuk menjadi pembiacara datang dari IFL Chapter Malang atau Indonesia Future Leaders dalam program Close the Gap, sebagai salah satu bagian dari Global Change Maker yang ingin membantu terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya pada point ke-3 (Good Health and Well-being). Dan juga visi dari UNAIDS (zero new HIV infections, zero discrimination, and zero AIDS-related deaths). Program ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara penularan dan pencegahan virus HIV, juga tentang permasalahan sosial antara ODHA dan non-ODHA yang tanpa disadari ada di lingkungan sekitar kita.

Nah, Close the Gap tahun ini mempunyai tema "Selaras Tanpa Stigma" dan mempunyai 3 rangkaian acara yang berlangsung pada tanggal 27 November, 1 dan 3 Desember 2016. Gue sendiri akan berada di acara puncak, yaitu pada tanggal 3 Desember.

Selaras Tanpa Stigma(Talkshow, Pameran Hasil Kreativitas ODHA, Pementasan Teater dari Komunitas, Bedah Film “Mika” bersama Indi Sugar
Hari & Tanggal: Sabtu, 3 Desember 2016
Tempat: Cafe Gembira
Alamat: Jl. M.T. Haryono, Ruko Istana Dinoyo Blok E1 - E2 Dinoyo, Lowokwaru, Kota Malang
Pukul: 11.00 - 20.00 WIB

Sesi gue akan berlangsung pada pukul 2 siang, tapi gue sarankan teman-teman hadir dari awal karena acaranya pasti akan seru dan bermanfaat sekali. Kalian juga bisa ikut berkontribusi lho untuk perubahan sosial dan kesehatan ini. caranya dengan cara berdonasi melalui https://kitabisa.com/closethegap2016
By the way, gue sering sekali dikira belum bisa move on dari Mika. Well, semua yang gue lakukan ini awalnya memang darinya. Tapi setelah semakin dewasa gue sadar bahwa ini lebih luas daripada yang gue kira. Ini tetap untuk Mika, tapi bukan segalanya tentang Mika. Gue juga melakukan ini untuk Mika-Mika yang lain, agar kita sebagai manusia bisa hidup berdampingan tanpa prasangka hanya karena sesuatu yang kita idap. Dan gue yakin nggak sedang diam di tempat. Gue terus maju. Melanjutkan hidup gue, ---tapi tanpa perlu melupakan Mika :)

smile,

Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


Come Roll with Hunter Kelch! :)

$
0
0

Pertemanan memang bisa dimulai darimana saja, termasuk dari dunia maya. Seperti perkenalan gue dengan Hunter Kelch yang dimulai dari Instagram. Waktu itu somehow ia menemukan akun gue dan segera kami menemukan banyak kesamaan! Kami sama-sama senang menulis (baca website nya: www.comerollwithme.com), mendengarkan musik rock, menonton film, makan pizza dan sama-sama mengidap scoliosis! Meski begitu sebenarnya kondisi kami nggak sama persis karena penyebab scoliosis kami berbeda. Agar lebih saling mengenal, kami memutuskan untuk saling mewawancarai. Dan ini adalah hasil wawancara gue dengan Hunter tentang kondisi cerebral palsy dan kegiatannya! :)


www.comerollwithme.com


1. Hai Hunter, bisa kamu ceritakan tentang dirimu?
Aku seorang pria berusia 24 tahun yang mengidap Cerebral Palsy. Aku lahir 3 bulan prematur dan mengalami infeksi serius yang mengakibatkan kerusakan otak. Aku tinggal di sebuah gedung apartemen bersama orang-orang yang juga memiliki disabilitas, tapi aku punya apartemen sendiri. Aku punya caregiver yang datang untuk membantu kebutuhan pribadiku. Ibuku adalah caregiver utamaku, tapi aku juga punya tiga orang lain yang membantu. Sejak dua tahun yang lalu aku memutuskan untuk menjadi seorang blogger profesional dan fokus pada tema "hidup dengan cerebral palsy" sambil memberikan wawasan pada orang lain yang juga memiliki disabilitas. Selain itu aku juga membahas tentang aksebilitas. Sekarang baru sebatas di kampung halaman saja, tapi aku berharap suatu hari akan berjalan-jalan dan blogging ke seluruh penjuru dunia.

Aku punya seekor "kucing gila" bernama Sully yang terkadang bisa sangat manis dan penuh kasih sayang, tapi di lain waktu ia bisa menjadi kucing yang nakal!

Aku selalu suka olahraga, ---kalau dipikir mungkin sejak aku di dalam kandungan! Olahraga favoritku untuk ditonton adalah American Football, bisbol dan gulat profesional! Aku telah menonton beberapa pertandingan dan pernah ke acara gulat profesional sebanyak 3 kali!

Aku juga suka menonton acara memasak, acara kriminal dan acara tentang medis. Dan aku juga suka bermain video game. Aku mulai bermain video game sejak usia 2 tahun. Waktu itu aku bermain Mario Bros di Super Nintendo milik ibuku! Tapi sekarang aku bermain di PS4 milikku sendiri, kebanyakan aku bermain game tentang  olahraga dan perang.

Aku suka makan di luar, burger adalah makanan kesukaanku. Aku juga suka pizza! Aku sering pergi ke tempat bermain bowling, pertandingan balapan dan bioskop.

Aku menikmati musik rock keras yang diputar keras-keras! Tapi kalau di apartemen aku tidak bisa memutarnya telalu kencang karena penghuni lain kebanyakan orang-orang yang usianya lebih tua. Untungnya, sampai sekarang belum ada komplain dari mereka! 

2. Apa itu cerebral palsy? Dan waktu usia berapa ketika kamu didiagnosis oleh dokter?
Cerebral Palsy pada dasarnya adalah gangguan motorik non-progresif yang disebabkan oleh kerusakan otak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Aku lahir 3 bulan lebih awal, punya pendarahan otak dan juga infeksi. Ini berpengaruh ke keempat anggota tubuhku, jadi aku bisa disebut sebagai quadriplegic. Aku sudah memakai kursi roda sejak usia 3 tahun. Tidak ada obat untuk cerebral palsy, tapi terapi fisik dan terapi okupasi bisa membantu. Beberapa orang yang mengidap CP juga terkadang memiliki masalah lain seperti ketulian, kebutaan dan perkembangan kognitif. Selain kemampuan motorik, kemampuan bicaraku juga terpengaruh (aku bicara terpatah-patah dan juga gagap). Aku juga mengalami gangguan penglihatan. Ini artinya otakku memberikan pesan yang salah pada mataku. Yang menarik, karena gangguan mataku orang tuaku dulu pernah diberitahu bahwa aku tidak akan pernah bisa membaca. Tapi lalu orangtuaku memberitahu dokter bahwa aku bisa membaca waktu usiaku masih 4 tahun! Padahal aku belajar membaca sendiri. Saat itulah aku memutuskan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa membatasiku!

Aku baru didiagnosis pada usia 1 tahun. Tapi aku sudah ke terapi fisik dan terapi okupasi sejak usia 6 bulan.

Hunter waktu berusia beberapa minggu, beratnya 2lbs 13oz. Yang di sampingnya itu tangan ayahnya.

Bersama Nghia, saudara laki-lakinya yang diadopsi dari Vietnam.

Bersama Katie, anjing pertamanya yang sangat istimewa :)


3. Apa sih yang sering menjadi kesalahpahaman atau menjadi mitos tentang cerebral palsy? Dan apa yang orang perlu tahu tentang fakta-faktanya?
Salah satu kesalahpahaman yang aku sendiri pernah alami adalah bahwa banyak orang mengira semua pengidap CP memiliki gangguan perkembangan kognitif (keterlambatan). Pernah suatu hari waktu aku berada di sebuah turnamen renang, ada seorang wanita datang dan berbicara padaku seolah aku masih balita, padahal waktu itu aku sudah berusia 21 tahun. Aku percaya bahwa meskipun ada yang memiliki keterlambatan, tetap saja layak untuk diajak bicara sesuai dengan usia mereka yang sesungguhnya. Berbicara pada orang dewasa dengan gaya berbicara seperti pada balita itu tidak sopan.

Aku rasa salah satu kesalahpahaman yang utama tentang CP adalah bahwa orang mengira ada sesuatu yang salah dengan lengan dan kaki kami. Padahal kaki dan tangan kami "normal". Karena kerusakan adanya di otak kami, bukan tubuh kami. Otak kamilah yang salah mengirimkan pesan kepada tubuh kami.

Kesalahpahaman lainnya adalah bahwa aku dikira tidak bisa menikmati aktivitas yang sama dengan orang pada umumnya. Aku mungkin harus melakukan sesuatu yang berbeda, dan hasilnya mungkin tetap tidak sama. Tapi aku masih ingin berpartisipasi, kok. Salah satu contohnya saja dengan kecintaan aku pada sebak bola. Secara fisik aku tidak bisa bermain bersama rekan-rekanku. Tapi aku masih bisa pergi ke pertandingan dan membantu pelatih dari pinggir lapangan. Ada kok pelatih dari tim Miami Dolphins yang sebenarnya tidak pernah menendang tapi tetap dihormati!!

Bersama temannya, Daryl, di pertandingan bisbol.


4. Apa tantangan terbesar yang pernah kamu hadapi?
Kalau harus menjawab jujur yang paling sulit itu menemukan pasangan. Berkencan sebagai orang dengan disabilitas itu sangat sulit. Perempuan non disabel kebanyakan tidak ingin mendapat tanggung jawab untuk merawatku, dan banyak yang tidak mau punya pasangan yang tidak bisa melakukan beberapa hal. Pengalaman pacaranku terbatas di kemah anak-anak berkebutuhan khusus dan waktu SMA. Sekarang setelah dewasa, aku malah merasa lebih susah untuk mendapatkan pacar. Aku ingin bertemu dengan perempuan yang bisa melihat di balik kursi roda dan di balik keterbatasanku, karena sebenarnya masih banyak hal lain yang bisa aku tawarkan.

5. Bagaimana perasaanmu tentang penggambaran orang dengan cerebral palsy di film dan televisi? Misalnya saja seperti Walter White Jr dari serial "Breaking Bad", atau Michael Connolly dari film "Rory O'Shea was Here".
Aku belum pernah menonton dua-duanya, baru rencana. Tapi ibuku pernah menonton serial Breaking Bad. Katanya karakter Walter Jr benar-benar tidak mewakili apa yang beliau bayangkan. Disabilitsnya digunakan untuk dijadikan alasan sebagai perilaku kriminal ayahnya. Jadi tidak berfokus pada kehidupannya sebagai pengidap CP.

Aku pernah menonton Fundamentals of Caring di Netflix. Meskipun tokohnya mengidap Muscular Dystrophy, bukan CP, tapi aku merasa sangat relatable dengannya. Selera humornya yang gelap dan caranya menguji caregiver nya sangat tepat sasaran. Ia juga orangnya blak-blakan, mirip sepertiku. Aku suka cara mereka menggambarkan rasa keterasingan karena memiliki disabilitas. Ibuku juga menontonnya dan setuju dengan penggambaran tantangan-tantangan sebagai seorang ibu yang juga merangkap caregiver.

Sekarang aku sedang mendengarkan audiobook nya Zach Anner, ia juga mengidap CP. Kalau sudah selesai, nanti aku akan ceritakan tentangnya di blog. Zach tidak takut untuk membahas tentang disabilitasnya dan juga membahas "sisi gelap" dari mengidap CP. Ia bercerita dengan sangat jujur dan penuh humor! Aku sarankan orang-orang yang memiliki disabilitas dan para caregiver untuk membaca/mendengar buku ini karena bisa memberikan wawasan tentang tantangan apa saja yang mungkin kami hadapi.

(Dua hari setelah wawancara ini, Hunter bercerita bahwa akhirnya ia menonton film "Rory O'Shea was Here". Katanya filmnya sangat bagus dan ia merasa related dengan Michael. Bahkan ibunya pun menangis di sepanjang film. Berbeda dengan gue yang merasa adegan measurement sangat nggak nyaman karena gue pribadi harus mengalaminya paling nggak sebulan sekali, bagi Hunter measurement rasanya lebih mudah karena sebagai pengidap CP ia selalu membutuhkan perawatan fisik total).

6. Kenapa kamu memutuskan untuk menjadi seorang penulis? Ngomong-ngomong, aku suka situsmu, lho.
Waktu itu awalnya tidak direncanakan. Aku sedang bosan jadi mulai mencoba menulis. Kamu bisa anggap ini 'kecelakaan'. Tapi terkadang hal-hal besar bisa dimulai dari sebuah 'kecelakaan'. Ibuku lalu punya ide agar aku mulai blogging. Kami lalu mencobanya. Awalnya secara mandiri, tapi kemudian kami menghubungi agen untuk membantuku belajar mengenai seluk-beluk blogging profesional. Aku masih belajar, dan aku punya mentor hebat yang selalu siap membimbing.

Kolase hidup Hunter.


7. Apa impian terbesar dan tujuan hidupmu?
Salah satu tujuan utamaku adalah untuk menjadi penasehat yang lebih baik bagi diri sendiri, dan suatu hari blog ku juga bisa menjadi penasehat bagi orang lain. Aku ingin berkeliling dunia dan menulis pengalamanku untuk membantu orang lain. Aku ingin mencoba sebanyak mungkin hal-hal baru. Pada dasarnya aku hanya ingin menjadi yang terbaik sebisaku.

Berperahu di danau Wausau bersama temannya, Dave. Ah, seperti di surga! :)


8. Terakhir, apa pesan kamu bagi yang sedang membaca wawancara ini?
Jika kamu ingin melakukan sesuatu, jangan biarkan keterbatasanmu menghentikanmu untuk menemukan cara mencapainya! Aku mendorong semua orang untuk melihat di balik semua jenis disabilitas, lihat orangnya... lihat jiwanya... lihat sosoknya. Aku bukanlah kursi rodaku, aku bukan cedera otakku dan aku juga bukan gangguan mataku. Aku Hunter, aku adalah pria santai, lucu, unik dan mempunyai hati yang besar.

***

Wah, dari wawancara ini gue jadi banyak belajar hal-hal baru. Coba deh teman-teman mampir ke website nya untuk membaca tulisan-tulisan keren (review, pengalaman, ide, dll) dari sudut pandangnya. Kalian pasti akan menikmatinya seperti gue yang betah menghabiskan sore dengan membaca tulisan-tulisannya. Di sana kalian juga bisa membaca wawancara Hunter dengan gue. Penasaran kan dengan pertanyaan-pertanyaan cerdasnya? Klik di sini ;)

cheers,


Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com


Bercerita Tentang Mika di Malang :)

$
0
0
Howdy-do, peeps! Ah, selalu senang kalau bisa kembali ke sini. Rasanya seperti pulang ke rumah, ---rumah di dunia maya maksudnya, hihihi. Kalau ada diantara kalian yang membaca post-post gue sebelumnya (atau mengikuti gue di Facebook dan Instagram) pasti tahu kalau tanggal 2 Desember lalu gue mengisi sebuah acara Hari AIDS Sedunia di kota Malang. Nah, sekarang gue mau cerita soal pengalaman selama di sana. Dan apa kabar cerita Halloween gue yang ditunda-tunda terus untuk di post? Hehehe, untuk sekarang nonton dulu vlog nya di sini saja, ya. Soalnya karena sebuah alasan (---yang cheessy dan konyol) gue belum bisa menulis ceritanya :p

Di bulan November lalu gue dihubungi oleh Dina, salah satu anggota tim dari Indonesian Future Leaders chapter Malang untuk menjadi pembicara di event peringatan Hari AIDS Sedunia. Gue belum pernah mendengar apa itu IFL, tapi dengan quick search di internet gue jadi tahu kalau itu adalah organisasi non profit yang berfokus pada kegiatan youth empowerment dan social voluntarism. Gue langsung tertarik, ---tapi nggak langsung memutuskan untuk mengiyakan. Alasannya selain tempatnya jauh (tahun lalu gue jadi pembicara di Surabaya dalam keadaan sakit, uhuhu), juga karena sudah jauh-jauh hari ada kelompok dukungan sebaya (group support ODHA dan OHIDA) yang meminta gue membantu acaranya di Bandung. Gue meminta waktu untuk berunding dulu dengan Bapak, tapi sebelum kami membuat keputusan dapat kabar kalau acara yang di Bandung batal. Hehehe, tahun ini rupanya gue ditakdirkan untuk memperingati Hari AIDS Sedunia jauh dari rumah :) 

Setiap kali melihat ke belakang gue selalu takjub dan nggak menyangka dengan apa saja yang sudah dilalui... Masih jelas rasanya hari dimana Mika, my forgetful angel, meninggalkan gue untuk mengambil sayapnya di surga. Waktu itu rasanya gue sangat terpuruk dan nggak berdaya. Mungkin kesannya berlebihan, tapi memang itulah yang gue rasakan. Gue terlalu terbiasa ada Mika. Selama 3 tahun dengannya gue berubah dari Indi yang pemalu dan nggak nyaman dengan kondisi fisik menjadi Indi yang dengan bangga memakai brace scoliosisnya di luar baju dan merasa 'nggak kurang' dibandingkan remaja-remaja lain. Dengannya gue merasa aman dan percaya kalau gue bisa melakukan 'apapun'. Tapi Mika juga lah yang membangkitkan keterpurukan gue setelah ia meninggal. Semangatnya membuat gue sadar kalau ia nggak akan suka gue terus-terusan murung. Dan berhenti 'membicarakannya' justru membuat gue menjadi denial, ---sulit mengiklaskan. Keberanian untuk menghadapi kepergiannya justru malah membuat Mika seolah selalu ada. I face my fears, ---gue berbagi kisah tentang Mika. Dan gue lakukan ini bukan hanya untuknya, tapi juga untuk gue. 

Jadi pada tanggal 2 Desember lalu, pagi-pagi sekali gue dan Bapak sudah berada di Bandara untuk menuju Surabaya. Penerbangan dari Bandung belum ada yang langsung tiba di Malang, jadi kami harus berangkat sedini mungkin untuk mengejar sesi gue yang akan berlangsung pada pukul 14.00 WIB. Gue sebenarnya ditawari untuk berangkat 1 hari sebelumnya, tapi karena gue sedang sedikit demam jadi gue pikir lebih baik sedekat mungkin dengan waktu acara. Gue baru tidur 2 jam karena sebelumnya sedang menyelesaikan interview dengan Hunter Kelch (perbedaan waktu 2 negara membuat gue harus begadang, hehehe). Gue pikir akan bisa tidur di pesawat, tapi ternyata gue tetap terjaga sampai tiba di Surabaya. Penerbangannya super lancar, dan kami mendapatkan pesawat yang nyaman dan lega. Tapi di samping gue ada perempuan yang "mengkahwatirkan". Ia terus-terusan facetime dengan pacarnya (---atau siapapun itu) sampai ditegur 3 kali oleh pramugari dan sepanjang perjalanan terus-terusan mengecek makeup nya. Ugh, why oh why?!! :p


Meski begitu mood gue dan Bapak tetap super bagus. Kami hanya menunggu sebentar ketika tiba di Bandara Juanda karena Eko dan Rizki dari IFL sudah menjemput dan siap untuk mengantarkan ke Malang. Rasanya seperti de javu, begitu menginjakkan kaki di Surabaya udara langsung terasa hangat (---panas, hehe). Biasanya gue lebih prefer cuaca dingin, tapi rasanya gue rindu Surabaya, teringat keramahan teman-teman di sana, huhuhu, ---jadi mellow :p Tapi 2 teman baru dari Malang ini pun nggak kalah ramah. Sepanjang perjalanan mereka terus bercerita tentang tempat-tempat yang kami lewati. Seperti tour guide, hehe. Dan itu membantu gue dan Bapak untuk tetap terhibur di perjalanan yang super macet dan didera hujan deras karena kami banyak tertawa. Sebagai penutup perjalanan sebelum tiba di guesthouse kami juga diajak mampir ke restoran pecel "Kawi". Di sana rasa pecelnya super nikmat! Sayang untuk lidah gue terlalu pedas jadi nggak sanggup untuk menghabiskan 1 porsi :p


Seperti kata Mika, selalu ada yang pertama kali untuk segalanya. Begitu juga dengan pengalaman sebagai speaker kali ini. Kalau biasanya disediakan hotel, kali ini panitia menyediakan sebuah kamar di guesthouse. Ternyata tempatnya nyaman sekali dan homie, ---ada teras untuk bersantai dan kolam ikannya. Lucunya, nama guesthouse nya Bandoeng, cocok sekali dengan kota asal gue, hahaha. Yang pertama terpikir oleh gue ketika tiba adalah tidur, tapi lagi-lagi gue betah terjaga. Mungkin saking lelahnya, plus harus menyiapkan speech gue nanti. Kalau Bapak sih, 5 menit nempel di bantal suara ngoroknya langsung terdengar :p Ya, sudah gue hanya sekedar rebahan sambil memeluk Onci, boneka kelinci gue. Sekitar pukul setengah 2 siang handphone gue berdering, rupanya Salsa dan Ferdy dari IFL sudah menunggu di lobby untuk menjemput kami. So excited! Rasanya lelah gue langsung hilang seketika :)


Malang masih diguyur hujan, dan ini membuat perjalanan (lagi-lagi) sedikit terhambat. Butuh waktu lumayan lama untuk tiba di lokasi, padahal jaraknya dekat, lho. Tapi asyiknya gue jadi bisa lihat kiri-kanan dan melihat-lihat taman di kota Malang. By the way, dari sekian banyak tempat yang gue kunjungi rasanya di sinilah yang suasana dan udaranya mirip di Bandung. Sejuk dan banyak taman kotanya. Sampai-sampai Bapak bilang kalau difoto dan nggak bilang dimana lokasinya, orang Bandung pasti mengira kami sedang di alun-alun, hihihi. Akhirnya kami tiba juga di Cafe Gembira, lokasi dari event Close the Gap. Sebelum dimulai gue sempat mengobrol dengan Dina dan briefing secara singkat. Berhubung segmen gue kebagian sore, jadi gue nggak sempat melihat pengisi acara sebelumnya. Katanya sih ada pameran karya teman-teman ODHA, dan sebagian masih ada di display. Sayang karena lumayan sibuk hanya Bapak yang sempat melihat-lihat.


Nggak menunggu lama, sebelum teh manis hangat yang disediakan habis gue sudah naik ke lantai 2 untuk nonton bareng film Mika. Secara singkat gue mengenalkan diri kepada audiences yang sudah hadir. Kursi-kursi yang disediakan nggak semuanya terisi, tapi menurut gue jumlah audiences bukan yang utama tapi antusiasme mereka lah yang gue harapkan :) Gue nggak bisa cerita tentang detailnya, ya. Yang pasti menonton kembali "diary" gue bersama Mika selalu membuat perasaan campur aduk. Ada yang bikin tertawa, tapi ada juga yang membuat air mata gue jatuh. Ada saat-saat dimana gue merasa nggak sanggup untuk menontonnya kembali, tapi ada juga saat dimana gue merasa "okay". Dan kali ini perasaan gue adalah yang kedua, ---meskipun malam sebelumnya gue baru saja menonton film "Mika" di TV. Ya, air mata gue memang sedikit keluar, tapi lebih banyak tersenyumnya. Thank God :)


Sepanjang pengalaman gue nonton bareng film "Mika", baru kali ini dapat audiences yang 'adem'(baca: sepi). Biasanya, saat adegan lucu mereka tertawa, dan saat adegan sedih ada isak tangis. Minimal ada celetukan-celetukan komentar. Sempat bertanya-tanya juga dalam hati, apakah filmnya kurang seru bagi mereka? Atau apakah mereka bosan? ---padahal kabarnya banyak diantara mereka yang belum pernah menontonnya, lho. Makanya waktu film berakhir dan terdengar tepuk tangan yang riuh gue lega sekali. Rupanya mereka hanya pemalu. Terbukti saat sesi tanya-jawab mereka hapal dan paham betul dengan ceritanya, ---bahkan mendetail! Ternyata diam-diam mereka memperhatikan, ya, hehehe. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan pun cukup smart. Dengan senang hati gue menjawabnya karena nggak ada satupun yang menyinggu privacy gue dan jauh dari kesan kepo. Yay, good job Malang :))


Setelah nggak ada lagi pertanyaan yang ingin mereka ajukan, gue sharing tentang isu kesenjangan yang (sayangnya) masih terjadi di keseharian kita. Meski event ini dalam rangka Hari AIDS Sedunia, tapi apa yang terjadi pada ODHA sebenarnya bisa terjadi juga pada kita. Bayangkan bagaimana rasanya dibedakan hanya karena kondisi kita, padahal di balik itu kita adalah manusia yang "sama". I mean, ---well, iya manusia memang berbeda-beda tapi bukan berarti harus dibeda-bedakan, kan? Dengan memahami dulu kondisi yang terjadi gue yakin akan menumbuhkan empati dan menghilangkan 'kebiasaaan' untuk judging. Lagipula, apa gunanya menghakimi? Kita bisa membenci seseorang mati-matian dan itu cuma membuat semuanya lebih buruk. Lebih baik perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, be nice. Kita nggak pernah tahu apa yang seseorang bisa lakukan atau apa pengaruh mereka di masa depan. Dulu banyak orang yang berkata buruk tentang Mika. But look at him now...


Gue pernah membaca komentar di blog ini (atau di media sosial gue yang lain? Maaf lupa, hehe) yang isinya kurang lebih bahwa yang terpenting justru edukasi soal pencegahan penularan virus HIV, bukan soal masalah kesenjangannya. Tapi menurut gue keduanya sama pentingnya. Bahkan edukasi mengenai kesetaraan bisa jadi lebih mudah diterima karena bisa dimengerti oleh anak-anak sekalipun. Contohnya saja sepupu gue yang berusia 10 tahun bertanya tentang alasan mengapa Mika dikucilkan, bukan bertanya tentang asal usul virusnya ketika menonton "Mika". Ini sih mengenai perspektif, ---mana yang efektif mana yang nggak tergantung kepada siapa kita 'berbicara'. Gue percaya nggak ada cara 'kampanye' yang salah atau buruk. Kapan-kapan gue akan bahas lebih jauh lagi, tapi sekarang balik lagi ke event Close the Gap yang keren dulu, ya :)

Setelah sharing, sesi gue ditutup dengan foto bersama dan interview. --Well, nggak benar-benar selesai, sih, hehehe. Setelah 'turun panggung' justru audiences lebih akrab untuk bertanya dan mengajak selfie. Meski agak crowded tapi gue happy sekali dengan reaksi mereka. Gue selalu terbuka untuk menjawab pertanyaan asalkan itu bukan hal-hal yang terlalu pribadi (---gue rasa gue sudah cukup banyak berbagi kisah tentang Mika, kan). Satu pertanyaan yang banyak ditanyakan adalah soal pendapat gue mengenai sukses atau nggak nya acara ini. Dan, ya menurut gue acara ini sukses! Nggak ada acara yang sempurna, tapi menurut gue "Close the Gap" ini berhasil mengcaptured apa pesan yang ingin disampaikan. Gue suka dengan konsep semua orang duduk bersama untuk menonton film dan berbincang, ---tanpa harus disebut 'kamu ODHA dan aku bukan'. Karena honestly acara yang dibuat seperti itu malah berkesan seperti freak show. Itu lho show yang isinya orang-orang diberi label "si A", si B" atau "si C". Barbar sekali (---meminjam istilah Robin Williams), dan justru malah membuat kesenjangan semakin terasa.


Gue dan Bapak nggak langsung diantarkan kembali ke guesthouse. Tapi kami makan siang (super late, hehe) dulu sambil masih berbincang dengan beberapa kru IFL. Thumbs up lho buat chef dari Cafe Gembira yang secara khusus membuatkan gue masakan vegan meskipun itu nggak ada di menu. Meski kesannya 'biasa' tapi saat penyelenggara acara memperhatikan hal-hal kecil yang sifatnya personal, bisa membuat gue lebih nyaman, lho! :) Gue dan Bapak lalu diantar oleh Salsa dan Ferdy untuk melihat-lihat kota Malang setelah kami sedikit rapi-rapi (hehe) di guesthouse. Meski waktunya singkat karena sudah malam tapi kesampaian juga untuk melihat Tugu Malang dan mobil odong-odong yang super ramai, hehehe. Gue juga membeli sedikit oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Ada dompet batik berwarna pink yang cuteee sekali. Sayangnya cuma 1, jadi gue berikan sama ipar gue deh (---karena gue baik, lol).


Keesokan paginya setelah tidur beberapa jam (---tradisi gue dan Bapak kalau nggak ada Ibu pasti ngobrol sampai pagi), kami diantarkan ke Bandara Juanda untuk pulang menuju Bandung. Gue kembali bertemu dengan Dina dan ia mengantarkan kami sampai gate untuk mengucapkan sampai jumpa. Pertemuan gue dengan teman-teman baru di Malang memang singkat tapi begitu berkesan. Gue harap bisa kembali lagi suatu hari, ---dan tentu gue juga berharap telah meninggalkan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Apa yang gue lakukan memang nggak banyak, tapi gue berusaha berbagi apa yang gue miliki. Gue berbicara, agar Mika selalu ada, ---agar semangat Mika selalu ada di hati orang-orang yang mendengarkan kisahnya :)

vlog perjalanan, sesi sharing dan jalan-jalan

smile,

Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Dream Come True 2016: Berduet dengan Para Idola! :)

$
0
0
Wah, sekarang rupanya sudah tahun 2017! Hihihi. New year's eve gue tertidur sebelum tengah karena kelelahan, jadi rasanya seperti mimpi kalau sudah berganti tahun :D Bagaimana nih dengan malam tahun baru teman-teman? Semoga menyenangkan, ya. Dan kalau ada yang main petasan semoga nggak menganggu lingkungan sekitar. ---Ups, curhat nih, soalnya Eris anjing gue yang super imut semalam benar-benar nggak bisa tidur karena kaget dengan suara petasan dan kembang api, hiks :( Lingkungan rumah orangtua gue memang ajaib, kalau siang sepertinya penghuninya orang dewasa semua. Tapi di malam tahun baru, entah darimana asalnya bocah-bocah itu datang, ---dan orang dewasanya malah hilang, hehehe.

Ah, tapi sudahlah. Gue maklumi saja jika ributnya satu tahun sekali. Asalkan jangan sering-sering karena bisa-bisa yang stress bukan cuma Eris, tapi seisi rumah :D Mungkin saja mereka begitu riuh merayakan pergantian tahun karena sangat happy bisa menjalankan semua resolusi tahun 2016, hehehe. Gue juga pasti supeeeeer happy kalau goals gue tercapai. Ya... meski nggak sampai main-main petasan, sih. Cukup menangis haru sambil berdiri di atas kasur sementara di playlist terdengar lagu "Climb Every Mountain", lol. Teman-teman sendiri bagaimana? Ada yang menulis resolusi kah? Dan bagaimana hasilnya? Well, gue sendiri nggak literally menulisnya lalu menempelnya di tembok. Tapi gue memang punya beberapa hal yang ingin dicapai di tahun 2016. Salah satunya menerbitkan buku kelima yang sayangnya harus tertunda karena masalah 'pribadi' :( Syukurlah meski begitu ada resolusi lain yang tercapai dan gue sangat bangga karenanya! :)

Tahun 2016 adalah tepat satu tahunnya gue mengenal ukulele. Dan sejak pertama kali memainkannya gue langsung jatuh cinta, hihihi. Awalnya gue memainkannya hanya untuk diri sendiri dan sesekali menguploadnya ke YouTube. Tapi komentar-komentar viewers ternyata membuat gue lebih semangat belajar dan, ---ehm berani untuk bernyanyi :p Dalam proses belajar, gue terinspirasi dengan beberapa musisi YouTube senior. Nggak selalu yang sama-sama memainkan ukulele, tapi gue salut dengan kreatifitas dan konsistensi mereka dalam berkarya. Apalagi sampai bisa menghasilkan karya viral. Wah, gue sih ditonton sama 100 viewers yang isinya kalau nggak teman ya saudara saja sudah girang banget, hehehe :p Saat melihat video-video mereka kadang gue berandai-andai bagaimana rasanya kalau bisa berkolaborasi dengan mereka. Gue tahu kesempatan itu nggak akan datang secara ajaib, jadi gue berusaha meningkatkan kemampaun diri dulu agar layak untuk bekerja bersama mereka. Siapa sangka di tahun 2016 impian gue terwujud! :D Gue bisa berkolaborasi dengan beberapa dari mereka, ---dan bahkan salah satu dari mereka ingin membawakan lagu original karya gue! Waaaah, saat mengetik ini pun gue masih nggak menyangka :')

1. Berkolaborasi (ramai-ramai) dengan Pockets, si "Legenda" Kazookeylele (Skotlandia)



Gue suka sekali dengan Red Hot Chili Peppers, terutama era John Frusciante dan karya-karya solonya John sendiri. ---Well, kalau sering mampir ke channel "Indi Sugar Taufik" mungkin nggak perlu disebutkan lagi karena sebagian besar yang gue bawakan ya cover lagu mereka, hehehe. Suatu hari di awal tahun 2016, di list rekomendasi YouTube gue melihat judul video yang sangat menarik perhatian; Red Hot Chili Peppers -Can't Stop - Ukulele -Pockets. Tanpa berlama-lama langsung saja gue klik, dan... whoah, gue amaze dengan permainan Pockets, yang nggak hanya memainkan ukulele tapi juga alat musik lain. Saking amazenya, gue sampai langsung menonton videonya dua kali berturut-turut dan setelahnya baru ingat untuk berkomentar, hehehe :p Gue bilang kalau ia "awesome", lalu beberapa menit kemudian Pockets membalas dan kami berbincang sedikit.  Gue pikir, ---well sepertinya timingnya yang tepat karena kami online di waktu bersamaan (waktu itu hampir pukul 2 pagi). Jadi gue 'cuma' lucky bisa kebetulan berbicara dengannya.  

Tapi ternyata bukan kebetulan, nggak lama setelah itu Pockets menjadi salah satu subscribers di channel 'alakadar' gue. Bahkan di salah satu videonya ia menyebut gue sebagai "orang ter happy yang pernah ia lihat" dan meminta fans nya untuk berkunjung ke channel gue! Aww, gue senang sekali, ---plus malu-malu karena rasanya gue nggak ada apa-apanya dibanding ia :'D Sedikit tentang Pockets, kalian mungkin pernah melihat video viral "Skateboarding Lobster", nah lagu yang kalian dengar di latar asalnya dari video Pockets. Pada tahun 2008 ia membuat video cover "The Final Countdown" dari Europe dengan alat musik uniknya yang bernama kazokeylele. Video itu sekarang sudah ditonton sebanyak LEBIH dari tujuh juta kali dengan total channel views sebanyak LEBIH dari 10 juta kali (gue ngetiknya gemeteran, lol). Tapi bukan video itu saja lho yang keren. Coba deh kalian kunjungi channelnya, kemungkinan besar kalian menemukan lagu favorite di sana karena genre musik yang Pockets bawakan luas sekali. Ia bahkan punya beberapa lagu original.

Singkat cerita, di bulan Mei 2016 Pockets mengajak subscribersnya berkolaborasi dengannya. Gue ingin sekali mengikutinya, tapi sayang kemampuan bermain ukulele gue belum 'selumayan' hari ini. Di lagu yang akan dibawakan, "With a Little Help from My Friends" ada beberapa chords yang belum akrab di jari-jari gue. Gue berlatih, berlatih dan berlatih, ---tapi sampai hampir deadline permainan gue masih juga fals, hahaha (ukulele kalau fals nyakitin telinga, lho). Gue pun berterus terang padanya dan guess what?! Gue diziinkan untuk bernyanyi tanpa harus bermain ukulele :'D Jadilah gue menjadi bagian kecil di"The Biggest Ukulele Collaboration" bersama 12 kolaborator lainnya yang berasal dari berbagai negara. Yang membuat gue semakin terharu, videonya diupload 2 hari saja sebelum gue berulang tahun. Jadi rasanya seperti early birthday present dan ulang tahun gue dirayakan bersama mereka :'D Sampai hari ini, kolaborasi Pockets adalah yang terbesar untuk gue. Sampai kapanpun akan gue kenang meski mungkin suatu hari ada yang lebih besar lagi. ---Apalagi berkat kolaborasi ini setelahnya gue jadi tahu cara memainkan "B", hahaha.



2. Berkolaborasi Membawakan Lagu Ciptaan Gue dengan Shane Combs, Artist yang Kreatif (Amerika)



Cerita kolaborasi gue dengan Shane agak ajaib. Jika Pockets adalah pribadi yang upbeat dan cepat akrab, Shane justru kebalikannya. Gue menemukannya dari video-video cover John Frusciante yang ia buat. Seperti biasa, gue selalu excited tingkat tinggi jika ada yang membawakan lagu dari idola gue. Apalagi Shane ini berbeda, covernya begitu raw tapi penuh penjiwaan. Hmm, gimana ya menjelaskannya, ---well produce tapi nggak over produce. Gue betah sekali berada di channelnya dan cukup sering juga meninggalkan komentar meski nggak pernah dibalas :p Menurut gue nggak masalah sih mengeksresikan kekaguman pada idola, nggak perlu berharap apa-apa karena apa yang gue sampaikan itu tulus :) Suatu hari gue menemukan komentarnya di salah satu video Princess Chelsea (check her music, she's amazing). Karena kaget ia mendengarkan musik yang sama dengan gue, gue pun me-reply nya dengan bilang bahwa gue surprise melihat ia di sini. Dan ternyata yang membuat gue lebih surprise lagi adalah jawabannya. Ia bilang ia tahu Princess Chelsea dari video cover yang gue buat! Oh, ya ampun, ternyata diam-diam ia menengok channel gue meskipun nggak meninggalkan komentar! Hahaha, lagi-lagi gue malu :p

Di akhir bulan Oktober gue mengupload lagu ciptaan gue yang berjudul"One Day". Lagu ini gue ciptakan di tengah malam waktu tiba-tiba saja ada nada random yang terlintas di kepala gue, hihihi. Lagu ini jauh sekali dari "rapi", apa yang gue upload adalah percobaan pertama waktu merekam dan volumenya nggak diubah sama sekali. Tapi rupanya (SURPRISEEEEEE) lagu ini menarik perhatian Shane. Ia meninggalkan beberapa komentar yang isinya antara lain bertanya tentang chords lagu "One Day", bahwa ia play along dengan lagu gue, bertanya tentang kontak gue... dan akhirnya mengajak kolaborasi! Wah, saking senangnya gue sampai laporan sama si Bapak."Pak, Pak, akhirnya aku di notice dong sama Shane." Huahahaha. Ehm, ---selanjutnya kami pun berkomunikasi via private message. Tadinya Shane ingin kami membawakan lagu "One Day". Tapi menurut gue liriknya begitu girly (---tentang perempuan yang berkhayal akan bertemu pangerannya, lol), jadi gue tawarkan saja lagu lain yang gue ciptakan tahun 2015 lalu. Judulnya "Secret Note to John". Gue rasa ini lebih cocok karena lagunya memang gue tulis sebagai ucapan terima kasih pada John Frusciante yang musiknya telah membantu gue melewati masa-masa sulit ketika ditinggal Alm. Mika. Shane setuju, dan ia ingin lagunya apa adanya tanpa mengubah apa yang gue buat. Ia hanya akan menambahkan gitar, drum, backing vocal dan mixed lagunya agar lebih enak didengar. (Tapi gue putuskan untuk memberikan space agar ia bisa memasukan solo gitarnya yang keren).

Pengerjaannya sangat singkat. Kami hanya begadang 2 malam (perbedaan waktunya besaaaar sekali) dan semuanya selesai. Meski gue much much much smaller YouTuber (account nya memiliki lebih dari 8 juta viewers!) tapi ia sangat mendengarkan pendapat gue, --- dan itu membuat gue semakin kagum dengannya. Shane juga membuat artwork khusus untuk lagu ini yang gue gunakan sebagai latar untuk video clip nya. Kehadiran Shane di "Secret Note to John" membuat lagu sederhana gue menjadi lebih berwarna. Sampai-sampai Bapak, sebagai orang pertama yang mendengar lagu ini ketika pertama kali gue ciptakan, kagum karena terdengar pangling, hehehe. Hubungan gue dan Shane pun berubah menjadi nggak terlalu canggung setelah kami berkolaborasi. Ia bahkan menyemangati gue untuk membuat album sendiri dan kami berencana untuk membuat lagu bersama. Hmmm, bagaimana teman-teman, apa membuat album bisa gue masukan ke dalam list resolusi tahun 2017? Hehehe.


3. Kolaborasi Beda Generasi dengan Ukuleleist Senior, John Pak (Jepang)



Gue sudah lupa bagaimana awalnya menemukan channel John Pak, yang pasti beliau adalah salah satu pemain ukulele pertama yang channelnya gue subscribe. Meski viewersnya sudah lebih dari satu juta (---gue baru dua ratus ribuan, hehe) tapi John cukup rajin membalas komentar-komentar penggemarnya. Selain permainan ukulelenya, gue juga kagum dengan kreatifitasnya dalam membuat video. Lagu apapun yang dibawakan, pasti videonya keren dan cocok. Meski John cukup rajin berkolaborasi, tapi gue merasa nggak pantas untuk satu video dengannya. Bukannya gue merendah, tapi gue tahu diri, hehehe. Terbukti, di akhir 2015 lalu gue terpaksa menolak ketika (akhirnyaaaa) diajak berkolaborasi karena lagunya terlalu sulit :( Gue sedih bukan main, tapi gue dan John tetap berteman baik :) Mungkin karena perbedaan usia kami yang jauh, John jadi sangat care dengan gue. Bahkan pernah suatu kali ia mengirimi gue gantungan handphone Hello Kitty edisi khusus Hawaii karena tahu gue mengoleksi benda-benda bergambar si kucing girly itu. Ibu dan Bapak pun nggak segan untuk menitipkan salam padanya karena gue sering menunjukan video-videonya.

Di penghujung tahun 2016 akhirnya tawaran berkolaborasi datang lagi! OMG, I'm so thrilled!:D Sebagai tribute bagi Charmian Carr, actress yang memerankan Liesl di "The Sound of Music", John ingin kami membawakan lagu "Sixteen Going on Seventeen". Gue tentu langsung saja mengiyakan karena selain kesempatan ini sudah ditunggu-tunggu, Liesl juga tokoh yang paling gue sukai di film! Bahkan sebelum kolaborasi ini pun gue sudah hapal dengan part nya Liesl. Ada cerita konyol, nih, beberapa tahun lalu waktu bekerja di preschool, gue dan Miss. Rifa (lead teacher gue di kelas) sukaaaa banget ngobrolin adegan Liesl waktu dansa terus dicium di tengah hujan. Kami selalu bilang, "Mau dong jadi dia," hahahaha. Nggak kebayang kalau Miss. Rifa tahu sekarang impian gue "menjadi" Liesl benar-benar terwujud :p  Oh iya untuk kolaborasi ini John saja yang bermain ukulele, gue hanya bernyanyi. Sebenarnya gue ingin sekali bermain ukulele dengannya. Tapi kata Bapak lebih baik gue ikuti saja karena yang mengajak pun John, dan beliau yakin kesempatan akan datang lagi :)

Waktu part suara gue direkam sebenarnya kondisi gue lagi sedikit uhuk-uhuk. Mungkin karena kebanyakan makan yang manis-manis, ---maklum hari curang akhir tahun, hehehe. Gue berusaha sebaik mungkin, tapi tetap hasilnya nggak "selumayan" biasanya. Syukurlah John bilang suara gue bagus, dan itu membuat rasa "bersalah" gue berkurang :') Tepat sebelum tahun baru kolaborasi kami selesai diedit. John sebelumnya sudah memberitahu konsep video clipnya, tapi tetap saja ketika melihatnya langsung gue amaze! Gue seolah-olah sedang berada di dalam frame foto dan bergerak untuk bernyanyi bersama John. Rapi sekali. Siapa yang menyangka kalau semuanya dilakukan di dua negara berbeda :D Dan ternyata kejutannya belum selesai, John bilang di tahun 2017 ini kami harus berkolaborasi lagi dan kali ini idenya diserahkan pada gue. Ya, ampun... nggak apa-apa deh kalau kalian mau bilang gue lebay. Tapi reaksi gue benar-benar seperti Liesl yang teriak"Wiiiiiii"sambil hujan-hujanan, hahaha :)


Gue benar-benar happy dan bersyukur dengan hal-hal yang terjadi pada gue di tahun 2016 kemarin. Iya, semua, ---termasuk beberapa hal yang agak menyedihkan kalau dibahas di sini. Karena gue percaya setiap hal terjadi karena suatu alasan. Gue sudah berusaha keras untuk novel gue, tapi ternyata gagal untuk selesai tepat waktu. Tapi hey, lihat sisi baiknya. Ketika mentok ide menghampiri, gue punya lebih banyak waktu luang untuk belajar benyanyi dan bermain ukulele. Dan setelahnya justru inspirasi jadi mengalir lebih lancar :D Di tahun 2016 juga gue (lagi-lagi) belajar bahwa sesuatu yang awalnya dikira nggak mungkin bisa saja terjadi. Mungkin selama ini kita menganggap bahwa idola itu unreachable, padahal mereka juga sama seperti kita; manusia, hehehe. Untuk di notice oleh mereka kita nggak perlu begging atau caper, tapi cukup menjadi diri sendiri dan tunjukan kemampuan kita. Gue tahu, gue masih harus banyaaaaaaak belajar, ---but I'm sure I'm getting better :) Jadi bagaimana bloggies, sudah siap menghadapi tahun 2017? Share rencana kalian di kolom komentar, ya. ---Dan... of course, doa terbaik untuk kita semua. Selamat tahun baruuuu! :)

QOTD: Kapan ya ada musisi lokal yang notice gue dan mengajak kolaborasi? :p


ukulele girl yang kadang gak main ukulele, lol,

Indi

______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Scoliosis, HIV/AIDS dan Skripsi

$
0
0
Sore itu gue menunggu Bapak pulang dengan nggak sabar. Gue ada janji dengan seseorang pukul 4 sore sementara waktu sudah menunjukan pukul setengah 4 sore, ---lebih sedikit. Desember selalu menjadi bulan yang sibuk untuk keluarga gue. Ibu dan Bapak sibuk dengan pekerjaannya di bidang fashion, sementara gue sibuk dengan kegiatan yang berhubungan dengan hari AIDS sedunia. Tapi hari itu gue berusaha menyempatkan diri untuk bertemu dengan seorang mahasiswi dari salah satu universitas di Bandung. Gue sudah berjanji jauh-jauh hari, jadi meskipun sebentar gue harus bisa.

Menunggu Bapak untuk mengantarkan gue wawancara.

Waktu akhirnya Bapak datang gue masih belum bisa lega. Sepanjang jalan sangat macet. Mungkin karena tempat kami janjian berada di pusat kota, mungkin karena banyak yang sedang menghabiskan libur akhir tahun, ---atau mungkin juga karena keduanya. Setelah masuk area parkir gue jadi agak menyesal karena memilih mall sebagai tempat pertemuan. Gue dan Bapak harus memutar beberapa kali sebelum menemukan tempat yang kosong. Uh, 15 minutes worth, lho... Padahal maksud gue memilih mall agar tempatnya mudah dijangkau dan jaraknya fair bagi kedua belah pihak, tapi malah begini :'D Kalau dipikir lucu juga ya, seharusnya sebagai warga Bandung gue sadar kalau musim liburan Bandung pasti jadi milik bersama :p

Seperti yang gue duga, Dyah, ---nama mahasiswi itu, sudah menunggu gue di area food court. Ah, rasanya nggak enak sekali karena sudah membuatnya menunggu selama 15 menit:( Dyah ingin mewawancarai gue sebagai narasumber untuk skripsinya yang bertema scoliosis. Rupanya ia juga seorang scolioser, ---yang kurvanya lebih kecil dari gue, dan dulu sempat terapi di tempat yang sama dengan gue. Tanpa berlama-lama ia langsung mengeluarkan handphonenya untuk merekam dan mengajukan beberapa pertanyaan. Gue sudah sering menjadi narasumber, ---bahkan sebelum skripsi gue sendiri selesai, hehehe, ---tapi kali ini agak berbeda karena pertanyaan-pertanyaan Dyah yang unik.

Sama seperti yang sudah-sudah, selalu ada pertanyaan 'standar' seperti, kapan gue tahu mengidap scoliosis dan tentang terapi-terapi apa saja yang sudah pernah gue lakukan. Tapi lalu Dyah bertanya tentang terapi favorite dan least favorite gue. Hahaha, biasanya pertanyaan seperti itu diajukan kalau bicara soal film, musik atau bahkan makanan kan :D Dyah juga bertanya tentang apa yang gue pikirkan jika ada game dengan tema scoliosis. Well, honestly meski gue berusaha 'memasyarakatkan' scoliosis dengan cara menyematkannya di daily basis, tapi soal game sama sekali belum pernah terpikir :O Genius! Rupanya Dyah memang ada rencana untuk membuat game scoliosis. Gue belum tahu seperti apa detailnya, tapi mendengarnya saja sudah membuat gue super happy :D

Setelah wawancara selesai gue langsung pamit untuk pulang. Agak terburu-buru, tapi gue pastikan Dyah mendapatkan semua jawaban yang ia butuhkan. Gue berpesan padanya jika masih ada yang kurang bisa mengirimi gue email dan akan gue jawab kemudian. Fiuh, lega rasanya karena akhirnya ada janji wawancara skripsi di Bulan Desember yang terpenuhi. Sebenarnya di bulan yang sama cukup banyak yang meminta gue menjadi narasumber, tapi sayangnya terpaksa harus gue tolak karena waktunya kurang pas. Gue selalu berusaha untuk menyempatkan memenuhi meskipun sebatas via email atau telepon. Kalau ada yang terlewat rasanya 'ganjel' sekali. Mungkin teman-teman heran kenapa gue segitu ngototnya soal skripsi ini. Memang apa untungnya untuk gue?

Bersama Dyah. Meski sedikit terburu-buru tapi semua pertanyaan sudah terjawab :)

Scoliosis, HIV/AIDS; Dua Hal Berbeda tapi Sama yang Jarang Dibicarakan

Gue didiagnosis mengidap scoliosis ketika berusia 13 tahun dan 2 tahun kemudian mengenal Mika yang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Selain saling mencintai, kami juga punya persamaan lain yaitu memiliki 'sesuatu' di tubuh kami yang somehow orang jarang sekali mau membicarakannya. Gue masih ingat dulu ketika awal menggunakan brace (penyangga tulang belakang untuk scoliosis), keluarga besar gue enggan sekali membicarakannya. Gue nggak yakin dengan alasan tepatnya. Entah karena denial, berpura-pura brace gue invicible atau malah karena menganggap scoliosis bukan sesuatu hal yang penting. Ibu dan Bapak pun awalnya begitu, mereka hampir nggak pernah membicarakannya kecuali jika memang harus sekali, ---seperti misalnya saat mendaftar ke sekolah baru. 

Karena sudah terbiasa gue pun jadi sempat menganggap apa yang mereka lakukan adalah benar. Gue jadi ikut enggan membicarakannya, bahkan saat ada teman satu kelas yang bertanya tentang kondisi gue. Tapi pelan-pelan gue dan orangtua mulai sering membicarakan tentang scoliosis, terutama karena mereka akhirnya sadar bahwa apa yang gue alami bukan sekedar masalah 'kosmetik'. Ini mempengaruhi gue 24 jam sehari dan sepanjang hidup gue. Kami mulai berinisiatif untuk 'memasyarakatkan' scoliosis pada lingkungan sekitar. Gue di encourage untuk memakai brace di luar baju dan bahkan menjadi narasumber untuk beberapa acara TV dengan didampingi Ibu dan Bapak.

Tapi jika bicara soal keluarga besar lain lagi ceritanya. Ada salah satu om gue yang nggak setuju jika gue bercerita tentang scoliosis di media, terutama TV. Beliau bahkan sampai mengutarakan keberatannya kepada Bapak. Alasannya sungguh membuat gue tersinggung. Beliau berkata bahwa gue nggak perlu melakukan itu, dan dengan jujur soal kondisi gue bisa membuat laki-laki 'berpikir dua kali' untuk dekat dengan gue. Gue nggak akan cerita tentang detailnya, yang pasti ini sempat membuat orangtua gue meradang. Apalagi pernyataan om gue itu nggak mendasar; beliau hanya tahu scoliosis sebagai 'masalah' fisik. Syukurlah pada akhirnya om gue meminta maaf. Goal gue adalah agar suatu hari nggak ada lagi yang berpikir seperti beliau. Karena saat gue berbicara tentang scoliosis sebenarnya ada misi penting di dalamnya (---akan gue jelaskan di bawah).

HIV/AIDS mungkin sekilas terkesan jauh berbeda dengan scoliosis. Tapi semenjak mengenal Mika gue jadi sadar bahwa 'kondisi' kami nggak jauh berbeda. Sama seperti scoliosis, orang juga enggan membicarakan tentang HIV/AIDS. ---Bahkan lebih buruk lagi, pengidapnya mendapatkan stigma dan diskriminasi. Gue masih ingat ketika SMA teman-teman dan guru nggak begitu mengganggap Mika. Jika pun ia dibicarakan pasti hanya dari sisi negatifnya saja. Mika bisa melakukan seribu kebaikan dan orang masih juga nggak bisa melihatnya. Orang nggak akan peduli betapa Mika membuat gue happy, membuat gue lebih percaya diri dan hal-hal baik lainnya. Yang mereka lihat hanya satu: virus yang ia idap. Padahal Mika lebih dari itu. Mika adalah laki-laki tercerdas dengan sense of humor terbaik yang pernah gue kenal!

Speak UP! Raise the awareness!

Semakin dewasa gue semakin sadar bahwa berpura-pura dan menolak membicarakan scoliosis dan HIV/AIDS hanya membuat keadaan semakin buruk. Let's talk about scoliosis first. Berapa banyak orang yang tahu apa itu scoliosis? Berapa banyak orang yang tahu bahwa scoliosis bisa jadi sesuatu yang serius terutama jika kurva pengidapnya sudah besar? Sayangnya masih sedikit. Bahkan memiliki anggota keluarga yang mengidap scoliosis pun bukan jaminan memiliki pengetahuan yang cukup. Gue mengerti bahwa sebagian orang enggan membicarakannya karena dari luar scoliosis hanya terlihat seperti tulang yang bengkok. Padahal scoliosis bisa mempengaruhi kualitas hidup pengidapnya karena, ---of course organ tubuh lainnya pun ikut terpengaruh.

Gue bersyukur karena sekarang semakin banyak media yang bisa digunakan untuk 'bicara'. Dari berbagai macam sosial media, blog sampai situs-situs unggah video gratis. Gue bisa memberikan informasi yang benar (---well, gue berusaha) tentang scoliosis dan berbagi tentang kehidupan gue sebagai seorang scolioser. Semakin banyak orang yang tahu tentang scoliosis maka semakin berkurang pula ke ignorant-an orang tentang isu ini. Scoliosis memang bukan hal yang menyenangkan, tapi deteksi dini bisa mempermudah koreksi dan penanganan pengidapnya. Sering kali gue menerima email dari para orangtua yang baru sadar anaknya mengidap scoliosis setelah menonton film Mika! Siapa sangka, hal sesederhana melihat cara gue berjalan dan melihat lengkung punggung gue di film bisa 'menyelamatkan' anak-anak remaja mereka. Banyak diantara mereka yang ketahuan saat kurvanya masih kecil sehingga belum membutuhkan operasi :)

Dengan berani berbicara juga membuat scolioser lain yang tadinya bersembunyi mulai bermunculan. Banyak diantara mereka yang ragu untuk bicara karena takut dibilang manja atau dikira ingin diistimewakan. Dan itu juga yang terjadi pada gue dulu. Betapa takutnya untuk berbicara tentang kondisi gue pada guru olahraga karena khawatir dinilai lemah dan menjadi bahan ejekan teman-teman. Dan hal terpenting yang "didapat" dari speak up adalah bisa membuat scolioser sadar bahwa mereka nggak sendirian. Saat sedang berjuang di ruang fisioterapi, saat sedang memakai brace 23 jam setiap hari, saat sedang menunggu di pinggir lapangan sementara teman-teman sekalas mengikuti pelajaran olahraga, ---mereka, kita akan ingat bahwa di suatu tempat ada scolioser lain yang juga sedang merasakan hal yang sama :)

Dan tentang Mika, gue merasa ia bisa mendapatkan lebih banyak kesempatan dalam berbagai hal jika saja orang melihat ia di luar status ODHA nya. Menolak untuk membicarakan, berpura-pura nggak ada yang terjadi dan meng-ignore keberadaannya hanya membuat keadaan semakin buruk. Dan yang gue maksud sebagai 'semakin buruk' bukan hanya tentang Mika, tapi juga tentang mereka. Gue berani bilang dengan menolak Mika mereka miss out banyak hal seru dan menarik tentang Mika. Mereka nggak akan pernah tahu betapa cerdas dan betapa hangatnya kepribadian Mika hanya karena mereka 'takut' dengan HIV/AIDS. Gue nggak menyalahkan mereka, karena apa yang sudah melekat selama berpuluh-puluh tahun pasti susah sekali dihilangkan. Saat mendengar HIV/AIDS yang melintas di benak kebanyakan orang pasti kesan seram. Padahal benarkah demikian?

Karena menolak membicarakannya orang terkadang lupa bahwa HIV/AIDS 'sama saja' seperti flu dan virus lainnya. Siapa saja bisa terjangkit dan belum tentu karena apa yang dilakukannya. Tahukah kalian bahwa banyak ibu rumah tangga dan anak-anak yang juga berstatus sebagai ODHA? Dan jika pun ada orang yang terjangkit virus HIV karena lifestyle atau sesuatu yang mereka lakukan... we are human after all. Kita nggak punya hak untuk men-judge atau berkata hal buruk tentang mereka. Mari kita mencoba menilai seseorang 'melewati' apa yang ia idap. Perlakukan setiap orang sebagaimana kita ingin diperlakukan. Terdengar klise dan sangat PPKN, ---but it works, haha, trust me. Kenapa kita mengucilkan seseorang sebelum mengenalnya lebih jauh? Padahal kita nggak tahu apa pengaruhnya orang itu terhadap diri kita, ---bahkan orang banyak jika saja diberikan kesempatan.

Gue pakai Mika sebagai contoh kecilnya saja, bahwa banyak orang di sekitarnya yang miss out dengan kepribadian luar biasa Mika (---saat mengetik ini pun gue tiba-tiba teringat dengan aksi ala 'rockstar' nya yang membanting gitar tak terlihat, hahaha). Kita mungkin pernah membaca berita tentang seorang anak yang dikucilkan atau diusir dari desanya karena ia mengidap HIV. Atau malah pernah menonton video tentang anak yatim piatu yang sulit diadopsi karena ia mengidap HIV. Coba bicarakan tentang HIV/AIDS, speak up, ---edukasi diri sendiri dengan fakta-faktanya maka 2 headline tersebut akan terasa janggal karena tiba-tiba kita nggak lagi melihat ada kata "HIV" di judulnya. Siapa yang tahu di masa depan apa yang terjadi dengan anak-anak itu? Mereka bisa saja calon penemu hebat, calon pemimpin hebat, ---siapa tahu. Dan kita missing out hanya karena menolak kehadiran mereka.

Scoliosis dan HIV/AIDS Sekarang

Things get better, gue percaya itu. Perjalanan memang masing panjang. Bahkan keluarga besar gue belum 100% menerima baik tentang scoliosis juga tentang HIV/AIDS. Tapi gue percaya nggak ada hal yang sia-sia, dan yang instan pun belum tentu baik. Gue menikmati perjalanan gue dalam memasyarakatkan scoliosis dan menghapuskan stigma pada ODHA. Gue nggak akan pernah berhenti speak up dengan cara memanfaatkan setiap kesempatan sekecil apapun itu. Kalau ini film Toy Story, situasi sekarang mirip seperti saat Woody dan teman-teman melihat claws saat hampir dibakar di pembuangan sampah. "I see the light", hehehe (---eh, kok malah film Tangled, lol). Sepupu gue yang berusia 10 tahun bisa secara santai berbicara tentang bagaimana HIV bisa menjangkiti tubuh seseorang tanpa di "sssh" oleh orangtuanya karena dianggap tabu. Dan gue pun bisa tersenyum lebar ketika ipar gue bercerita bertemu dengan seseorang yang menggunakan brace di luar baju dengan penuh percaya diri. 

Sekali lagi, I believe things (will) get better. Berpura-pura nggak melihat apa yang terjadi di sekitar kita nggak membuat situasi menjadi lebih baik. Speak up, ---beritahu dunia bahwa kita ada. Bukan karena ingin diistimewakan tapi karena semua orang punya hak yang sama untuk mendapatkan kesempatan :)

the girl with cheeky spine,

Indi

_____________________________________________________
*Ingin mensupport gue dengan memiliki karya-karya gue? Klik www.homerianshop.com dan ketik judul novel gue (Waktu Aku sama Mika/Karena Cinta Itu Sempurna/Guruku Berbulu dan Berekor) di kolom "cari".
*Ingin berkontribusi untuk novel Guruku Berbulu dan Berekor Part 2? Kirim cerita menarik dan menginspirasi kalian dengan hewan peliharaan ke namaku_indikecil@yahoo.com. Royalti untuk didonasikan ke penampungan hewan.



______________________________________________________


Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Ikut Menulis bersama Indi di "Guruku Berbulu dan Berekor 2', yuk! :)

$
0
0
Howdy-do bloggies?! Yay, weekend sudah tiba :D Untuk yang sekolah atau bekerja sekarang waktunya untuk santai sejenak sebelum menghadapi hari senin. Eh, untuk gue juga sih meskipun gue sudah lulus dan nggak bekerja kantoran, hihihi. Bulan ini cukup menyibukkan untuk gue, selain harus menyelasaikan PR yang tertunda di tahun lalu, gue juga sedang mengerjakan beberapa project. Sepertinya gue akan lebih menseriusi (word? lol) hobi menggenjreng ukulele, di bulan ini ada beberapa musisi (YouTuber) yang mengajak gue berkolaborasi. Dan tentu ada project menulis juga yang sedang gue kerjakan, salah satunya adalah "Guruku Berbulu dan Berekor" bagian kedua. Dan gue ingin mengajak kalian untuk terlibat di dalamnya! :)

Mungkin diantara kalian sudah ada yang pernah mendengar tentang "Guruku Berbulu dan Berekor", ---atau mungkin malah sudah pernah membacanya. Novel ketiga gue itu terbit di bulan Juli tahun 2012 lalu. Berbeda dengan dua novel terdahulu yang bercerita tentang hubungan gue dan cinta pertama gue, ---Mika, "Guruku Berbulu dan Berekor" bercerita tentang hubungan gue dengan mahkluk-mahkluk ciptaan Tuhan yang nggak kalah menggemaskannya (eh...) dengan Mika, yaitu para hewan, hihihi. Sebelum ada Eris, anjing golden retriever yang setia menemani sejak 7 tahun yang lalu ada Veggie anjing cantik yang super cerdas. Juga ada Black, anjing gagah yang setia, Mr. Jingles, tikus yang cerdas, Marco, burung nuri yang cerewet dan masih banyaaaaak lagi. Mereka semua mempunyai tempat istimewa di hati gue, dan mereka bukan "sekedar" hewan peliharaan tapi juga guru! 



Nggak bosan-bosannya gue bercerita tentang Veggie yang mengajari gue (dan keluarga) banyak hal. Di tahun-tahun terakhir hidupnya Veggie mengidap epilepsi (gangguan syaraf otak) tapi itu nggak menghentikannya untuk menikmati hidup. Saat kondisinya sedang baik ia senang berlari-lari sambil mengejar bayangannya sendiri. Semangat belajarnya pun sangat luar biasa, Veggie mengerti berbagai macam tricks dan dengan bangga menunjukkannya pada seluruh penghuni rumah :) Kehadiran Veggie yang hanya 6 tahun sudah cukup untuk mengubah hidup gue menjadi lebih positif. Jika Veggie dengan segala keterbatasannya tetap live the fullest, mengapa gue nggak bisa? Dan gue percaya ini juga dialami oleh teman-teman yang memiliki hewan peliharaan. Well, memiliki pets mungkin memang bukan untuk semua orang, tapi kisah-kisahnya tentu bisa menghangatkan hati siapa saja yang membacanya. Karena itulah novel "Guruku Berbulu dan Berekor" hadir :)

Bukan hanya gue yang berbagi cerita di "Guruku Berbulu dan Berekor" tapi gue juga mengajak para pemilik hewan peliharaan untuk berbagi ceritanya di sana. Amazingly, gue berhasil mengumpulkan 30-an kisah inspiratif yang dikirim dari berbagai penjuru Indonesia! (---Ups, plus satu cerita yang dikirim dari Belanda). Dan para kontributor bukan hanya berasal dari berbagai tempat, tapi juga dari berbagai macam profesi dan usia ---dari mulai anak-anak sampai nenek berusia 70 tahunan. Gue membuat ini sebagai ucapan terima kasih kepada hewan-hewan yang hadir di hidup gue, jadi hasilnya pun gue kembalikan pada mereka. Royalti novel digunakan untuk membantu penampungan-penampungan dan hewan-hewan yang membutuhkan (lihat tag: Guruku Berbulu dan Berekor). Terakhir, royalti telah disalurkan pada Peduli Kucing, sebuah organisasi yang memperjuangkan hak-hak kucing semua ras.


"Guruku Berbulu dan Berekor" bagian pertama tentu hanya mampu merekam secuil pengalaman luar biasa dari para penyayang hewan. Itulah mengapa gue mengajak kalian untuk membagikan kisah-kisah inspiratif di "Guruku Berbulu dan Berekor" bagian kedua. Sama seperti yang sebelumnya, kalian hanya perlu mengirimkan cerita pengalaman bersama hewan peliharaan atau hewan yang pernah kalian temui. Nggak harus mengharukan, hihihi. Yang penting pengalaman yang dibagi memiliki pelajaran berharga. Kalau masih ragu-ragu untuk menulis, no worry, semua cerita yang terpilih akan gue sunting. Eh, bukan berarti tulisan gue bagus, ya... Kita sama-sama belajar :)

Yuk, Ikut Menyumbang Cerita di "Guruku Berbulu dan Berekor" bagian 2! :)

1. Ceritakan pengalaman menarik dan inspiratif kalian bersama hewan peliharaan atau hewan yang pernah ditemui. 
2. Ketik rapi dengan jenis huruf Times New Roman, spasi 1,2 dan ukuran kertas A4.
3. Kirimkan ke email namaku_indikecil@yahoo.com, sertakan nama, profesi dan domisili kalian.
4. Cerita ditunggu paling lambat Rabu, 28 Februari 2017.
5. Jika punya pertanyaan silakan mention ke twitter @missbabbitt atau instagram @indisugarmika.

Gue harap novel "Guruku Berbulu dan Berekor" bagian kedua ini nantinya tetap mendapat tempat istimewa di hati para membaca, ---atau bahkan lebih baik lagi :) Sengaja gue memilih buku sebagai media untuk membantu hewan-hewan yang membutuhkan. Karena selain karena menulis adalah passion gue, lewat royaltinya mereka yang nggak bisa berdekatan dengan hewan pun bisa tetap turut membantu. Jadi tunggu apa lagi? Segera buka laptop, kirimkan cerita kalian dan menjadi bagian dari langkah kecil gue, ---kita, "Guruku Berbulu dan Berekor 2" :)

murid dan sahabatnya Eris,

Indi
Dapatkan "Guruku Berbulu dan Berekor" pertama di sini. 
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Mengunjungi Jamal: Teman Kecil dengan Semangat yang Besar :)

$
0
0
3 Januari 2017

Handphone gue bergetar. Waktu gue buka rupanya whatsapp dari Ibu yang sedang berada di ruang TV. Gue terkikik, ---karena jaraknya hanya beberapa meter saja dari kamar tidur gue. Ibu memang sering mem-forward pesan-pesan yang didapat dari grup teman-temannya atau yang beliau dapat dari internet. Biasanya isinya seputar informasi seminar, dunia menulis atau bahkan sesuatu yang konyol. Tapi kali ini rupanya Ibu mengirimkan sesuatu yang lebih serius...
"Kak, besok kita jenguk Jamal, yuk. Tangannya baru diamputasi karena kecelakaan di pabrik bata."
Gue menatap peta lokasi rumah sakit Ibu kirim beberapa detik.'Bagaimana jika ini hoax?''Ibu dapat informasi ini darimana?' ---gue bertanya-tanya dalam hati. Tapi akhirnya gue hanya membalas pesan Ibu dengan satu kata, "Iya."

4 Januari 2017

"Ayo, bangun. Kan kita mau jenguk Jamal."
Pagi-pagi Ibu sudah membangunkan gue, padahal biasanya beliau cuek karena gue nggak punya 'jam kerja' alias ngantor di rumah. Mungkin karena nggak yakin dengan kebenaran cerita tentang Jamal, gue jadi lupa kalau kemarin setuju untuk ikut. 
Tapi well, gue karena pikir alamat rumah sakit yang dimaksud nggak terlalu jauh, jadi gue putuskan saja untuk mengambil resiko. Kalau ternyata kabar itu hoax, at least gue bisa memperingatkan orang lain agar nggak tertipu (meski pasti tetap kesal, hahaha). Bukannya gue sceptical, tapi di zaman sekarang ini (gue manusia masa lalu, lol) situasi buruk pun bisa saja dimanfaatkan untuk diambil keuntungannya. Misalnya saja kejadian baby Fang Fang baru-baru ini (rest in peace, little angel). Disaat keluarganya sedang berduka beredar pesan berantai di BBM dan whatsapp yang isinya meminta donasi, padahal mereka sama sekali nggak pernah meminta, ---bahkan nomor rekeningnya pun entah milik siapa. Itulah kenapa gue lebih berhati-hati sekarang. Jangan sampai niat baik malah sampai ke orang-orang yang berhati busuk kaya Evil Queen...

Di perjalanan ke rumah sakit gue bertanya pada Ibu darimana beliau mendapatkan berita tentang Jamal. Katanya dari grup alumni SMA nya, dan sudah ada yang mengecek kebenarannya. Ah, gue jadi lega dan tahu bahwa kedatangan kami nggak percuma :) 
Dari Ibu gue jadi tahu cerita memilukan tentang Jamal. Usianya baru 6 tahun, rencananya akan masuk TK sebentar lagi. Seperti anak-anak kebanyakan, Jamal sangat aktif dan rasa ingin tahunya sedang tinggi-tingginya. Tanpa rasa takut ia bermain dengan mesin press di pabrik bata tempat ayahnya bekerja. Sayang... karena kejadiannya sangat cepat, ayah dan kakek Jamal terlambat untuk menolongnya. Kedua tangannya sudah remuk. Ayah dan kakek yang berusaha menyelamatkannya pun mengalami cedera. Bahkan jari tangan kakek Jamal harus ikut diamputasi karena terlambatnya pertolongan.

Di tengah hari gue, Ibu dan Bapak tiba di rumah sakit. Saat tiba di pintu gerbang bangsal anak kami nggak langsung dipersilakan masuk. Mungkin karena kondisi Jamal yang belum bisa menerima banyak tamu. Nggak lama kemudian seorang satpam dengan sigap mengantarkan kami ke kamar Jamal yang letaknya di lantai 2 (---beneran sigap lho satpamnya, beliau sampai sempat antar gue ke toilet lalu mengantarkan kami lagi ke lantai 1, keren!). Jamal dirawat di kamar yang berisi 3 tempat tidur dan ia berada di paling ujung, dekat dengan lorong. Saat kami datang Jamal sedang disuapi seorang wanita yang ternyata adalah neneknya. Kesan pertama saat melihat sosoknya yang mungil dan bertelanjang dada, gue langsung tersenyum. He is such a handsome young man! ---dan tak ragu, juga kuat. Pasti nggak mudah untuk beradaptasi dengan kondisi barunya, tapi gue lihat Jamal bisa, ia menggunakan kedua kakinya untuk 'mencolek' tubuh neneknya saat menginginkan sesuatu.

Sumber foto: Tribun Jabar.


Hati gue jadi ikut pilu waktu mendengar neneknya bercerita sambil terisak. Katanya selain ayah dan kakeknya yang nggak bisa menemani Jamal karena masih belum pulih, ibu Jamal juga kondisinya belum memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh karena baru saja melahirkan. Iya, Jamal dan keluarganya bukan berasal dari Bandung, tapi dari Garut. Jadi selama di rumah sakit sejak akhir bulan Januari lalu segalanya diurus oleh neneknya. Secara fisik dan mental gue yakin situasi ini bukan hanya sulit bagi Jamal, tapi juga keluarganya. Gue nggak terlalu mengerti Bahasa Sunda, tapi dari matanya gue bisa melihat dengan jelas bahwa Jamal sedikit frustasi ketika ingin menunjuk ayam suir yang berada di atas piring makan siangnya. Dan itu membuat neneknya (lagi-lagi) menitikkan air mata karena butuh beberapa saat bagi beliau untuk mengerti keinginan cucunya. 
Gue dan keluarga nggak berlama-lama, kami langsung pamit pulang setelah memberikan sedikit oleh-oleh untuk Jamal. Sayang sekali neneknya nggak punya kontak untuk dihubungi, padahal kami ingin sekali mendapat kabar dari perkembangan Jamal kelak. 

Dokumentasi pribadi. Jamal sedang disuapi neneknya.


Setelah bertemu langsung dengan Jamal gue jadi mencari tahu lebih banyak tentang kejadian yang menimpanya. Rupanya tangan kanan Jamal sebenarnya ada kemungkinan bisa selamat seandainya nggak terlambat dibawa ke rumah sakit. Tapi sayangnya akses ambulance nggak ada di tempat mereka tinggal (daerah pelosok Garut), jadi tangan kanan Jamal terlanjur menghitam dan membusuk. It's a shame bahwa baru setelah kejadian tragis ini baru ada perhatian tentang accessibility di daerah terpencil... Kabarnya Dedi Mulyadi (DPD Golkar I Golkar Jabar) menginstruksikan para anggota legislatif di daerah dan provinsi untuk memperjuangkan hak masyarakat berupa fasilitas kesehatan ambulance agar nantinya nggak ada lagi Jamal-Jamal yang lain. But well... it's better than nothing. Mudah-mudahan saja akses kesehatan bisa dijangkau di seluruh pelosok Indonesia.

Meski nggak mudah, tapi meratapi nasib nggak akan mengubah apa-apa. Gue yakin masa depan Jamal cerah. Ia aktif, pandai mengaji dan berkeinginan kuat. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah bersama-sama mendukungnya untuk melewati masa penyembuhan. Fisioterapi nantinya tentu akan dibutuhkan untuk adaptasi dengan kondisi barunya. Dan jika Jamal menghendaki, ia juga bisa memakai lengan palsu nanti (klik di sini jika ingin berdonasi untuk lengan palsu Jamal). Tapi untuk sekarang jika ada teman-teman yang ingin menjenguk Jamal dan membawakan sesuatu, kalian bisa memberinya diapers anak, dan makanan untuknya juga neneknya. Katanya Jamal mulai bosan dengan menu rumah sakit yang itu-itu saja :) Dan Jamal juga membutuhkan mainan untuk menemani melewati hari-harinya saat menjalani perawatan. Mainan adaptatif adalah pilihan yang wise, kalian bisa membawakan sesuatu yang bisa dimainkan oleh kaki seperti "simon says"(maaf gue lupa apa istilahnya) atau ring dengan berbagai ukuran yang bisa dimainkan di pergelangan kaki. Nenek Jamal juga membutuhkan benda-benda yang bisa membuatnya nyaman seperti selimut, daster atau baju ganti.

Jika ada teman-teman yang tinggal di Bandung, atau sedang mengunjungi Bandung. Kalian bisa menjenguk Jamal di sini: 
Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung (RSHS)
Kamar inap anak, Kemuning. Lantai 2 kamar 2 atas nama: Jamaludin.


salam,

Indi

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Indi's Scoliosis Life: Disabilitas dan Dunia Bekerja

$
0
0
Yay! Libur nasional!
Haha, kadang gue merasa konyol kalau berseru begitu. Soalnya untuk gue apa bedanya antara weekend dan weekdays? Gue bekerja di rumah, ---dengan beberapa pekerjaan occasional di luar yang biasanya hanya menghabiskan waktu beberapa jam saja meskipun dilakukan di akhir pekan. Gue sudah otomatis saja excited setiap mendengar kata "libur". Mungkin karena kesempatan untuk hangout dengan keluarga gue paling banyak di hari sabtu, minggu dan libur nasional kali, ya? :D Eh, tapi itu sih sampai satu minggu yang lalu. Karena sejak hari selasa kemarin gue mulai kembali bekerja secara formal!


Iya, setelah break selama 2 tahun (karena kesehatan dan ada beberapa project), gue akhirnya kembali dengan pekerjaan "formal" aka "kantoran". Bukan berarti gue stop menulis, seluruh project dan PR tetap bisa dikerjakan karena perkerjaan formal gue ambil ini sifatnya secara paruh waktu alias part time. Awalnya gue sama sekali nggak terpikir untuk back to kantoran karena terbiasa dengan "jadwal kerja buatan gue". Tapi berhubung ditawari saat mengantar Ali, keponakan gue yang berusia 1 tahun untuk daycare, akhirnya gue putuskan untuk menerima pekerjaan paruh waktu di sebuah preschool berbasis kurikulum British. Dalam seminggu gue bekerja 4 hari dengan jam kerja dari pukul 8.00 sampai pukul 12.00. Meski kesannya hanya sedikit, dengan kondisi kesehatan gue jam kerja seperti sudah cukup untuk menguras tenaga. Tapi so far sih so good, dan gue harap berlangsung sampai waktunya gue selesai di sana :)

Gue nggak sabar untuk bercerita tentang pekerjaan gue yang baru (---well, baru tapi "lama" karena 2 tahun yang lalu gue pernah bekerja di tempat yang sama, hahaha). Tapi kali ini gue akan membahas tentang "disabilitas dan serba-serbi melamar pekerjaan". Kenapa? Karena sejak gue lulus kuliah dan mulai bekerja formal untuk pertama kali, banyaaaaaaak sekali yang bertanya tentang ini. Terutama dari teman-teman di support group "Masyarakat Skoliosis Indonesia". Selain itu juga karena memang masih jarang yang membahasnya di sini. Padahal, kalau gue buka web-web luar gue bisa menemukan banyak artikel helpful untuk para job seeker atau fresh graduate yang mempunyai beberapa kondisi fisik atau isu medis. Gue adalah pengidap severe scoliosis yang mempengaruhi mobilitas gue, ---juga masih harus memakai brace selama 6 sampai 12 jam perhari. Tentu, nggak semua pekerjaan cocok untuk gue. Tapi bukan berarti itu mustahil :)

Mempunyai Disabilitas Haruskah Ditulis di Riwayat Hidup/CV?
Nggak perlu! Awalnya gue pernah menganggap kalau calon rekan kerja/perusahaan yang dilamar harus tahu kondisi fisik gue. Tapi setelah banyak bertanya dengan teman-teman yang juga memiliki situasi yang mirip plus ditambah dengan pengalaman pribadi, gue jadi yakin kalau itu memang sama sekali nggak perlu. Dengan nggak menulisnya maka gue akan dinilai sesuai dengan kemampuan, bukan berdasarkan kondisi fisik. Tapi itu bukan berarti gue berbohong, lho. Karena sebelum melamar suatu pekerjaan gue (---kita) wajib bertanya pada diri sendiri, "Apakah gue sanggup mengerjakan pekerjaan ini?" Jika jawabannya sanggup, maka go ahead, langsung saja kirimkan CV terbaik dan berharap yang terbaik. Percaya diri itu penting, jangan sampai takut duluan sebelum memulai sesuatu. Pastikan saja pekerjaannya memang cocok dengan latar belakang pendidikan/kemampuan dan kondisi. Misalnya saja jika memiliki kondisi seperti gue, jangan memaksakan untuk melamar di bagian gudang/stock keeper yang job desk nya mengangkat barang-barang yang berat.

Haruskah Menyebutkan Kondisi Fisik/Kesehatan saat Wawancara?
Menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,"Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan." Jadi seharusnya nggak perlu lagi menjelaskan panjang lebar tentang kondisi kita. Tapi dengan catatan kita sudah yakin betul kalau sanggup dengan segala job desk dari pekerjaan yang kita lamar. Tapi  boleh-boleh saja jika mau menyebutkan, terutama saat mengisi form yang biasanya ada kolom kondisi kesehatan. ---Terutama jika kondisi kita"abu-abu". Contohnya saja gue, saat melamar menjadi guru di preschool gue akan menyebutkan bahwa mengidap severe scoliosis. Alasannya karena dari segi latar belakang pendidikan dan kemampuan, gue sangat kompeten untuk posisi itu. Tapi karena calon murid-murid gue masih balita, besar kemungkinan "job desk" gue bertambah sebagai juru gendong anak-anak, hehehe. Percayalah, sebuah pekerjaan nggak akan lari hanya karena kondisi fisik selama CV dan wawancara kita mengesankan :)

Disabilitas terbagi dua, yaitu yang terlihat (visible impairment) dan nggak terlihat (invisible disabilities). Bagi yang terlihat (misalnya pengguna memakai kursi roda, brace, alat bantu dengar, memiliki mising limbs, etc) maka akan a bit easier karena kita nggak perlu menjelaskan. Tapi bagi yang nggak terlihat seperti pengidap diabetes, epilepsi dan lainnya diperlukan pertimbangan lain. Jika semuanya masih bisa diatasi dengan obat atau terapi (eg: ada jaminan pengidap epilepsi nggak akan kambuh selama patuh dengan pengobatan), kita tentu nggak perlu menjelaskan saat wawancara. Tapi lain dengan pengidap epilepsi yang bisa kambuh kapanpun (misalnya kasus lebih severe), sudah seharusnya memberitahu sejak awal karena ini adalah salah satu bentuk dari tanggung jawab terhadap diri sendiri. Kalau sudah mau bekerja artinya sudah dewasa, dong. Dan hanya kita yang paling mengenal kondisi tubuh kita sendiri :)

Pekerjaan Apa yang Cocok?
Yang tahu dengan jawabannya tentu diri sendiri. Carilah pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan. Terkadang memang nggak mudah, tapi trust me, itu bukan 100% karena kondisi fisik kita. Banyak faktor yang menentukan, misalnya saja kesediaan lapangan pekerjaan yang cocok, luck (---yup, ini juga berpengaruh) dan "masalah" waktu. Teman gue yang seorang quadriplegic (lumpuh dari leher ke bawah) perlu waktu 10 untuk kembali bekerja sebagai guru. Jangan pernah remehkan atau salahkan diri sendiri. Perlu diingat bahwa memiliki IPK tinggi dan fisik yang kuat pun bukan jaminan cepat mendapatkan pekerjaan. Just be patient dan terus berusaha karena selalu ada tempat untuk semua orang.

Mungkin terdengar klise, tapi memang selalu ada sisi positif dari setiap kondisi, kok. Misalnya saja bagi scolioser yang sudah terbiasa melakukan fisioterapi atau yoga secara rutin. Nggak jarang mereka memiliki kedekatan dengan staff di klinik atau rumah sakit, dan itu sangat menguntungkan karena akan tahu lebih dulu jika ada lowongan pekerjaan di sana dibandingkan dengan orang luar ;) Banyak lho scolioser yang menjadi instuktur yoga atau staff di klinik fisoterapi. Malah gue kenal dengan fisioterapis yang dulunya adalah pasien di klinik! :D Itulah kenapa gue anggap bergabung dengan suatu komunitas atau support group sangat penting, karena bisa saja kita bisa mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dari sana. Dan nilai plusnya kita juga sekaligus membantu teman-teman dengan kondisi yang sama. Nggak sreg dengan pekerjaan kantoran? Idenya salah satu teman gue, Habibie Afsyah mungkin bisa ditiru. Ia adalah seorang enterpreneur sukses yang mengidap Muscular Distrophy. ---Ia bisa bekerja dengan baik meski hanya dengan 2 jari di tangan kanannya :)

Pokoknya, pekerjaan apapun yang kita pilih, ---kantoran atau wirausaha, gue yakin akan selalu ada jalan. Saat merasa ragu sempatkan sejenak untuk menenangkan diri dan meyakinkan diri bahwa kita hebat. Berpikirlah positif, jangan dulu pikirkan soal kegagalan sebelum mencoba. Mendengar kisah-kisah inspiratif juga bisa membantu. Misalnya saja seorang teman gue, Thie Santoso yang seorang tuli (---ya, mereka lebih nyaman dipanggil begitu daripada dengan istilah tunarungu) sudah mengirimkan lebih dari 400 surat lamaran pekerjaan dan semuanya ditolak! Tapi lihatlah ia sekarang yang sukses dengan Yayasan Sampaghita nya. Atau mungkin Hunter Kelch, teman gue dari Amerika yang beberapa waktu lalu sempat menulis untuk blog ini. Ia adalah pengidap Cerebral Palsy Quadriplegic yang sukses sebagai blogger profesional! :)

Alasan gue menulis ini semua bukan karena gue sudah sukses atau keren. Gue hanya ingin berbagi pengalaman karena yakin banyak sekali yang mengalami situasi serupa. Semoga ini juga menjawab pertanyaan teman-teman di "Masyarakat Skoliosis Indonesia" yang bertanya tentang bagaimana gue bisa mendapatkan pekerjaan bahkan sebelum lulus kuliah. Sekali lagi gue ingin mengingatkan kalau selalu ada tempat untuk semua orang, jangan takut duluan sebelum berusaha dan... be anything you want to be. Kita bisa! :)

Catatan:
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
(Sumber Wikipedia)


Ingin berpartisipasi dengan project  buku "Guruku Berbulu dan Berekor" Part 2 yang royaltinya didonasikan ke hewan-hewan terlantar? Kirim cerita menarik kalian dan hewan peliharaan ke namaku_indikecil@yahoo.com.


girl with a cheeky spine,

Indi

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Hadiah untuk Eris si Pet Therapist :)

$
0
0


Baru saja sampai di rumah Ibu berkata kalau ada paket untuk gue. Waktu dicek ternyata paketnya bukan buat gue, tapi Eris! Hahaha. Wah, gue langsung penasaran dan membuka paket yang ukurannya cukup besar itu. Isinya karpet khusus hewan peliharaan!:D Beberapa waktu lalu gue sempat mengikuti giveaway yang diadakan oleh akun instagram @carameldanial yang informasinya gue dapat dari Yayasan Peduli Kucing. Syaratnya sederhana, peserta diminta untuk mengupload foto bersama hewan peliharaan dan menceritakan apa saja yang mereka lakukan sebagai pet therapy bagi "pawrent" nya. Tujuannya adalah agar semakin banyak orang yang tahu tentang "terapi hewan". Gue sih nggak memikirkan tentang menang atau kalah karena memang selalu bahagia jika bercerita tentang Eris :)

Sejak menjadi bagian keluarga 7 tahun yang lalu, gue selalu menganggap Eris istimewa. ---Well, setiap mahkluk Tuhan tentu punya keistimewaan masing-masing, dan keistimewaan Eris adalah sifatnya yang pengertian. Karena mengidap severe scoliosis dan masih memakai brace 12 jam perhari, gue nggak bisa berlari karena bisa menimbulkan rasa nyeri. Eris selalu mengimbangi langkah gue saat kami berjalan-jalan sore dan nggak pernah mencoba berlari. Padahal ia bisa saja melakukannya kalau mau. Tapi lain ceritanya kalau ia unleash alias tanpa tali... Wuzz! Eris bisa berlari secepat angin! Hihihi. Melihatnya seperti itu membuat gue merasakan sensasi bebas luar biasa.



Tiga tahun yang lalu Eris juga pernah menemukan sebuah tumor besar di payudara kiri gue. Awalnya gue mengira ada sisa makanan yang menempel di baju karena ia terus-terusan mengendusnya. Tapi karena semakin lama semakin sering, gue pun penasaran dan memeriksakan diri ke dokter. Untung saja belum terlambat. Operasi berjalan dengan lancar, hanya waktu penymbuhannya yang cukup sulit. Gue merasakan sakit yang amat sangat karena bekas jahitan terus mengeluarkan darah. Di saat itulah Eris nggak pernah meninggalkan gue, ---membuat gue merasa nyaman. Dengan kata lain, Eris lah yang "merawat" mental gue selama sakit sementara orangtua gue merawat secara fisik. Eris adalah terapis gue :)

Pengalaman gue dengan Eris rupanya mirip dengan pengalaman Addinda Sonang Danial, pemilik akun @carameldanial. Ini juga yang menjadi alasannya mengadakan giveaway. Dinda adalah pengidap kanker leukimia dan ia memiliki pet therapist bernama Caramel. Caramel adalah seekor anjing terlantar yang diadopsinya tepat sebelum akan disuntik mati! Dari situs pawsunion.com gue jadi tahu betapa luar biasanya Caramel. Ia bisa tahu jika kondisi Dinda sedang drop, bahkan di saat Dinda merasa baik-baik saja. Dan saat waktunya minum obat Caramel akan mengambil lalu melemparkan obatnya agar diminum. Jika Dinda nggak mau meminumnya, Caramel akan menggonggong terus seolah mengingatkan. Amazing! :) 




Mungkin sudah banyak teman-teman yang tahu tentang pet therapy, tapi just in case gue akan menjelaskannya lagi sedikit. Pet therapy adalah terapi yang melibatkan hewan di dalamnya. Biasanya pet therapy dibutuhkan saat seseorang dalam proses penyembuhan dari masalah kesehatan seperti mental health, kanker, penyakit jantung dan lain sebagainya. Pet therapy juga bisa berfungsi agar seseorang bisa lebih "nyaman" dengan apa yang diidapnya. Contohnya seperti gue. Scoliosis nggak bisa disembuhkan (karena bukan penyakit, tapi kondisi yang hanya bisa dikoreksi), tapi dengan Eris rasanya lebih mudah untuk menjalani hari. Hewan apapun bisa menjadi pet therapist, karena berbeda dengan service dog "tugas" mereka adalah untuk membantu kita merasa nyaman. Tapi pet therapy bisa juga double sebagai service dog, seperti Caramel yang bisa mengingatkan Dinda untuk minum obat.

Balik lagi ke cerita Eris dan hadiahnya, awalnya ia agak "terancam" dengan karpet barunya. Mungkin karena berbulu ia jadi mengira kalau itu hewan lain. Sampai-sampai Eris menggeram dan menggigitnya, lho! Hahaha :D Tapi hanya sebentar karena setelah itu Eris langsung duduk santai di atasnya, bahkan lama-lama ia minta disisiri sambil tiduran di sana :) Gue baru tahu kalau karpet @petcarpet_id rupanya mendonasikan sebagian dari hasil penjualannya ke Yayasan Peduli Kucing. Rasanya membuat gue semakin happy karena tahu bahwa banyak yang peduli dengan keberadaan hewan-hewan di sekitar kita. Kalau kalian punya anjing atau kucing gue sarankan untuk membelinya karena selain berdonasi, kualitas karpetnya juga memang bagus. Kalau Eris bica bicara bahasa manusia, ia pasti akan memberi testimoni panjang lebar tentang karpet barunya, hahaha.

Gue senang, bersyukur dan berterima kasih dengan hadiah yang diberikan @carameldanial untuk Eris. Rasanya semakin meyakinkan kita bahwa hewan memang memiliki maksud dan fungsi untuk tinggal berdampingan dengan kita, ---mereka bukan hanya "sekedar" hewan. Sekali lagi, menang atau kalah bukan masalah untuk gue. Gue akan selalu menyayangi Eris dengan tulus karena gue percaya Eris juga nggak pernah meragukan gue. Dan gue membagi cerita ini (mudah-mudahan) bisa menjadi pengingat agar nggak ada lagi yang menyakiti hewan. Kalian boleh merasa "nggak suka" atau geli saat melihat mereka. Tapi nggak perlu menyakiti atau mengusiknya. Selalu ingat bahwa di suatu tempat ada orang-orang yang tertolong sekali dengan keberadaan mereka. ---Bahkan yang nyawanya diselamatkan oleh mereka. Seperti Eris yang menyelamatkan gue dan Caramel yang menyelamatkan Dinda :)

yang sangat beruntung 'memiliki' Eris,

Indi


(Punya pengalaman serupa dengan hewan peliharaan? Kirim cerita kalian ke namaku_indikecil@yahoo.com. Cerita yang menarik akan dimuat di buku Guruku Berbulu dan Berekor 2 yang royaltinya digunakan untuk membantu hewan-hewan terlantar).


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Vegan tapi Junk Food? Kok Bisa? :O

$
0
0
Gue vegetarian sejak usia 15 tahun, ---tepatnya pesco-vegetarian, yang masih mengkonsumsi ikan. Semakin dewasa gue putuskan untuk menjadi full vegetarian, atau sama sekali nggak mengkonsumsi produk hewani kecuali telur dan dairy. Baru di bulan Desember 2016 lalu gue menjadi vegan. ---Untuk gue itu sangat mudah, karena kalau untuk urusan lidah sebenarnya banyak substitute telur dan dairy yang bahkan non vegan pun nggak bisa membedakan dengan yang "real" kalau nggak diberi tahu :D
Reaksi orang-orang di sekitar gue bermacam-macam. Bagi Ibu dan Bapak perubahan dari vegetarian ke vegan terasa "biasa" saja karena mereka menyaksikan transisi gue dari awal. Tapi lain lagi reaksi teman-teman dan followers gue di media sosial. Kebanyakan dari mereka menganggap gue ekstrim dan aneh. Padahal, kalau dipikirkan apanya yang aneh? Bukannya lebih aneh (baca: mengkhawatirkan) orang-orang yang terbiasa mengkonsumsi sosis dan nugget sebagai makanan sehari-hari? Hehehe, just kidding! Bagi gue sehat atau nggak sehat bukan tergantung dari menjadi vegan atau nggak menjadi vegan, tapi tergantung dari seimbangnya makanan yang dikonsumsi oleh kita :)

Alasan kenapa gue memutuskan menjadi vegan sebenarnya simple; Karena (dulu) gue sering kali nggak tahu darimana daging yang gue konsumsi berasal. Kalau hidup di pedesaan dan (syukur-syukur) punya peternakan sendiri mungkin akan lain cerita, karena we raised them dan bisa memastikan kalau mereka disembelih dengan cara yang baik. Tapi gue tinggal di kota, yang akses untuk ke supermarket jauh lebih mudah daripada ke pasar tradisional. Di sana kebanyakan daging sudah dalam keadaan dikemas dan disimpan di freezer. Mana gue tahu apa yang sudah mereka lalui sebelum akhirnya tiba di sana, hehehe. Tapi gue juga merasa bahwa nggak ada lah yang namanya "100% vegan". Gue percaya Tuhan menciptakan hewan untuk diambil manfaat baiknya oleh manusia. Benda-benda yang gue pakai pun pasti ada "campur tangan" hewan di sana. Misalnya saja sarung jok mobil yang gue pakai memang sudah melekat sejak dibeli dari dealer. Tentu gue nggak akan membuangnya dalam rangka protes, tapi memakainya sampai waktunya untuk diganti. Intinya, nggak perlu buang-buang, nggak perlu "lebay". Yang terpenting membatasi penggunaan produk hewani. Begitu.



Menjadi vegan sebenarnya memudahkan hidup gue. Akses mendapatkan sayuran segar jauuuh lebih mudah daripada mendapatkan daging segar karena beberapa bisa gue tanam sendiri di rumah. Beberapa vegan vlogger dan dokter gue juga sangat membantu karena dari mereka lah gue mendapatkan pengetahuan tentang gizi yang seimbang. Dokter gue sebenarnya bukan vegetarian apalagi vegan, tapi ia sangat suportif dan itu bikin gue super happy :) Daaaan, sisi positif lainnya adalah gue jadi lebih rajin memasak! Hahaha. Karena jujur saja yang gue "rindu" dari saat menjadi vegetarian adalah mengunjungi restoran junk food! Sampai sekarang gue belum menemukan restoran vegan cepat saji yang lokasinya dekat dengan rumah. Jadi untuk rekreasi lidah, satu atau dua kali seminggu gue coba untuk me-recreate menu-menu kurang sehat menjadi "lumayan lebih sehat" :p Sekarang gue akan share beberapa resepnya, siapa tahu saja kalian mau coba. ---Well, nggak perlu menjadi vegan kok untuk mencobanya karena rasanya cocok dengan lidah orang Indonesia. Gue nggak asal ngomong, lho (---eh, ngetik). Kemarin gue membawa beberapa menu buatan gue ke tempat kerja dan teman-teman yang mencicipi can't tell kalau sebenarnya yang mereka makan bukan daging! :O

***

Vegan Hot Dog (Carrot-dog)
Gue dapat ide untuk membuat menu ini ketika menonton salah satu videonya Family Fizz. Kalau kalian belum tahu tentang mereka, gue sarankan untuk mengunjungi channelnya karena di sana banyak sekali video-video santai yang sekaligus mengedukasi. Sebelumnya gue hanya tahu kalau vegan hot dog dibuat dari meat analogue (fake meat), tapi rupanya bisa diganti dengan wortel dan rasanya tetap "meaty"! :D Meski mereka nggak memberikan resepnya, tapi dengan sedikit googling dan percobaan akhirnya gue mendapatkan rasa yang pas. By the way ada kejadian lucu waktu gue lunch bersama teman-teman. Mereka pikir yang gue makan itu sosis betulan karena tampilannya yang realistik! Hahaha :D


Bahan-bahan:
~ Wortel dengan ukuran sedang. Kalau mau super realistic boleh deh pilih yang bentuknya paling mendekati sosis, lol. 
~ Kecap asin. 
~ Barbecue sauce.
~ Bawang putih.
~ Bawang bombay.
~ Garam.
~ Merica.
~ Mustard.
~ Roti hot dog.
~ Sedikit minyak untuk memanggang (boleh diganti vegan margarin atau vegan butter, sesuai selera).
~ Air.

Cara membuat:
~ Kupas wortel, lalu beri beberapa slit di badannya (seperti jika akan menggoreng sosis utuh). Dengan menggunakan pisau atau peeler, bentuk ujung wortel agar lebih membulat.
~ Marinate/rendam wortel selama minimal 6 jam di dalam larutan air, kecap asin, barbecue sauce, garam, merica dan bawang putih yang sudah dihancurkan. 
~ Setelah meresap panggang wortel dengan menggunakan sedikit minyak sampai warnanya kecoklatan.
~ Angkat wortel dan letakkan di atas roti dengan pelengkapnya seperti hot dog pada umumnya. 
~ Beri tumisan bawang bombay di atasnya agar lebih sedap.

Gue lebih suka untuk me-marinate wortelnya sekaligus beberapa supaya tinggal memanggangnya jika ingin membuat hot dog. Selain itu carrot dog juga enak untuk dijadikan side dish, seperti nasi goreng, vegan steak atau spaghetti :)

Sloppy Joes
Ehmm, kalau yang ini sih agak konyol. Jadi ceritanya waktu kecil gue terobsesi sekali dengan Mary Kate dan Ashley Olsen. Ada salah satu filmya yang sangat gue suka, judulnya "It Takes Two". Ceritanya sih biasa saja, mirip dengan film klasik "The Parent Trap". Yang mencuri perhatian gue justru adegan makan siang di perkemahan. Menunya adalah sloppy joes (yang aslinya dibuat dari daging cingcang), dan semua pemeran anak-anak terlihat sangaaaaat menikmati. Gue jadi super penasaran, tapi sayangnya waktu minta sama Ibu beliau nggak tahu cara membuatnya. Dan gue malah baru kesampaian makan setelah menjadi vegan, hehehe.


Bahan-bahan:
~ Burger buns.
~ Tempe.
~ Jamur kancing.
~ Bawang bombay.
~ Garam.
~ Merica.
~ Mustard. 
~ Barbecue sauce.
~ Kecap asin.
~ Kecap manis.
~ Saus tomat.
~ Vegan margarine.

Cara membuat:
~ Iris-iris tempe, lumatkan, lalu campurkan dengan jamur yang sudah diiris kecil.
~ Panggang bawang bombay sampai harum dan kecoklatan lalu masukkan tempe dan jamur. 
~ Masukkan garam, merica, saus tomat, kecap asin dan kecap manis, lalu aduk sampai rata. Angkat dan tiriskan.
~ Panggang buns di pan yang sudah diolesi margarine sebentar. 
~ Sajikan seperti sloppy joes pada umumnya, jangan lupa tambahkan mustard di atasnya untuk rasa asam dan warna ;)


Lazy Vegan Pizza ala Indi
Gue suka banget pizza. Saking sukanya, ini adalah makanan pertama yang gue minta waktu selesai operasi tumor payudara tahun 2013 lalu, hahaha. Yang pernah membaca novel-novel gue atau pernah nonton film Mika juga pasti tahu betapa gue mencintai makanan itu. Beberapa tahun yang lalu sih nggak terlalu sulit untuk menemukan pizza vegan (---atau at least vegetarian) di restoran pizza "besar". Tapi sekarang menunya sudah nggak ada karena kurang peminat. Kalau di restoran kecil yang khusus vegan memang ada, tapi too bad mereka nggak menerima delivery order dan jaraknya lumayan jauh dari rumah gue. Ya sudah gue coba bikin sendiri saja. Tentu dengan versi "lazy" alias seadanya dan nggak banyak usaha :p


Bahan-bahan pizza base:
~ 2 cup terigu.
~ 1 cup air matang.
~ Secubit garam.
~ Secubit garlic powder (atau bisa gunakan bawang putih yang dicincang).
~ 2 sendok makan baking soda dan baking powder.

Topping:
~ Saus tomat.
~ Saus pasta atau saus pizza instan.
~ Tomat diiris dadu.
~ Jamur kuping cincang.
~ Bawang bombay diiris dadu.
~ Jagung pipil.
~ Secubit garam dan merica.

Cara membuat: 
~ Masukkan seluruh bahan pizza base ke dalam mangkuk besar, lalu aduk sambil diberi air sedikit-sedikit. 
~ Setelah konsistensinya seperti play doh, ratakan adonan di loyang atau piring yang sudah diolesi vegan margarine atau olive oil. 
~ Olesi pizza base dengan saus dan beri topping sesuai selera, ---atau sesuai isi kulkas, hehehe.
~ Taburi garam dan merica untuk rasa.
~ Panaskan di dalam microwave dengan suhu paling tinggi selama 8 menit.

Meski seadanya tapi gue puas dengan rasanya. Mungkin memang nggak se-wah buatan restroran yang ada vegan cheese nya, tapi dijamin homemade pizza ini JAUH lebih enak daripada frozen pizza yang dijual di supermarket. Karena nggak pakai ragi proses pembuatannya juga jadi super cepat, cocok untuk orang nggak sabaran semacam gue :p By the way kata Ibu, Bapak dan ipar gue yang non vegan, mereka suka dengan pizza ini, lho. Malah kadang-kadang suka request gue untuk bikin lazy pizza ini lagi kalau weekend ;)

Vegan Burger
Nah ini nih menu yang paling bikin teman-teman gue kebingungan. Mereka tahu kalau gue vegan, jadi langsung bisa menebak kalau isi burgernya bukan daging. Tapi waktu mereka mencicipinya mereka nggak bisa tebak apa tepatnya. Jadilah burger gue berkeliling waktu makan siang dan dipakai untuk kuis "tebak isi burger", hehehe :p 
Nenek gue pernah bilang kalau rasa makanan itu sebenarnya 80% ditentukan oleh bumbu. Daging, sayuran atau kacang-kacangan bisa sama enaknya kalau bumbunya tepat. Malah bisa jadi lidah kita nggak bisa membedakan apa yang sebenarnya sedang dimakan karena rasanya mirip. Seorang teman gue malah langsung meminta resepnya setelah mencicipi burger gue karena anaknya hanya suka daging, dan burger ini sepertinya bisa menipunya, hehehe.


Bahan-bahan:
~ 2 genggam kacang merah (atau kacang hitam) untuk 2 patty.
~ 1 siung bawang merah dan bawang putih.
~ Bawang bombay sesuai selera (gue pakai 1 kepala).
~ Secubit garam dan merica.
~ 1 batang seledri.
~ 1 batang wortel (diparut tipis).
~ All purpose flour.
~ Susu soya.
~ Kecap.

Pelengkap:
~ Burger buns.
~ Tomat dan timun potong.
~ Saus.
~ Vegan margarine.

Cara membuat:
~ Rebus kacang sampai lunak (jangan terlalu lembek) lalu hancurkan dengan garpu, ulekan atau food processor.
~ Iris tipis semua bawang dan seledri lalu campurkan ke lumatan kacang.
~ Pelan-pelan tuangkan susu soya sampai adonan patty mudah dibentuk (konsistensi seperti play doh).
~ Jika sudah mudah dibentuk, masukkan kecap, merica, garam, wortel dan all purpose flour.
~ Bentuk seperti patty lalu panggang di api kecil sampai kecoklatan. Setiap sisi cukup 2 sampai 3 menit saja.
~ Sajikan dengan pelengkapnya seperti burger pada umumnya.

***

Resep-resep masakan vegan yang sehat sudah banyak beredar dimana-mana, baik dalam bentuk buku atau secara on line. Yang gue share (di YouTube, Facebook dan Instagram) justru hampir semuanya adalah menu-menu vegan junk food karena masih banyak yang menganggap being vegan=no fun. Padahal gue nggak akan missing out saat pesta barbecue tahun baru hanya karena bingung mau makan apa. Just vegan it! Dan selain untuk rekreasi lidah (satu minggu sekali cukup untuk makan "junk food" ini), menu-menu ini juga cocok untuk yang sedang transisi ke lifestyle yang lebih sehat, ---atau... siapapun yang sedang ingin alternatif dari daging :) 
By the way, adakah di antara kalian yang juga vegan? Kalau ada share dong apa menu junk food favorit kalian di kolom komentar ;)


yang kepengen makan sloppy joes dari kecil,

Indi

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Halloween 2016: Menyambut Keponakan Baru, Doa dan... Kostum! :)

$
0
0
Howdy-do, teman-teman? Semoga semuanya baik-baik saja dan aman dari banjir, ya. Karena di Bandung sedang ada 2 musim saja; mendung dan hujan, hehehe. Gue sekarang mau cerita tentang acara Halloween yang diadakan di rumah beberapa waktu lalu, nih.
WHAT HALLOWEEN? DI BULAN APRIL?
Ehm, iya. Betul, kok gue mau cerita tentang Halloween*nyengir malu-malu* 
Sebelumnya gue sudah pernah berjanji akan menceritakannya di sini. Tapi berhubung ada suatu alasan (yang dirahasiakan, hahaha) dan sudah bercerita tentang early Halloween yang diadakan bersama Pocky(baca ceritanya di sini), gue jadi menunda-nunda. Malah sampai sempat berpikir untuk skip dulu bercerita tentang Halloween. Tapi barusan, tiba-tiba saja gue ingin bercerita tentang pengalaman di salah satu hari favorit gue itu. Karena setelah semakin diingat-ingat rasanya gue akan menyesal kalau kenangannya nggak diabadikan di sini :)

Gue yakin kalau kalian rajin mampir ke sini pasti tahu betapa selalu excited nya gue dengan 'hari seram' itu. Dan bagi yang baru mampir ke sini mungkin akan bertanya-tanya karena di Indonesia nggak ada budaya tersebut. Well, sebenarnya gue sudah sering menjelaskannya dan kalian bisa membacanya di label "Halloween". But just in case ada yang malas gue akan menjelaskannya lagi sedikit :) Meski namanya "Halloween", tapi ini nggak ada hubungannya dengan originnya, yaitu di Irlandia. Tanpa bermaksud disrespectful, gue (dan keluarga) hanya meminjam namanya. Bagi kami Halloween adalah waktunya untuk kreatif dan berkumpul. Biasanya kami membuat kostum bersama dan membuat camilan-camilan unik. ---Bisa dibilang Halloween=family time. Waktu untuk keluarga memang (sudah seharusnya) setiap hari, tapi nggak ada salahnya untuk sesekali membuat sesuatu yang lebih istimewa. Apalagi Halloween "memaksa" kami untuk membuat sesuatu dengan memanfaatkan apa yang sudah dimiliki sebelumnya which is sangat positif. Jadi... why not? ;)

Di Halloween tahun kemarin ada yang berbeda karena kami punya anggota keluarga baru, yaitu Ali, keponakan gue. Ini jadi pengalaman Halloween pertama Ali yang bulan Oktober lalu menginjak usia 11 bulan. Gue dan ibunya, a.k.a ipar gue, ingin agar Halloween pertamanya berkesan. Meski kemungkinan besar Ali nggak akan mengingatnya karena masih terlalu kecil, at least ketika besar nanti kami harap ia akan happy saat melihat foto-fotonya, hehehe :) Biasanya ide tema Halloween datang dari gue, tapi kemarin gue berdiskusi dulu dengan ipar. Kami mempertimbangkan beberapa tokoh, dari mulai fiksi sampai tokoh nyata seperti Pak Stephen Hawking. Dan akhirnya kami memilih tema "Inside I'm Dancing", ---atau mungkin kalian lebih familiar dengan judul film "Rory O'Shea was Here". Gue lega sekali dengan pilihan kami, karena secara nggak langsung mengingatkan kembali tentang betapa hebatnya efek film ini ke kehidupan gue, ---terutama di masa remaja :)

Kostum Halloween ide rame-rame. Dress: Ibu, Aksen celemek dari tile: Ipar, Topi suster: Bapak, Sepatu: gue :D

Gue beruntung mendapatkan kepercayaan untuk menamai keponakan gue ketika ia lahir, Ali, ---atau biasa dipanggil Ali Connolly. "Ali" diambil dari nama petinju Mohammad Ali dan nama dokter yang membantu persalinan sebagai tribute untuknya. Sedangkan "Connolly" diambil dari nama Michael Connolly, salah satu tokoh di film Inside I'm Dancing. Nama ini direstui oleh orangtuanya yang membuat gue lega karena bagi sebagian orang nama yang gue berikan terdengar random, hahaha. Tapi sebenarnya nggak, ini adalah doa dari gue agar Ali "mewarisi" kebaikan-kebaikan dari nama orang-orang yang menginspirasinya. Terutama Michael Connolly, yang menurut gue pantas disebut sebagai salah satu nicest character di dalam dunia perfilman. Seandainya kebaikan-kebaikan ada di seseorang yang nyata, gue harap Ali lah orangnya :)

Ali dan orang yang menjadi inspirasi namanya. Semoga Ali mewarisi sifat-sifat baiknya. Kalau dikasih bonus mewarisi wajah imutnya juga boleh :p

Inside I'm Dancing (rilis dengan judul "Rory O'Shea was Here") bercerita tentang Rory O'Shea, yang baru saja pindah ke Carrigmore Residential Home for Disabled. Karakter Rory sangat rebel, siapa saja dilawannya meskipun ia hanya bisa menggerakkan kedua jari tangan kanannya karena mengidap muscular dystrophy. Di sana ia bertemu dengan Michael Connolly yang karakternya sangat bertolak belakang dengannya; pendiam dan nggak mau mencari masalah. Michael sebenarnya sangat cerdas (like reallyyyyyy smart), hanya saja hampir nggak ada orang yang mengerti dengan speech nya karena ia mengidap severe cerebral palsy. Seiring dengan berjalannya waktu, Rory dan Michael pun bersahabat. ---Well, gue nggak mau spoiler terlalu banyak ceritanya, tapi film ini sangat relatable! Gue mengalami gimana nggak enaknya dianggap nggak bisa melakukan sesuatu hanya karena kondisi fisik. Atau orang kadang mengira gue nggak punya keinginan atau goal hanya karena secara nggak aktif secara fisik. Padahal pikiran gue terus berjalan, gue juga punya banyak ide, ---I'm dancing too, inside.

Meski nggak tinggal serumah tapi ipar gue dan Ali sering mampir ke rumah orangtua gue. Suatu hari gue meminjamkan DVD "Inside I'm Dancing" dan she was instantly in love, terutama dengan karakter Michael. Ia menontonnya berkali-kali, bahkan si kecil Ali pun ikut, ---mungkin untuk mengenalkan tokoh yang menginspirasi asal-usul namanya, hehehe. Dan kesempatan Halloween pun digunakan untuk semakin mengenalkan Ali dengan Michael. Di film ada adegan yang sangat mengesankan ketika Rory dan Michael menghadiri pesta kostum bersama Siobhan, sahabat sekaligus caregiver mereka. Kami memutuskan Ali memakai kostum yang sama dengan Michael, yaitu kostum sailor berwarna putih. Sedangkan gue, atas request ipar memakai kostum yang sama dengan Siobhan, yaitu kostum perawat yang diinspirasi oleh Florence Nightingale. It's was really cute, mengingat di film Siobhan adalah first love dan first dance nya Michael. (Lagi-lagi) gue merasa beruntung menjadi partner Halloween pertama bagi si Connolly kecil :)

Siobhan dan Michael di scene pesta kostum. Sebenarnya ada lho foto gue dan Ali yang berpose seperti ini :p
Untuk kostum Ali rupanya ipar gue sudah menyiapkan jauh-jauh hari. Ia mengirimkan fotonya pada gue lewat WhatsApp dan membuat gue semakin semangat untuk menyiapkan kostum Siobhan. Apalagi Ali ternyata punya 2 kostum, ---iya, Ali menjadi Michael dan Rory sekaligus! Gue pun bertekad untuk mendapatkan kostum yang bagus dengan budget yang seketat mungkin (seperti biasanya, lol). What a nice surprise, beberapa hari saja sebelum Halloween Ibu mengajak gue untuk berbelanja kain. Iseng-iseng gue asking for the cheapest blue fabric sebagai "upah" menemani. Guess what?! Ibu mengabulkannya permintaan gue :D Jadilah kain biru dengan harga diskon itu dijahit menjadi pakaian perawat. Di film Siobhan juga memakai sneakers dan topi perawat. Lucky me, gue punya sepatu yang mirip dengannya, ---yang pernah dipakai di Halloween tahun kemarin. Sedangkan untuk topinya gue hampir putus asa, karena setelah mencari pinjaman pada teman-teman nggak ada seorang pun yang punya model topi mirip dengan Siobhan :'D Baru di pagi Halloween ada titik terang (hahaha), Bapak ingat kalau beberapa waktu lalu butik Ibu pernah membuat seragam untuk seluruh karyawan di sebuah rumah sakit, ---dan salah satunya adalah perawat! Bapak pun mencari topi yang dijadikan contoh pola lalu meminjamkannya pada gue. Untuk menutupi logo rumah sakitnya gue menggunakan pin Red Hot Chili Peppers. Tuh kan, Halloween bikin sekeluarga kreatif ramai-ramai :p

Ibu Ali ternyata menyiapkan 2 kostum untuk Ali! :)

Di film saat pesta kostum rambut Siobhan dikepang ala Florence, dan ini kepang karya ipar gue :D




Mungkin sepanjang "sejarah" Halloween baru kali ini gue merasa emosional. Saat menyiapkan kostum dan melihat Ali bertransformasi menjadi Michael membuat mata gue berkaca-kaca... Gue selalu merasa film "Inside I'm Dancing"berbicara langsung pada gue, dan tema Halloween ini membuat kepala gue menayangkan flash back saat menontonnya untuk pertama kali. Gue ingat menangis dan merasa "malu" saat melihat adegan measurement nya Michael. Karena gue juga mengalami hal yang sama seenggaknya setiap satu bulan sekali (fyi, gue mengidap severe scoliosis). Gue juga ingat saat melihat adegan "bridge" hati gue bergetar. Rory bilang bahwa gift yang sesungguhnya adalah hidup, masa depan. Dan sampai sekarang pun, saat gue merasa 'down' kata-kata Rory menjadi salah satu pengingat yang membuat gue bangkit. Iya, filmnya SEGITU berartinya untuk gue :)

Tapi ke-mellow-an hati gue tentu nggak ditunjukkan di depan keluarga gue, haha. Halloween ala gue adalah moment untuk berbagi kebahagiaan. Kebetulan waktu itu yang hadir bukan hanya Ibu, Bapak, ipar, Ali, Nenek dan Tante, tapi juga ada seorang kerabat Ibu dan putrinya. Sekalian saja gue ajak putri teman Ibu untuk membuat camilan di dapur bersama gue dan ipar. Kami membuat 'dirt cake' yang di atasnya ada gummy berbentuk cacing (too bad ada gelatinnya jadi gue hanya bisa makan cake nya). Juga membuat spider cookies dengan cara menggabungkan Pocky sticks dan Oreo, super simple. Untuk minumannya kami membuat lemon tea dengan sedotan yang bergambar kelalawar :D It was super fun. Bahkan ipar gue berkata bahwa ini adalah pengalaman pertamanya ber-Halloween, dan kalau saja nggak menjadi ipar gue mungkin ia nggak akan pernah merasakan serunya. Hahaha, ada-ada saja :)

Dirt cake, rasanya enak bangeeeet. Tapi tahun ini mungkin akan coba bikin gummy worms sendiri supaya vegan.

Spider Oreos! :O

Ipar gue bikin ini, lemonnya diperas manual satu persatu, hahaha. Thank you, ya :D

Jangan bayangkan pesta Halloween seperti yang diadakan di mall-mall, club-club atau hotel-hotel yang sering ditayangkan di TV. Halloween kami sangat sederhana as always. Kami menikmati camilannya bersama sambil mengobrol santai. Jauh dari kesan seram apalagi "wah". Lucunya bagi teman Ibu hal seperti ini nggak biasa, beliau jadi agak bingung dan terkesan'nyinyir'. Tapi gue sih nggak ambil pusing, apalagi putrinya kelihatan menikmati sekali dan jadi ingin ikut memakai kostum, hahaha (ups). Gue dan ipar gue juga bangga karena cake buatan kami mendapat pujian dari Ibu dan Bapak, ---padahal kami membuatnya dari cake mix :p Nggak ada camilan Halloween untuk Ali, tapi gue dan ipar sudah berjanji akan membuat Halloween pertamanya super berkesan. Jadi kami pun memutar lagu"Beat for Two" dari Elbow, soundtrack film "Inside I'm Dancing" lalu... gue mengajak Ali berdansa. Ipar gue mengambil foto dan merekam kami. Oh, bahkan saat mengetik ini pun gue mulai berkaca-kaca, hahaha. 

Ali's first dance VS dance scene nya Siobhan dan Michael yang heartbreaking.


Video (vlog) Halloween pertama Ali, termasuk dansa pertama kami :)

Of course (saat ini) gue dan ipar nggak berharap Ali mengerti apa yang kami lakukan. Kami hanya ingin membuat Halloween pertamanya berkesan. Biar saja ketika dewasa nanti ia melihat sendiri foto-foto dan video Halloween pertamanya. Mungkin nanti ia akan menganggapnya silly atau malah menganggap gue dan ibunya itu keren, hehehe, ---but it doesn't matter. Yang terpenting suatu hari nanti Ali tahu darimana namanya berasal. "Connolly" adalah doa agar Ali menjadi laki-laki yang ramah, setia kawan, cerdas dan lapang dada seperti Michael Connolly. Gue bangga menjadi orang yang memberinya nama ketika ia lahir, sekaligus menjadi partner dansa dan Halloween pertamanya. Halloween 2016 menjadi tahun pertama dimana Halloween bukan hanya sebagai hari kreatif dan berkumpul bersama keluarga, ---tapi juga menjadi hari dimana kami menyambut the newest member of our family dan menunjukkannya betapa kami mencintainya :)

Artikel singkat tentang Halloween ala gue di Koran Sindo :)


Nb: Koran Sindo mewawancarai gue tentang Halloween. Super singkat, tapi jika kalian ingin membacanya bisa klik di sini.

boo,

Indi

_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Cara Melepas SpineCor dan BERITA BAIK! :) #indisscoliosislife

$
0
0


Waaa, liburnya sudah habis! Hihihi :D Bagaimana liburannya nih, teman-teman? Mudah-mudahan seru ya. Dan untuk yang merayakan, have a blessed Easter! :) Gue sendiri sih merasa long weekend kali ini terasa kurang long, alias pendek. Mungkin karena sedang semangat-semangatnya mencoba hal baru, ---tapi sekaligus ingin bersantai :p Padahal kalau diingat liburan kali ini cukup lengkap buat gue; relax dengan spa sudah, being creative dengan membuat lagu baru sudah, jalan-jalan dengan keluarga juga sudah. Well, manusia terkadang nggak ada puasnya ya, hehehe. Padahal seharusnya gue bersyukur karena sempat melakukan banyak hal, dan lagipula 'sebentar' lagi juga another weekend tiba ;)

Soal relax dengan spa, sebetulnya libur kemarin gue nggak niat untuk pijat spa. Awalnya gue ingin pijat terapi untuk scoliosis seperti yang biasa gue dapat di tempat fisioterapi. Tapi karena salah paham dengan terapis pijatnya, jadilah gue dapat "rezeki santai" tak terduga, hahaha. Eh, tapi bukan berarti selama libur gue jadi cuek dengan kesehatan my spine ya. Semalas apapun gue selalu usahakan untuk exercise ringan, ---meski terkadang dengan mata terpejam :p Dan ngomong-ngomong soal scoliosis, di blog ini ternyata tema itu jadi salah satu semakin lama semakin banyak di klik, lho. Perasaan gue jadi campur aduk, nih. Antara prihatin karena artinya jumlah scolioser sangat banyak, tapi juga senang karena artinya awareness pengguna internet terhadap scoliosis semakin tinggi :) 

Jadi hari ini gue mau share sesuatu yang berkaitan erat dengan scoliosis, ---yang juga cukup sering di-request sama teman-teman pembaca di sini. Yaitu cara mudah untuk melepas SpineCor. Banyak scolioser, terutama yang kurvanya sedang sampai tinggi harus memakai brace (penyangga) untuk membantu menjaga kestabilan kurvanya. Tipe brace sangat beragam, apa yang dipilih biasanya berdasarkan beberapa pertimbangan dan anjuran dokter. Gue sendiri sejak (lebih) dari 2 tahun lalu memakai SpineCor, brace tipe soft karena lebih nyaman dan efektifitasnya jauh di atas brace tipe lain (hard brace). Meski gue super betah dengan brace ini tapi nggak bisa dipungkiri kalau cara penggunaannya memakan waktu ekstra jika dibandingkan dengan brace tipe hard karena terdiri dari 2 pieces. Untuk pengguna baru pasti merasa kebingungan, ---lihat tali-talinya saja sudah bikin seram, hahaha. Padahal sebenarnya dengan sedikit latihan kita bisa melakukannya dengan mudah, lho :)


SpineCor terdiri dari 2 bagian, yaitu rompi dan short. Di rompi terdapat 4 tali, sedangkan di short terdapat 2 tali. Meski kelihatannya membingungkan (apalagi kalau dalam keadaan dilepas, OMG) tapi sebenarnya fungsi tali-tali itu untuk memudahkan penggunanya, lho. Gue akan coba jelaskan step by stepnya dengan singkat;
1. Di rompi terdapat tali-tali dengan nomor 1, 2, 3 dan 4. Supaya nggak bingung, lepas tali satu persatu dengan urutan terbalik, dari 4 sampai 1.
2. Saat melepas tali lipat ujungnya agar velcro nggak melekat ke bagian rompi yang lain. 
3. Untuk melepas celananya, doesn't matter sih mau tali nomor 1 atau 2 dulu. Yang terpenting make sure lipat talinya agar nggak melekat ke bagian celana lain. Lalu setelah itu lepaskan celana seperti biasa.
4. Lakukan hal yang saja saat akan mencuci atau menyimpan SpineCor untuk mencegah agar velcro nggak cepat "gundul", terutama karena proses pencucian.

Kalau masih bingung kalian bisa menonton video di salah satu episode "Indi's Scoliosis Life" di sini. Gue juga punya video cara memakai SpineCor dan tips untuk ke toilet tanpa harus melepas keseluruhan SpineCor di playlist. Oh iya, gue juga mau share good news nih. Keponakan gue, Fithri baru saja menjalani operasi scoliosis (yup, gue bukan satu-satunya scolioser di keluarga). Kurva sebelumnya sedikit lebih tinggi dari gue dan setelahnya scoliosisnya banyak terkoreksi! Gue sampai surprise melihat fotonya karena ia terlihat super tegap :) Operasi koreksi yang dilakukan menggunakan MAGEC Rod System, ---yang sebelumnya gue belum pernah dengar. Sepertinya di sini memang belum ada (at least itu hasilnya ketika gue googling), karena di rumah sakit tempat Fithri melakukan operasi pun (di Belanda) ini baru kali keduanya dilakukan. News ini membuat gue super happy karena setelah koreksi mobilitas Fithri pasti akan lebih tinggi (she's a wheelchair user) dan juga semakin positif karena artinya perkembangan dunia kedokteran semakin maju! :)


Luar biasa rasanya kalau mengingat dulu gue masih memakai hard brace dan pilihan untuk terapi scoliosis masih sedikit. Siapa yang mengira kalau sekarang ada SpineCor atau MAGEC Rod System, ---dan teknologi-teknologi lain yang nantinya akan menyusul. Fakta kalau ada orang-orang di luar sana yang melakukan berbagai macam penelitian untuk membantu orang-orang seperti gue dan Fithri membuat gue merasa terharu! I can't wait to see what future brings, ini baru awalnya :)
Well, gue sih nggak bisa (---belum) bisa membantu dalam bidang science, tapi mudah-mudahan apa yang gue share di sini dan di series "Indi's Scoliosis Life" bisa membantu, ---at least membuat teman-teman scolioser ingat kalau kalian nggak sendirian. Saat sedih, down atau in pain, jangan lupa kalau di sini ada gue yang "menemani" ;)


smile,
Indi

nb: Rupanya banyak yang belum tahu kalau Spine Body Center, tempat gue memasang SpineCor sudah berubah nama dan alamat. Ini yang baru: Indo Sehat Utama. Ruko Garden Shopping Arcade, Blok B-09 BB Kawasan Podomoro City, Jl. Podomoro Avenue - Tanjung Duren Selatan jakarta Barat 11470. Phone: 021 2940 8696.
_____________________________________________________________________
Facebook: here | Twitter: here | Instagram: here | YouTube: here | Contact person: namaku_indikecil@yahoo.com

Viewing all 312 articles
Browse latest View live